Jepang telah menjadi langganan gempabumi seperti gempabumi Kanto pada tahun 1923 yang telah menewaskan 123.000 jiwa. Tsunami (luapan laut sebagai dampak dari gempabumi besar dengan episentrum di bawah dasar laut) juga telah melanda kota-kota pesisir di Jepang 1957. Dan tahun ini, cerita sedih ini kembali diperdengarkan, kota-kota pesisir di utara Jepang telah tersapu tsunami setinggi 10 meter sesaat sesudah gempabumi besar 8.9 SR pada tanggal 11 Maret 2011.
Lalu bagaimana dengan beban klaim yang harus dibayar oleh industri asuransi?
Pada bulan Februari 2011, industri asuransi harus membayar klaim gempa Selandia Baru NZ $ 8 Milyar dan di bulan berikutnya kembali menanggung kerugian besar karena harus membayar asuransi gempa bumi dan klaim asuransi kebakaran. Karena gempabumi ini segera diikuti dengan tsunami dan kebakaran besar. Perhitungan klaim sementara hingga akhir Maret 2011 mencapai US $ 35 Miliar untuk asuransi kerugian dan US $ 4,5 Miliar untuk klaim asuransi jiwa. Kerugian ini tidak termasuk dampak kebocoran reaktor nuklir akibat gempa di Fukushima.
Drama kesedihan saat Tsunami menghancurkan sebuah kota pantai di Utara Jepang
Kita telah melihat banyak rekaman tsunami Jepang yang tragis, tapi klip ini adalah yang paling mengerikan. Berjudul "Sanriku Selatan - Tsunami dilihat dari Shizugawa High School," Film ini di-shoting dari tempat yang tinggi, tetapi menjelang akhir video Anda dapat melihat warga disekitar pengambil film ini panik menyelamatkan diri.
Hampir sedramatis video audio track, dimana bahkan jika Anda tidak memahami pembicaraan bahasa Jepang, Anda tetap dapat mengetahui bagaimana orang-orang mengekspresikan kekhawatiran di awal, tetapi akhirnya, suara mereka mencapai kepanikan tingkat tinggi dan ngeri saat mereka menonton rumah mereka mengambang dan hanyut terbawa arus gelombang tsunami.
Tidak lama setelah tsunami, salah satu korban memberikan ilustrasi dengan kalimat yang mendekati kenyataan "raksasa tumpukan sampah turun jalan." Itulah deskripsi yang tepat, karena Anda dapat melihat seluruh kota berkubang menjadi tumpukan puing-puing encer dalam hitungan menit. Sungguh dahsyat dan sangat mengejutkan karena hanya dalam hitungan menit saja.
Sifat manusia memang tidak berdaya menghadapi kemarahan alam, berapa banyak usaha untuk mengantisipasi datang bencana, manusia sama sekali tidak dapat menolak kedatangannya dan hanya berusaha menghindarinya. Akhirnya orang hanya akan menjadi obyek mainan 'acts of God.' Pandangan inipun bisa diterima jika Anda percaya adanya Allah, Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha Berkuasa yang telah menciptakan seluruh alam semesta.
Allah akan tetap mempertahankan operasi dari semua sistem yang bekerja di seluruh alam semesta. Salah satu sistem adalah hukum sebab dan akibat. Jika Anda tidak percaya adanya Allah, Tuhan seluruh semesta alam atau Anda agnostik, komunisme, pagan dan atau tidak percaya bahwa hidup setelah kematian, maka Anda tidak perlu berpikir tentang hal itu. Jangan khawatir, karena hidup Anda tetap akan berjalan.
0 komentar dan respon:
Posting Komentar