Gempabumi tidak seketika membunuh manusia dan kerugian besar justru terjadi sesaat pasca gempa. Di Jepang misalnya meski diterapkan standar tinggi bangunan tahan gempa, tapi pada gempa 8.9 SR 11 Maret 2011, kerugian fatal dan aroma kematian justru akibat tsunami dan kebakaran hebat. Maka antisipasi kerugian tidak cukup hanya dengan standar bangunan, tapi juga harus dicover Asuransi Kebakaran, Property All Risks, Asuransi Gempa, Asuransi Mobil dengan perluasan bencana.
Faktanya 2/3 wilayah Indonesia rawan dampak gempabumi dan letusan gunung berapi karena dilalui jalur “Ring of Fire.” Perhatikan peta di samping, warna kuning adalah jalur zone subduksi dan hampir semua wilayah Indonesia di-blok kuning, artinya Indonesia benar-benar menyimpan potensi bencana dahsyat (seperti letusan dahsyat yang menciptakan bekas kawah raksasa yang saat ini menjadi Danau TOBA. Kemudian bandingkan topografi dan struktur geologi Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku Utara, Papua hingga Sulawesi Utara memperlihatkan bukti keberadaan lempeng bumi dan patahan serta 154 gunung berapi aktif. Bahkan Jakarta pernah di landa 4 kali gempabumi besar dalam periode 3 abad terakhir.
Peta Rawan Gempa menunjukkan 2/3 wilayah Indonesia merupakan area sumber gempa dan atau rawan dampak gempa. Hanya menyisakan area aman (diarsir putih) meliputi pantai timur Sumatera (Riau, sebagian Jambi, Sumatera Selatan), Laut China Selatan, Kalimantan dan Bagian utara Laut Jawa serta perairan Laut Arafuru sebelah Selatan Papua.
Jalur “Ring of Fire” adalah rangkaian lempeng atau patahan besar yang menjadi ancaman potensial gempa. Ring of Fire benar-benar mengepung Indonesia. Mulai dari laut Andaman ‘menjalar’ 2 lempeng bumi :
A. Patahan Wilayah Dalam
Lempeng Semangka di sepanjang daratan pantai Barat Sumatera dan berakhir di Selat Sunda, bersambung dengan rangkaian puluhan gunung berapi aktif di Jawa – Bali – Lombok – Sumbawa –Flores hingga Pulau Alor. Di sepanjang patahan ini ada 100-an gunung berapi aktif.
Di Pulau Jawa juga diketahui ada beberapa patahan local yang pernah menjadi sumber gempa daratan seperti Lempeng Lembang dan Lempeng di sekitar Gunung Gede. Gempabumi besar di Jakarta tahun 1699, 1780 dan 1852 bersumber dari lempeng lokal.
B. Patahan Wilayah Luar atau Patahan Zone Subduksi
Patahan dari Zone Subduksi Euroasia – Austronesia (Maintrust) menjalar dari Laut Andaman menyusuri perairan Barat Sumatera – jawa – Nusa Tenggara –Laut Arafuru – Laut Seram – Sulawesi Utara – Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Seperti ilustrasi dibawah ini.
C. Pertemuan Lempeng EuraAsia, Lempeng Australia,
Lempeng Philipina dan Lempeng Pasifik
Potensi paling rawan pertemuan dari 3 “jalur api” yaitu, Patahan dari Samudera Indonesia, Patahan dari Pasifik Selatan yang berbelok ke Laut Pasifik menuju Jepang dan Patahan dari China - Taiwan – Philipina menuju wilayah tersebut. Dengan kata lain wilayah Timur Laut Indonesia (Papua, Maluku Utara dan Sulawesi Utara) adalah tempat pertemuan 3 Lempeng Mayor (Eurasian Plate, Australian Plate dan Pacific Plate) serta 1 Lempeng Minor (Philippine Plate). Seperti Peta Lempeng Dunia dibawah ini.
SUMBER GEMPA : VULKANIK DAN TEKTONIK
Gempa vulkanik disebabkan letusan gunung berapi, baik yang berada di daratan maupun dibawah permukaan laut. Sumber gempa vulkanik mudah diketahui berdasarkan peta gunung berapi, dan daerah yang terguncang jelas hanya sekitar radius gunung, serta efek kerusakan yang ditimbulkan bergantung pada efektivitas dan frekuensi ledakan.
Gempa yang paling sering terjadi justru tergolong tektonik, dan gempa tektonik ini puluhan hingga ribuan kali lebih kuat dari gempa vulkanik. Gempa tektonik disebabkan pergeseran lempeng tektonik (tectonic plate) pada kerak (crust) bumi, khususnya pergerakan sepanjang retakan-retakan (faults) dan patahan-patahan (cracks) lempeng tektonik.
Teori pergeseran lempeng tektonik atau hanyutan benua (continental drift) atau penyebaran dasar laut (sea-floor spreading) merupakan teori geofisika paling modern tentang perilaku kerak bumi yang mampu menjelaskan secara rinci sebab gempa tektonik. Teori ini mendasarkan pada kenyataan bahwa kerak bumi merupakan sekumpulan lempengan-lempengan padat dan berat yang mengambang diatas lapisan bumi cair dan lunak seperti lumpur beku (slush). –> Lihat Peta Lempeng Dunia diatas.
Sumber : MACAM GEMPA DAN SEBAB GEMPA BUMI
(C) 1984-2009 — Achmad Firwany - Bagian ketiga dari tiga tulisan
Formasi bebatuan dan karang pada kerak dibumi dibentuk dari dasar kerak bumi, dan berlangsung terus menerus sebagai efek pelepasan panas inti bumi cair yang mendidih melalui selimut (mantel) bumi. Ketika formasi baru dibentuk, terjadi desakan dari bawah yang menggeser lempengan, sehingga terjadi keretakan dan benturan antar patahan lempeng.
Teori hanyutan benua sebenarnya telah dinyatakan 15 abad lampau secara tersurat dalam Al-Qur`an, surah 27 ayat 88:
wa taraa `al jibaala, tahsabu haa jaamidatan, wa hiya tamurru marra `als sahaabi. shun'a`allaahi `alladziy `atqana kulla syay`in. `inna huu khabiyrunm bi maa taf'aluwna.[ QS an Naml 27 : 88 ]
Dan kalian-telah-melihat gunung-gunung dengan samar-berulang-samar [seolah-olah] dia tengah-diam [statik], dan [padahal] dia dia-tengah-beranjak [bergerak, dinamik, hanyut bersama benua] bagai-telah-beranjak sang-awan. [demikianlah] pelaksanaan Allah Dia-yang Dia-telah-mengokohkan segala sesuatu. Sesungguhnya Dia [Allah] menerima-kabar tentang apa-apa-saja-yang kalian-lakukan.[ QS an Naml 27 : 88 ]
Sama sekali tidak ada jaminan bebas gempa mengingat semua lempeng di bumi saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan kenapa gempa besar saling beriringan dalam beberapa tahun 3 terakhir di wilayah Asia dan Pasifik. Gempa besar di Aceh, Jogyakarta, Pakistan, Mentawai, Taiwan, China, Haiti, New Zealand dan yang terbaru Jepang. Ancaman tetap ada sebab Ring of Fire sekali-kali mengusik kota Jakarta.
< Wallaahu a’lam bissawab >
0 komentar dan respon:
Posting Komentar