Sebenarnya dalil-dalil yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya juga menjadi dalil untuk pasal ini. Namun, maksud dari pasal ini adalah untuk memberikan dalil yang lebih banyak untuk menegaskan urgensi tema ini dalam mendidik dan mengasuh anak perempuan.
Imam Al-Alusi berkata, “Yang diketahui dari orang-orang yang memiliki sikap mulia adalah mereka biasanya sangat memperhatikan perasaan wanita, mereka berusaha untuk selalu membahagiakan dan menghibur hati wanita, karena tabiat wanita yang lemah. Oleh karena itu, ketika orang tua ingin memberikan sesuatu kepada anak-anaknya, maka dianjurkan untuk mendahulukan anak perempuan.”
Membahagiakan dan menghibur hati anak perempuan bukan hanya dengan berlaku adil di dalam hal pemberian saja, akan tetapi masih banyak hal lainnya yang bisa membuat hati anak perempuan bahagia dan terhibur. Seperti memberikan perhatian, perawatan dan rasa kasihan kepadanya ketika ia sedang sakit. Al-Barra’ meriwayatkan dan berkata, “Suatu ketika Abu Bakar datang menjenguk putrinya, Aisyah r.a yang sedang terserang sakit demam, lalu ia berkata, “Bagaimana keadaanmu putriku ?” lalu ia mencium pipi putrinya tersebut.” (HR Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Salah satu petunjuk Nabi saw dalam hal ini adalah riwayat dari Ummu Khalid binti Khalid bin Sa’id, ia berkata, “Suatu hari saya bersama ayah datang kepada Rasulullah saw. Waktu itu saya mengenakan pakaian warna kuning, lalu Rasulullah saw berkata, “Bagus, bagus.” Lalu saya mendekat kepada Rasulullah saw dan bermain-main dengan beliau, lalu ayahku pun menghardikku. Lalu beliau berkata, “Biarkan.” Kemudian beliau mengucapkan doa, “Ablii wa akhliqii, tsumma Ablii wa akhliqii,” . Setelah itu, berkat doa Nabi saw tersebut, Ummu Khalid memang benar-benar dikaruniai umur panjang oleh Allah swt.”(HR Bukhari)
Dalam hadits ini, Rasulullah saw ingin menghibur dan membahagiakan hati Ummu Khalid, sekaligus ingin memberikan contoh kepada seluruh ummatnya. Karena, hal seperti ini memiliki dampak positif yang sangat besar terhadap jiwa dan perilaku anak perempuan. Ketika anak perempuan mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua seperti ini, maka dengan penuh kecintaan dan lapang dada ia juga akan membalas semua itu denagn selalu mentaati seluruh perintah dan pengarahan orang tua.
Metode yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw di atas lalu dipraktekkan oleh ummatnya dengan penuh antusias di dalam mengasuh dan mendidik anak-anak perempuan mereka. Hal ini mereka praktekkan dalam berbagai bentuk. Di antaranya adalah apa yang dicontohkan oleh Mu’in bin Aus, ia adalah seorang ayah yang memiliki delapan anak perempuan. Ia pernah berkata, “Aku tidak ingin seandainya anak-anak perempuanku diganti dengan anak laki-laki.” Tentang anak-anak perempuannya tersebut, ia berkata,
“Aku melihat banyak orang tua membenci anak-anak perempuan, padahal di antara mereka –dan aku tidak bohong- terdapat banyak perempuan-perempuan shalihah. Pada saat zaman membinasakan anak laki-laki, banyak di antara anak-anak perempuan yang tidak bosan memberikan banyak manfaat dan di antara mereka terdapat perempuan-perempuan yang kuat.”
Sumber : Buku “Tarbiyyatul Banaat fil Islaam” Penulis : Abdul Mun’im Ibrahim. Penerbit : Maktabah Awlaad Syekh lit-Turaats, 1423 H/2002 M.
0 komentar dan respon:
Posting Komentar