<div style='background-color: none transparent; float:right;'><a href='http://www.rsspump.com/?web_widget/rss_ticker/news_widget' title='News Widget'>News Widget</a></div>

Jurnalis Jepang Nyatakan Syahadat di Bumi Syuhada Suriah

 

Selalu ada dakwah di setiap kesempatan. Inilah salah satu kisah sikap mulia menuntun hati yang bersih menuju ke keimanan Islam. Dakwah bil hal dakwah bil hikmah.

SURIAH - Seorang jurnalis Jepang masuk Islam di Suriah, di depan para pejuang Suriah, Subhanallah Allahu Akbar walillahilhamd.

Dalam sebuah video yang dipublikasikan di Youtube, menunjukkan seorang pria bermata sipit, seorang jurnalis Jepang menyatakan dua kalimat syahadat di depan Mujahidin dari batalyon Mamduh Julha yang bergerilya di gunung Al-Turkman di perbatasan Suriah-Turki.

Menurut laporan, ia masuk islam setelah tersentuh melihat sikap baik dari para Mujahidin ketika ia sedang meliput pertempuran di wilayah tersebut.


Dengan terbata-bata ia mengucapkan "Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah" dibimbing oleh seorang mujahid dari brigade tersebut. Kemudian para mujahidin mengucapkan takbir, dan muallaf ini pun mengikutinya dengan wajah terlihat gembira "Allahu Akbar, Allahu Akbar!". Kini ia bernama Musthofa, hamba Allah yang menemukan hidayah di bumi para syuhada, Syam.

Pada saat itu, bertepatan pada waktu shalat ashar, maka Musthofa langsung diajak untuk sholat. Ia diajari berwudhu oleh salah seorang mujahid. Nampak penuh keseriusan saat ia mengikuti tahapan-tahapan wudhu yang diajarkan. Selalu ada dakwah dibalik jihad, Allahu Akbar!.

READ MORE ... Monggo di-Klik

Islamo-Phobia : Mesir “Khawatir” Janggut Perdana Menteri

 

Mesir “Khawatir” Janggut Perdana Menteri merupakan refleksi kekhawatiran menguatnya dominasi kekuatan politik Islam di Mesir. Tampaknya pertarungan sayap sekuler dan politik Islam belum tuntas paska kemenangan Ikhwanul Muslimin. Demikian juga fenomena yang sama di Tunisia, Libia, Yaman, Siria dan kawasan Teluk (Gulf Coast) pada fase “Arab Spring” saat ini.

Jum'at, 27 Juli 2012

Hidayatullah.com—Setelah menjadi sorotan publik karena tiba-tiba naik menjadi perdana menteri, padahal banyak tokoh lain di Mesir yang lebih populer dan dianggap mampu, Hisham Qandil kini menjadi sorotan karena rambut-rambut yang tumbuh di dagunya.

Sebagian kalangan menilai, janggut yang dipelihara Qandil merupakan identifikasi ideologinya.

Mereka meyakini Presiden Mursi, yang berjanji akan merangkul semua kelompok dalam pemerintahannya, memilih Qandil karena ideologinya itu tercermin pada janggutnya. Meskipun, Mesir memiliki tokoh-tokoh politik yang dipercaya lebih mampu menjadi perdana menteri, seperti penerima Nobel Mohamed ElBaradei dan tokoh politik Ahmed Zewail.

“Hanya di Mesir, memiliki janggut lebih baik daripada memenangi Nobel,” kata Hamdy Ibrahim di Twitter, menyindir keputusan Mursy seperti dikutip BBC (26/7/2012).

Sementara Ahmed Sarhan, juru kampanye Ahmad Shafik bekas orang dekat Husni Mubarak, menulis, “Pelajaran yang dipetik: tumbuhkan janggut!” Seakan ingin mengatakan bahwa jika ingin menjabat dalam pemerintahan pimpinan tokoh politik Islam, maka caranya mudah saja yaitu asal memiliki janggut.

Gamal Fahmy, seorang wartawan liberal dan aktivis politik mengatakan debat publik di situs media sosial sangat mencerahkan. “Ikhwanul Muslimin berhasil memuaskan Amerika dan Barat tetapi mereka gagal memuaskan rakyat Mesir," katanya kepada BBC. “Rakyat Mesir takut mengislamkan negara mereka.”

Sebagaimana diketahui, memelihara janggut dalam Islam diyakini sebagai kewajiban oleh sebagian kalangan. Dan secara umum publik menilai orang yang berjanggut lebih “kuat memegang” ajaran agamanya dibanding mereka yang tidak berjanggut. Seperti halnya kerudung pada wanita Muslim.

Qandil ditunjuk pertama kali menjadi menteri pengairan pada Juli 2011 dalam kabinet pimpinan Kamal Ganzouri di era Husni Mubarak. Ketika itu, dia juga menjadi pusat perhatian karena merupakan satu-satunya menteri yang memelihara janggut.

Saat itu banyak orang memandangnya sebagai simbol perubahan positif di Mesir, mengindikasikan bahwa Islamis tidak lagi diburu, tulis BBC.

Di Mesir yang sekuler, di mana rakyatnya trauma dengan kediktatoran Husni Mubarak dan lebih cenderung menginginkan kebebasan ala Barat, sementara kelompok-kelompok Islam banyak memenangi pemilihan umum menyusul Arab Spring, kemunculan janggut di jajaran pucuk pimpinan negara menjadi kekhawatiran tersendiri akan dominasi Islam atas mereka.*

READ MORE ... Monggo di-Klik

Ancaman bagi Muslim Rohingya Burma yang mendirikan Sholat

Pasukan intelijen militer Burma dan pasukan keamanan perbatasan (Nasaka) telah menargetkan para ulama Muslim sejak kemarin (21/7/2012), seorang guru di Maungdaw, Arakan melaporkan, dilansir Kaladan News.

Para petugas Nasaka, memanggil semua pegawai desa dengan lima pemuka agama (Muslim) di kantor Nasaka daerah no.6 hari ini (22/7) sekitar pukul 9:30 waktu setempat, Nasaka memerintahkan para pegawai Muslim dan para ustadz atau syaikh untuk tidak melaksanakan shalat berjama'ah di Masjid atau di rumah, jika diketahui shalat jama'ah digelar Nasaka akan menangkap siapa saja yang mengikuti shalat berjama'ah itu. Nasaka juga memperingatkan para ulama Muslim untuk tidak 'menyulut konflik' antara Muslim Rohingya dan Buddhis Rakhine, papar seorang pegawai desa tersebut.

Setelah pertemuan itu, para petugas (Nasaka) menangkap lima ustadz, Maulana Abu Siddique (45), dari desa Hla Poe Khuang, Maulana Yusuf Ali (40) dari desa Zin Paung Nyar , Maulana Muhammad Alam (40) dari desa Poungzarr, Moulan Kawlim (40) dari desa Hlabawzar dan Moulana Dil Muhammad (40) dari desa Hlabawzar.

Selain itu, seorang warga desa mengatakan bahwa Nasaka dan intelijen militer menangkap 4 Muslim Rohingya dari Masjid Jami desa Thayai Gonetan (Knonena Para) pada saat mereka sedang shalat di beranda Masjid.

Mereka yang ditangkap bernama Maulana Fazal Haque (50), Butu (31), Amir Abdul Gaffur (42) dan Maulana. Mereka semua ditahan di markas Nasaka di daerah no.7.

Di sisi lain, Nasaka dan intelijen militer juga menangkap 6 Muslim Rohingya dari Pa Nyaung Pingyi dan 3 lainnya dari desa Du Nyaung Pingyi Sabtu pagi ini, kata seorang warga desa dari selatan Maungdaw.

Menurut laporan, akhir-akhir ini kebanyakan Muslim yang ditangkap adalah para ulama atau muridnya. (siraaj/arrahmah.com)

READ MORE ... Monggo di-Klik

Kisah Akhir Hidup Seorang Umar bin Khaththab

 

Kematian adalah kepastian, dan kesyahidan adalah akhir hidup yang indah. 

Dalam hal penyebaran Islam ke seluruh dunia, tidak ada khalifah Rasyidah yang lebih sukses daripada Umar bin Khathab radiyallahu 'anhu. Selama 10 tahun masa pemerintahannya, kaum muslimin telah meruntuhkan imperium Persia di Irak dan Iran, dan meruntuhkan kekuasaan imperium Romawi Timur di Syam dan Mesir.

Pada masa tersebut, para ulama dan juru dakwah Islam mengajarkan Islam ke seantero wilayah khilafah rasyidah. Jutaan orang Mesir, Syam, Irak dan Iran memeluk Islam pada masa dakwah tersebut.

Setelah selesai menunaikan ibadah haji tahun 23H, Umar bin Khathab pulang ke Madinah. Dalam perjalanannya ia singgah di Abthah. Di tempat itu Umar mengadu dan berdoa kepada Allah. Ia merasa telah tua, kekuatan fisiknya melemah, sementara wilayah kekuasaannya meluas dan rakyatnya bertambah sangat banyak. Ia khawatir tidak mampu memimpin dan melayani seluruh rakyatnya dengan baik.

Di sinilah ia berdoa agar segera diwafatkan Allah sebagai seorang syahid. Bukan sembarang gugur di medan perang, melainkan gugur di negeri Rasulullah SAW.

Hafshah binti Umar bin Khaththab berkata, "Saya mendengar Umar bin Khaththab berdoa:

«اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»

"Ya Allah, karuniakan kepadaku mati syahid di jalan-Mu dan jadikanlah kematianku di negeri Rasul-Mu Shallallahu 'alaihi wa salam." (HR. Bukhari no. 1890)

Doa itu sempat menjadi pertanyaan sebagian sahabat. Bagaimana mungkin khalifah bisa gugur sebagai seorang syahid di jantung kekhilafahan, sementara pasukan Islam sukses menaklukkan pusat kekuasaan musuh di Irak, Iran, Syam dan Mesir?  

Allah mengabulkan dengan cara yang sulit dibayangkan oleh kebanyakan manusia.

Pagi itu, hari Rabu tanggal 26 Dzulhijah 23 H, kaum muslimin telah selesai menunaikan shalat sunah dua raka'at sebelum Subuh. Khalifah Umar bin Khathab lalu maju ke mihrab untuk mengimami shalat di masjid nabawi, sebagaimana kebiasaan yang telah dilakukannya selama sepuluh tahun menjadi khalifah.

Umar bertakbir diikuti jama'ah yang memenuhi masjid. Setelah membaca doa iftitah dan Al-Fatihah yang diaminkan oleh seluruh jama'ah, Umar membaca surat. Dalam shalat Subuh, ia biasa membaca surat panjang, paling sering QS Yusuf atau An-Nahl.

Baru beberapa ayat Umar membaca surat, tiba-tiba seorang laki-laki yang berada di shaf pertama melompat ke mihrab, mendekati Umar bin Khathab kemudian mencabut sebuah khanjar (semacam belati yang kedua sisinya tajam) dan menghunjamkannya ke perut dan pinggang Umar bin Khathab. Tidak tanggung-tanggung, tiga sampai enam tusukan ia hunjamkan kepada khalifah. Salah satu tusukan itu mengenai bagian di bawah pusar khalifah.

Mendapat serangan mendadak secara keji dan bertubi-tubi tersebut, khalifah terjatuh. Suara bacaan imam terputus. Para jama'ah yang berada di shaf pertama begitu terkejut oleh peristiwa yang terjadi sangat cepat tersebut. Mereka langsung menghambur ke arah si penyerang, untuk meringkusnya. Sayang sekali, khanjar beracun di tangan si penyerang membabat dan menusuk ke kanan dan ke kiri, ke depan dan ke belakang, melukai setiap orang yang mencoba meringkusnya.

Si penyerang berusaha keras menerobos barisan shalat dan meloloskan dirinya. Tiga belas orang telah ia robohkan dengan tikaman dan sabetan khanjar, enam orang di antaranya bahkan syahid akibat racun ganas di bilah khanjar itu. Pada akhirnya, Abdurrahman bin Auf berhasil menjerat si penyerang dengan kain sarungnya. Orang-orang segera mengerubuti si penyerang untuk meringkusnya. Melihat gelagat dirinya tidak mungkin lagi meloloskan diri, si penyerang memilih bunuh diri dengan menghunjamkan khanjar ke perutnya sendiri.

Lantai masjid berlumuran darah. Belasan jama'ah terkapar bersama di penyerang yang bunuh diri itu. Sebelum pingsan akibat luka-luka serius yang dialaminya, Umar sempat melambaikan tangannya ke arah Abdurrahman bin Auf. Sahabat senior yang selama sepuluh tahun menjadi penasehat khalifah itu pun maju ke mihrab dan meneruskan shalat kaum muslimin. Ia membaca surat pendek dan mempercepat shalat. Di shaf-shaf bagian belakang, jama'ah shalat sempat kebingungan karena suara bacaan imam terhenti beberapa saat lamanya. Mereka tidak mengetahui peristiwa yang baru saja terjadi di mihrab dan shaf awal.

Selesai shalat, jama'ah membawa khalifah Umar bin Khathab ke rumahnya. Luka bekas tusukan di perut dan pinggangnya masih mengalirkan darah. Ia sempat sadar, namun kemudian pingsan kembali. Jama'ah kebingungan untuk menyadarkan kembali Umar. Ibnu Abbas lantas mengumandangkan adzan di dekat telinga Umar. Suara adzan itulah yang membangunkan kembali khalifah dari pingsannya.

Kalimat pertama yang keluar dari mulut khalifah ternyata adalah, "Apakah orang-orang sudah melakukan shalat?"

"Sudah, wahai amirul mukminin. Tinggal Anda yang belum selesai shalat." jawab Mendengar hal itu, Umar berkata:

نَعَمْ، وَلَا حَظَّ فِي الْإِسْلَامِ لِمَنْ تَرَكَهَا

"Ya, tidak ada bagian sedikit pun dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat."

Umar melaksanakan shalat Subuh dengan kondisi darah yang masih mengucur. Selesai shalat, ia bertanya kepada jama'ah, "Siapakah orang yang menusukku tadi?"
"Abu Lu'luah, budak milik Mughirah bin Syu'bah."

Mengetahui penyerangnya adalah Abu Lu'luah Fairuz Al-Majusi, seorang Persia beragama Majusi yang menjadi tawanan kaum muslimin dan kemudian menjadi budak bagi sahabat Mughirah bin Syu'bah, Umar bersyukur kepada Allah.

Umar berkata,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَجْعَلْ مَنِيَّتِي عَلَى يَدَيْ رَجُلٍ يَدَّعِي الْإِيمَانَ، وَلَمْ يَسْجُدْ لِلَّهِ سَجْدَةً

"Alhamdulillah, Yang tidak menjadikan kematianku melalui tangan seorang laki-laki yang mengaku beriman dan belum pernah bersujud kepada Allah walau sekali saja."

Abu Lu'luah Fairuz Al-Majusi ditawan dalam jihad di Irak. Saat para tawanan dibagikan kepada para mujahidin Islam, Mughirah bin Syu'bah yang kemudian menjadi gubernur Kufah mendapat bagian Abu Lu'luah Al-Majuzi. Berhubung Abu Lu'luah Al-Majuzi adalah seorang tukang kayu, tukang besi dan tukang pahat, ia dibawa ke Madinah untuk dipekerjakan dalam beberapa pekerjaan kaum muslimin.

Berada di jantung ibukota pemerintahan Islam dan melihat Umar tidak pernah dikawal seorang prajurit pun, Abu Lu'luah Al-Majusi merencanakan dengan detail pembunuhan terhadap khalifah Umar. Ia menaruh dendam dan kebencian yang sangat kepada khalifah, karena pada masa pemerintahannyalah imperium Persia dan agama Majusi yang ia anut dikalahkan oleh kaum muslimin.

Khalifah Umar sendiri wafat tiga hari setelah peristiwa penusukan tersebut akibat luka-luka dalam yang tidak bisa diobati lagi. Beliau dimakamkan pada Ahad pagi, tanggal 1 Muharram 24 H dalam usia 63 tahun. Jenazahnya dimakamkan di kamar ibunda Aisyah radhiyallahu 'anha, disamping makam Rasulullah SAW dan Abu Bakar ash-Shidiq ra. Beliau memerintah selama 10 tahun 5 bulan 21 hari.

Saudaraku seiman dan seislam… !

Saat mendapati khalifah Umar bin Khathab kembali pingsan, para sahabat memikirkan khalifah belum melaksanakan shalat Subuh. Saat hendak menyadarkan khalifah dari pingsannya, adzanlah yang mereka kumandangkan. Dan saat siuman dari pingsannya, hal pertama yang dipikirkan khalifah juga masalah shalat.

Begitulah perhatian besar kaum muslimin generasi awal Islam terhadap shalat. Dalam suasana paling genting sekalipun, hal pertama yang mereka ingat adalah shalat. Shalat tidak pernah mereka lalaikan, baik dalam suasana damai maupun perang, suasana aman maupun ketakutan, sehat maupun sakit.

Selama ia masih muslim, maka ia melaksanakan shalat. Shalat adalah rukun pokok dan tiang agama Islam. Siapa meninggalkan shalat, maka keislamannya dipertanyakan. Sebagaimana dikatakan oleh khalifah Umar, "Ya, tidak ada bagian sedikit pun dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat."

Allah Ta'ala menegaskan dalam firman-Nya,

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

"Maka datanglah setelah mereka generasi penerus yang menelantarkan shalat dan memperturutkan nafsu syahwat, maka mereka pasti akan mendapatkan kesesatan." (QS. Maryam [19]: 59)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam sendiri telah bersabda:

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

"Perjanjian (batas) antara kami dan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkan shalat niscaya ia telah kafir."

(HR. Tirmidzi no. 2621, An-Nasai no. 463, Ibnu Majah no. 1079, Ahmad no. 22937, Ibnu Abi Syaibah no. 30396, Ibnu Hibban no. 1454, Al-Hakim no. 11 dan Al-Baihaqi no.  6499. Hadits ini dishahihkan oleh Tirmidzi, Ahmad, Al-Hakim, Adz-Dzahabi dll.)

Sumber:
Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al-Bidayah wan Nihayah, 10/188-191, Kairo: Dar Hajar, cet. 1, 1418 H.

READ MORE ... Monggo di-Klik

Islam Menyeru : Boikot Kurma Israel!

 

Kurma (dates) menjadi kudapan paling favorit saat berbuka puasa, kita tahu setiap bulan Ramadhon pasokan kurma di seluruh dunia meningkat dan mudah kita temukan di sekitar kita. Namun berhati-hatilah membelinya – boleh jadi kurma yang Anda beli “berlumuran darah.” Karena kurma yang Anda beli boleh jadi berasal dari pasokan perusahaan Israel atau diproduksi dari tanah pertanian milik warga Palestina yang dikelola oleh pemukim illegal petani Israel. Keuntungannya pun untuk biaya untuk menindas rakyat Palestina dan kelangsungan negara Israel.

Berikut ini ulasannya :

Rabu, 18 Juli 2012, ada pemandangan berbeda di Amerika Serikat. Sekelompok aktivis Muslim pro Palestina menyerukan boikot terhadap produk kurma Israel.

Awada Hamdan dari Americans Muslims For Palestina (AMP) menyoroti banyaknya  Muslim di Amerika yang masih mengkonsumsi kurma Israel. Padahal, kata Hamdan, siapapun yang mengkonsumsi kurma Israel berarti dia menyetujui penjajahan Yahudi! "This Ramadan Make a Date With Justice: Choose Occupation-Free Dates," itulah kampanye yang diusung oleh AMP yang kemudian diikuti dengan gelombang pemboikotan toko-toko Muslim terhadap kurma-kurma dari negara jahanam tersebut.

Hal serupa juga pernah terjadi di negara Eropa. Juli 2010, sejumlah besar organisasi Muslim, termasuk Dewan Masjid Maroko Belanda (RMNN), Yayasan Islam Belanda (ISN), dan Milli Gorus mendesak Muslim Belanda untuk tidak membeli kurma Israel saat bulan Ramadhan. Boikot tersebut adalah respon atas serangan Israel terhadap konvoi  Mavi Marmara untuk Palestina pada Mei 2010. Kita tahu bersama, 9 aktivis terbunuh dan puluhan lain terluka, termasuk 2 warga negara Belanda.

Situasinya hampir sama dengan di Belgia. Kurma Israel adalah buah sangat populer di negara itu. Kurma menjadi kudapan laris yang menguntungkan dari segi ekonomi. Namun karena Israel berada di balik merebaknya kurma zionis tersebut, sebagian kalangan turun ke jalan untuk melakukan aksi boikot.

Seperti dikutip dari laman philosemitism, pada tahun 2003 saja, Oxfam Belgia, sebuah organisasi internasional yang peduli terhadap penderitaan masyarakat dunia, bertanggung jawab atas poster yang menyerukan boikot terhadap Israel. Poster itu menampilkan gambar buah jeruk berdarah, dengan keterangan "Buah dari Israel rasanya pahit." Oxfam ingin mengatakan bahwa dibalik manisnya kurma Israel, ada darah yang mereka tumpahkan terhadap Muslim Palestina.

Apa yang terjadi setelah itu? Lembaga Pusat mereka meminta poster itu ditarik dan meminta mereka melampiaskan kekesalan dengan mengirim surat ke Oxfam Internasional menyusul kampanye dunia yang dipimpin oleh Simon Wiesenthal Center. Apakah karena aktifitas itu perlawanan masyarakat Belgia terhadap kurma Israel seketika berhenti? Jawabannya tidak. Pasca penarikan poster itu, bahkan organisasi INTAL yang juga bermukim di Belgia melakukan aksi serupa. Layaknya FPI di Indonesia, mereka mengunjungi pasar-pasar buah di Belgia pada jam 5 pagi hanya untuk membujuk toko-toko grosir agar tidak menjual kurma dari Israel.

Dan Anda tahu, ternyata INTAL dan Oxfam bukanlah organisasi Muslim. Mereka justru kemudian menyambangi organisasi-organisasi Muslim di Belgia untuk mengkampanyekan boikot serupa terhadap kurma Israel. Harusnya kita lebih mendahului mereka.

Keuntungan Israel dari Kurma

Seperti dilansir, inminds.co.uk, keuntungan Israel dari penjualan kurma memang sangat besar. Untuk tahun 2011 saja, Israel menangguk sedikitnya $ 265.000.000. Ratusan juta dolar keuntungan tersebut masuk ke kantong ekonomi Israel dan kiat mengukuhkan hegemoni di atas tanah Palestina.

Hingga kini, Israel juga menguasai pangsa pasar kurma terbaik di dunia. Lebih dari 50% kurma Medjool yang ada di dunia sekarang diproduksi di Israel. Kurma Medjool sendiri adalah kurma yang sangat mendunia. Teksturnya yang empuk dan lembut, serta memiliki rasa yang manis dan legit, membuat Kurma Medjool dikenal sebagai 'Raja Kurma' atau 'Berlian Kurma'. Tidak hanya legit, kurma asal AS ini juga mengandung fruktosa dan glukosa alami yang merupakan sejenis karbohidrat sederhana yang baik untuk meningkatkan energi saat berpuasa. Harga kurma ini tidak tanggung-tanggung: Rp.160.000/Kg. Dan pangsa pasar Eropa masih menjadi incaran bagi penjualan kurma Israel dimana mereka memiliki market sebesar 10%.

Dua perusahaan besar kurma di Israel adalah Agrexco dan Hadiklaim. Kedua perusahaan ini hampir menguasai seluruh jaringan penjualan kurma di Israel maupun mancanegara. Agrexco adalah perusahaan pertanian paling besar di Israel. Meski sempat dilikuidasi, tapi Agrexco kemudian kembali bangkit setelah dibeli taipan Yahudi, Gideon Bickel, pada tahun 2011. Dalam waktu relatif singkat, Agrexco Carme (nama baru pasca likuidasi) mampu menawarkan berbagai macam produk LN.

Ironisnya, hingga kini hampir 70% persen dari produksi pertanian mereka dilakukan di tanah milik rakyat Palestina. Mereka memaksa masuk tanah-tanah ilegal demi mempertahankan komoditi mereka dan memenuhi permintaan kurma selama bulan ramadhan. Tiga brand kurma mereka adalah Carmel, Jordan Plains, Jordan Valley. Dan umat Islam perlu mencatat: tidak boleh ada satu biji kurma pun dari Israel yang masuk ke tenggorokan kita!

Sedangkan Hadiklaim adalah perusahaan kurma kenamaan di Israel. Berdiri pada tahun 1982 di Tel Aviv, Hadiklaim memiliki reputasi yang telah terbukti untuk secara konsisten memberikan kualitas kurma tertinggi. Tidak heran mereka menguasai 65% peredaran kurma di Israel.

Kurma-kurma di bawah naungan Hadiklaim sangat banyak. Nama-nama yang perlu dicatat oleh umat Muslim untuk dihindari adalah King Solomon, Jordan River, Kalahari, Tamara Barhi Dates, Desert Diamonds, Rapunzel Bomaja, Shams dan Delillah. Hadiklaim juga menyuplai turunan dari brand mereka untuk pasar eceran (supermarket) diantaranya Mark & Spencer, Sainbury's, Tesco, dan Waitrose.

Liciknya, Hadiklaim selalu melabeli kurma-kurma mereka dengan tulisan "Produksi Tepi Barat", padahal kurma-kurma ini bukanlah berasal dari pihak Paletina. Bangsa Palestina sama sekali tidak pernah mendapat keuntungan dari kurma-kurma Israel selain pemaksaan mereka terhadap warga Palestina yang tidak berdaya untuk mau digaji murah demi kelangsungan tumbuh kembang kurma-kurma Israel tersebut. Mereka harus bekerja mulai jam 5 pagi, bahkan rela menahan ke toilet dalam masa kerja selama 8 jam di tiap harinya.

Satu nama lain yang juga harus diboikot adalah kurma Karsten Farms. Meski berasal dari Afrika Selatan, namun keuntungan kurma ini masuk ke kantong Israel. "Maka itu, Karsten Farms termasuk kurma yang diboikot," tegas Inminds.co.uk yang terlibat aktif dalam kampanye boikot produk-produk Zionis Israel.

Melihat kezaliman ini, warga Palestina sama sekali bukanlah warga negara yang tidak tinggal diam. Pada tahun 2005, masyarakat sipil Palestina sudah mulai mengetuk pintu hati masyarakat dunia untuk terlibat dalam aksi memboikot produk kurma Israel. Perjuangan itu  didukung oleh lebih dari 170 organisasi Palestina yang mewakili semua aspek masyarakat termasuk petani.

Pada tahun 2004, Mahkamah Internasional sendiri juga sudah memutuskan bahwa permukiman Israel adalah ilegal karena dibangun di atas tanah Palestina. Aktivitras bertani kurma merupakan salah satu kegiatan pertanian utama yang dilakukan oleh hampir setengah dari pemukiman ilegal Israel yang terletak di Jordan Valley itu.

Maka sudah seharusnya umat Islam berhati-hati untuk membeli produk kurma. Dan kita dituntut untuk proaktif mengkampanyekan boikot produk kurma Israel. Bukan dengan landasan kemanusiaan, tapi akidah, karena begitulah Islam mengajari kita.

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam".(HR. Muslim).*

Oleh: Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi. - Aktifis Kajian Zionisme Internasional-

(hidayatullah.com)

READ MORE ... Monggo di-Klik

Ta'wil al Imam al Bukhari Membungkam Pemuda Wahabi

 

Kaum wahabi yang dalam otaknya sudah penuh dengan doktrin akan bersikap sok dan merasa pintar sendiri. Dalam ajaran Wahabi saling menghormati menyayangi bisa dikatakan tidak ada sama sekali, yang ada hanya ego dan kecongkakan. Begitu sombong dan congkaknya mereka hingga berani mengkafirkan imam-imam besar. Dan tidak sedikit di antara mereka yang sampai mengkafirkan shahabat.

Ciri ciri kaum wahabi:

  1. Biasa memvonis bid'ah dan kafir pada orang Islam yang tidak sefaham. Mereka tidak menerima qaidah yang menyatakan bid'ah terbagi bid'ah hasanah dan bid'ah sayyi'ah.

  2. Mereka tidak mau menta'wil al Qur'an maupun al Hadits, dan memaknai al Qur'an dan al Hadits secara harfiyah saja.

  3. Sikapnya kaku dan merasa paling benar atau mencaci-maki orang yang tidak sepaham.

Berikut ini kisah orang Wahabi yang tidak bisa menjawab karena  pendapatnya yang berlainan dengan pendapat imam Bukhari.

    Kalau kita amati dengan seksama, perdebatan Wahabi dengan ulama Ahlussunnah Wal-Jama’ah, akan mudah disimpulkan, bahwa si Wahabi sering mengeluarkan vonis hukum tanpa memiliki dasar ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Bahkan tidak jarang, pernyataan mereka dapat menjadi senjata untuk memukul balik pandangan mereka sendiri. Seperti kisah di bawah ini.

    Ustadz Syafi’i Umar Lubis dari Medan bercerita:
    “Ada satu pesantren di kota Siantar, Simalungun, Sumatera Utara. bernama Pondok Pesantren Darussalam. Setiap tahun, Pondok tersebut mengadakan Maulid Nabi SAW dengan mengundang ulama dari berbagai daerah termasuk Medan dan Aceh. Acara puncak biasanya ditaruh pada siang hari. Malam harinya diisi dengan diskusi.

    Pada Maulid Nabi SAW tahun 2010, saya dan beberapa orang ustadz diminta sebagai pembicara dalam acara diskusi. Diskusi kali ini membahas tentang Salafi apa dan mengapa, dengan judul Ada Apa Dengan Salafi?

    Setelah presentasi selesai, lalu tiba sesi tanya-jawab. Ternyata dalam sesi ini ada orang yang berpakaian gamis mengajukan keberatan dengan pernyataan saya dalam memberikan keterangan tentang Salafi, antara lain berkaitan dengan ta’wil.

    Orang Salafi tersebut mengatakan: “Al-Qur’an itu diturunkan dengan bahasa Arab. Sudah barang tentu harus kita fahami sesuai dengan bahasa Arab pula”. Pernyataan orang Salafi itu, saya dengarkan dengan cermat. Kemudian dia melanjutkan keberatannya dengan berkata: “Ayat-ayat al-Qur’an itu tidak perlu dita’wil dan ini pendapat Ahlussunnah” (pendapat wahabi).

    Ta’wil terhadap teks-teks mutasyabihat telah dilakukan oleh para ulama salaf, di antaranya Imam Malik bin Anas, Imam Ahmad bin Hanbal, dan lain-lain. Akan tetapi kaum Wahhabi sering kali mengingkari fakta-fakta tersebut dengan berbagai macam alasan yang tidak ilmiah dan selalu dibuat-buat.

    Setelah diselidiki, ternyata pemuda Salafi itu bernama Sofyan profesi sebagai guru di lembaga As-Sunnah, sebuah lembaga pendidikan Wahhabi atau Salafi.

    Mendengar pernyataan Sofyan yang terakhir, saya bertanya:

    “Apakah Anda yakin bahwa al-Imam al-Bukhari itu ahli hadits?” Sofyan menjawab: “Ya, tidak diragukan lagi, beliau seorang ahli hadits.”

    Saya bertanya: “Apakah al-Bukhari penganut faham Ahlussunnah Wal-Jama’ah?”

    Sofyan menjawab: “Ya.”

    Saya berkata: “Apakah al-Albani seorang ahli hadits?”

    Sofyan menjawab: “Ya, dengan karya-karya yang sangat banyak dalam bidang hadits, membuktikan bahwa beliau juga ahli hadits.”

    Saya berkata: “Kalau benar al-Bukhari menganut Ahlussunnah, berarti al-Bukhari tidak melakukan ta’wil. Bukankah begitu keyakinan Anda?”

    Sofyan menjawab:“Benar begitu.”

    Saya berkata: “Saya akan membuktikan kepada Anda, bahwa al-Bukhari juga melakukan ta’wil.”

    Sofyan berkata: “Mana buktinya?”

    Mendengar pertanyaan Sofyan, saya langsung membuka Shahih al-Bukhari tentang ta’wil yang beliau lakukan dan memberikan photo copynya kepada anak muda itu. Saya berkata: “Anda lihat pada halaman ini, al-Imam al-Bukhari mengatakan:

    بَابُ – كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ اَيْ مُلْكَهُ.
    Artinya, “Bab tentang ayat : Segala sesuatu akan hancur kecuali Wajah-Nya, artinya Kekuasaan-Nya.”
    Kata wajah-Nya, oleh al-Bukhari diartikan dengan mulkahu, artinya kekuasaan-Nya.

    كل شيئ هالك الا وجهه. الا ملكه. ويقال الا ما اريد به وجه الله
    “Segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya”, maksudnya adalah“Kecuali kekuasaan-Nya. Dan ada pendapat lain yang mengatakan “Kecuali yang ditujukan untuk mendapatkan balasan Allah”. (Shahih Al Bukhari Juz 3 halaman 171).

    Apa yang dilakukan Al Bukhari di atas jelas merupakan Ta’wil terhadap firman Allah. Ini berarti Akidah Imam Al Bukhari sama dengan Akidah mayoritas Ummat Islam.

    “Kalau begitu al-Imam al-Bukhari melakukan ta’wil terhadap ayat ini. Berarti, menurut logika Anda, al-Bukhari seorang yang sesat, bukan Ahlussunnah. Anda setuju bahwa al-Bukhari bukan Ahlussunnah dan pengikut aliran sesat?”

    Mendengar pertanyaan saya Sofyan hanya terdiam. Sepatah katapun tidak terlontar.

    Kemudian saya berkata: “Kalau begitu, sejak hari ini, sebaiknya Anda jangan memakai hadits al-Bukhari sebagai rujukan. Bahkan Syaikh al-Albani, orang yang saudara puji itu, dan orang-orang Salafi memujinya dan menganggapnya lebih hebat dari al-Imam al-Bukhari sendiri. Al-Albani telah mengkritik al-Imam al-Bukhari dengan kata-kata yang tidak pantas.

    Al-Albani berkata: “Pendapat al-Bukhari yang melakukan ta’wil terhadap ayat di atas ini tidak sepatutnya diucapkan oleh seorang Muslim yang beriman”.

    Itulah komentar Syaikh Anda, al-Albani tentang ta’wil al-Imam al-Bukhari ketika menta’wil ayat:
    بَابُ – كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ اَيْ مُلْكَهُ.
    Dengan beraninya Syaikh Albani bertindak kurang ajar terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan bahwa hal tersebut tidak patut diucapkan oleh seorang Muslim. Secara tidak langsung, seolah-olah al-Albani mengatakan bahwa ta’wilan al-Imam al-Bukhari tersebut pendapat orang kafir (selain Muslim).

    Kemudian saya mengambil photo copy buku fatwa al-Albani dan saya serahkan kepada anak muda Salafi ini. Ia pun diam seribu bahasa.

    Demikian kisah yang dituturkan Syafi’i Umar Lubis dari Medan, ulama muda yang kharismatik dan bersemangat dalam membela Ahlussunnah Wal-Jama’ah.

    bagi Wahabi pemula memang masih ada yang canggung untuk mengkafirkan para imam besar langsung dari mulut mereka, namun pada dasarnya, dalam hati mereka, mereka sudah menghinakan bahkan mengkufurkan dan memasukkan para imam besar Islam pada katagori ahlul bid'ah.

    seperti contoh yang sudah dilakukan oleh seniornya, al Albani.

    maka dari itu, mengajilah yang baik kepada orang yang benar benar alim dan berakhlakul karimah, agar anda selamat di dunia dan di akhirat.

    Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook.

    READ MORE ... Monggo di-Klik

    Dimana Posisi Wahhabi dalam peta Permusuhan Islam vs Imperialism?

     

    Bagi orang yang memiliki pandangan jernih untuk mampu memandang kebenaran,  membuka matanya untuk menelusuri sejarah Wahabiyah, dia akan melihat  pendiri Wahabi (si Tanduk Setan dari Najd, sebagaimana diramalkan Nabi akan muncul di abad 12H/akhir abad 17M) di masa mudanya dekat agen Inggris di Irak, dan kaum Wahabi pendukung pertama dan utama imperialis Barat di dunia Islam jazirah Arab,  merongrong kekhalifahan ISLAM Turki dan saat “merdeka semu” (pengaruh Amerika bercokol kuat) menjadi negara-negara kecil dengan Nasionalism sempit.

    POSISI WAHABI DALAM GEOPOLITIK

    Jika menelusur sejarah Muhammad ibn Abdul Wahhab dan pemimpin Wahabi setelahnya tidak pernah ditemukan upaya nyata mensejahterakan umat, tegakkan keadilan, cegah kedzaliman dan melawan kebodohan. Yang terjadi justru penindasan, pembunuhan, pemenjaraan ulama dan penentang kerajaan Wahabi Arab Saudi dan penguasa tiran di seluruh bekas wilayah Turki Utsmani. Wahabi ikut andil mengubah dunia Islam di Timur Tengah dan mengundang Imperialism Barat.

    Bahkan, mereka jadikan barat sebagai qiblat dan mereka dukung para penjajah untuk menginjak-injak martabat negara-negara Arab dan Islam. Diizinkannya Miltary base kafir AS di Dahran - dengan Makkah dan Madinah.

    Atau fakta yang tersimpan sejak lama, bahwa Israel ternyata menduduki wilayah Arab Saudi sejak tahun 1967.  Pulau Tiran dan Safir, dua pulau gabungan ini milik Arab Saudi yang memiliki luas 113 Km.  Keduanya sangat strategis karena berada di mulut Teluk Aqaba, dimana lalu lintas ke pelabuhan di selatan Israel harus melewati Laut Merah.  Israel membiayai sebuah pos di kedua pulau tersebut.

    image

    Inilah bukti mereka adalah kepanjangan tangan musuh-musuh Islam yang dengan semaunya mereka permainkan Islam.

    - Traktat Ibn Sa`ud – Inggris pada 26 Desember 1915

    - Penempatan pangkalan militer AS di Dhahran sejak 1942 – sekarang

    - Fatwa bolehkan meminta pertolongan AS dalam Perang Teluk 1990-1991.

    Permusuhan Wahabiyah kepada umat Islam secara gamblang bisa dilihat dari fatwa pemuka utama wahabi (saya tidak sudi menyebutnya ulama) Nashiruddin al Albani ketika memberikan fatwa bahwa,

    Kepada penduduk Palestina ia fatwakan wajib keluar dari Palestina, apa kemaslahatan dari ini semua? Dan untuk siapa kita tinggalkan Palestina jika kita mewajibkan penduduknya meninggalkan Palestina? Berapa harga fatwa ini? Orang yang cerdas adalah orang yang memahami isyarat ini. Siapa yang membayar al Albani untuk fatwanya ini???

    Inilah kenyataan dari apa yang telah mereka dilakukan, atau yang sedang mereka lakukan juga rencana busuk mereka di masa mendatang.

    AQIDAH WAHABI

    Tidak akan ditemukan dalam sejarah Wahabi kecuali pengkafiran terhadap umat Islam dan tuduhan syirik, mewajibkan untuk memerangi mereka serta menghalalkan darah dan harta mereka.

    Dalam diri mereka yang ada hanyalah aqidah tajsim, tasybih, kufur, sesat dan pengingkaran ziarah makam Rasulullah dan makam orang yang shalih untuk bertabarruk, pengkafiran terhadap orang yang mengatakan: “Wahai nabi pembawa rahmat mintakan syafaat untukku kepada Allah!!”.

    Mengingkari perayaan maulid nabi yang mulia seperti biasa dilakukan di kalangan ahlussunnah, mengharamkan membaca al Qur’an bagi umat Islam yang telah meninggal dunia, inilah rutinitas mereka tidak ada yang lain.

    Satu-satunya tujuan mereka dengan kedok agama mereka menumpahkan darah umat Islam yang tidak berdosa, menghalalkan yang haram, dan menyebarkan fitnah demi fitnah. Sungguh licik hati mereka penuh dengan kedengkian dan kebencian serta suka membuat masalah pada umat.

    Wahabiyah mengklaim bahwa mereka hanya mengikuti Nabi dan tidak membuat bid’ah. Aqidah mereka yang telah kita paparkan bersumber dari kitab-kitab mereka adalah saksi kebohongan mereka, jelas mereka pembuat bid’ah dalam aqidah.

    Dalam sebagian aqidah Wahabi mengikuti Yahudi, Fir’aun dan Hamman terbukti mereka berhujjah dengan aqidah orang-orang ini. Bahkan dalam hal menetapkan arah, batasan, tempat, duduk, bergerak, diam, berat, timbangan, lisan, mulut kepada Allah, mereka mengambil pernyataan Yahudi, Fir’aun dan Hamman. Yaitu aqidah Penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya (aqidah Tasybih).

    Juga Aqidah Wahabi yang mengatakan Allah berada di atas Arsy dengan dzat-Nya, di langit dengan dzat-Nya, Allah memiliki kursi di setiap langit untuk tempat duduk-Nya. Aqidah ini sangat serupa dengan ungkapan “BAPA kami di Surga” dalam doa kristen.

    Kami menantang mereka, apakah mereka siap untuk menunjukkan siapa yang mereka ikuti dalam hal itu? Apabila mereka berbicara atau menulis tidak ada yang diikuti oleh mereka dalam hal itu kecuali Fir’aun, Hamman, Yahudi dan Musyabbihah (aqidah Tasybih Ibn Taimiyah) yang terlihat sangat jelas, sejelas matahari  tengah hari  yang tidak terhalang mendung.

    Bila kita beri waktu hingga qiamat mereka tidak akan mampu membuktikan satu pun apa yang mereka selewengkan dalam aqidahnya dengan hujjah berdasar hadits Nabi, pendapat para sahabat, tabi’in atau mujtahid Ahlussunnah Wal Jama’ah. Sebab faktanya justru wahabi meninggalkan semua figur ulama salaf.

    Jadi Aqidah Wahabiyah adalah aqidah sangat rapuh bahkan lebih rapuh dari sarang laba-laba. Karena tidak ada panutan mereka kecuali orang-orang bodoh dan kafir yang telah Allah kehendaki menjadikan mereka sesat-menyesatkan serta tidak ada cahaya dalam hati mereka. Jadi Wahabiyah adalah pembawa bid’ah dan bukan muttabi’ah (orang yang mengikuti nabi).

    (source : Fadhoih al-Wahabiyah – Syaikh Fathi al-Mishri. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia dalam buku berjudul “Radikalisme Sekte Wahabiyah”)

    Orang wahabi mengatakan Allah SWT. berwujud sama dengan makhluknya dan menganggap Allah duduk di Arsy diatas langit.  untuk mengetahui dalil Anda bisa lihat di Apakah Allah berada di Langit?

    MUHADDITS SEJATI DAN MUHADDITS WAHABI


    Para Ulama menetapkan kriteria yang ketat agar hanya ‘orang yang memang memenuhi kriteria’ yang layak menyandang gelar muhaddits seperti  diungkapkan oleh Imam Sakhrowi tentang siapa Ahli Hadits (muhaddits) itu sebenarnya:

    “Menurut sebagian Imam hadits, orang yang disebut Ahli Hadits (Muhaddits) adalah orang yang pernah menulis hadits, membaca, mendengar, dan menghafalkan, serta mengadakan rihlah (perjalanan) ke berbagai tempat untuk mampu merumuskan beberapa aturan pokok (hadits), dan mengkomentari cabang dari Kitab Musnad, Illat, Tarikh yang kurang lebih mencapai 1000 buah karangan.”

    Jika demikian (syarat-syarat ini terpenuhi -pent) maka tidak diingkari bahwa dirinya adalah Ahli Hadits. Tetapi jika ia sudah mengenakan jubah pada kepalanya, dan berkumpul dengan para penguasa pada masanya, atau menghalalkan (dirinya memakai-pent ) perhiasan lu’lu (permata-pent) dan marjan atau memakai pakaian yang berlebihan (pakaian yang berwarna-warni -pent). Dan hanya mempelajari hadits Al-Ifki wa Al-Butan. Maka ia telah merusak harga dirinya, bahkan ia tidak memahami apa yang dibicarakan kepadanya, baik dari juz atau kitab asalnya.

    Ia tidak pantas menyandang gelar seorang Muhaddits bahkan ia bukan manusia. Karena dengan kebodohannya ia telah memakan sesuatu yang haram. Jika ia menghalalkannya maka ia telah keluar dari Agama Islam” (Fathu Al-Mughis li Al-Sakhowi, juz 1 h. 40-41).

    Dengan kriteria sedemikian ketatnya, maka yang layak menyandang gelar ini adalah ‘Para Muhaddits’ generasi awal seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Nasa’i, Imam Ibn Majah, Imam Daruquthni, Imam Al-Hakim Naisaburi, Imam Ibn Hibban dan lain-lain.

    Kapasitas Keilmuan Imam Bukhari ra.

    Ketika Imam Bukhari mengunjungi Baghdad, para ahli hadis di kota itu mendengar kedatangannya. Mereka ingin menguji dengan berbagai cara termasuk mencampur-adukkan isi hadits dan  mengacak hadist dengan menukar-nukar perawinya. Tugas ini diserahkan pada 10 orang yang masing-masing mengeluarkan 10 hadits palsu.

    Ketika Imam Bukhari menggelar majelis ilmu, mereka ikut bergabung di dalamnya guna menanyakan kebenaran hadits-hadits yang telah direkayasa tersebut. Tidak lupa mereka juga mengundang ahli hadits dari luar Bagdad untuk meramaikan perdebatan yang akan terjadi.

    Satu per satu dari mereka mengemukakan hadits palsu kepada Al-Bukhari. Beliau selalu menjawabnya dengan 2 kata, “Tidak tahu” …. “tidak tahu”….. dan “tidak tahu.”
    Para undangan yang merupakan ahli hadits saling berpandangan satu sama lain. Sebagian dari mereka mengakui Bukhari memang benar-benar orang yang paham akan hadits, tapi sebagian lain menyangsikan bahwa ia menguasai semua itu.

    Setelah ke-10 dari mereka mengemukakan hadits rekayasa, Bukhari memandang orang pertama yang mengemukakan hadits. Dengan brilian ia mengkoreksi isi hadits rekayasa itu satu per satu sekaligus menyusun kembali para perawinya dengan benar. Begitu juga dengan orang kedua hingga kesepuluh, ia koreksi satu per satu hadits yang mereka ajukan tanpa ada yang terlewatkan sedikit pun.

    Semua orang pun akhirnya mengakui ketajaman, daya ingat dan keistimewaan Imam Bukhari. Bandingkan dengan Muhaddits Wahabi seperti di bawah ini.

    Kapasitas Keilmuan Syech Nuruddin Albani
    Di kalangan Salafi (Wahabi), lelaki satu ini dianggap muhaddits paling ulung di zamannya di samping keahliannya di bidang Arloji. Itu klaim mereka. Bahkan sebagian dari mereka tidak canggung menyetarakannya dengan para imam hadits terdahulu. Fantastis!!. Mereka gencar mempromosikannya lewat berbagai media. Usaha mereka bisa dikatakan berhasil. Kalangan muslim banyak yang tertipu dengan hadits-hadits edaran mereka yang di akhirnya terdapat kutipan, “disahihkan oleh Albani, ”. Para salafi itu seolah memaksakan kesan bahwa dengan kalimat itu Al-Albani sudah setaraf dengan Imam Turmuzi, Imam Ibnu Majah dan lainnya.

    Kapasitas ilmu reparasi jam ini sangat diragukan. Ketika ia diminta oleh seseorang untuk menyebutkan 10 hadis beserta sanadnya, ia dengan ringan menjawab, “Aku bukan ahli hadits sanad, tapi ahli hadits kitab.” Si peminta pun tersenyum kecut, “Jika begitu siapa saja juga bisa,” tukasnya.

    Namun demikian, dengan penuh keberanian Albani merasa layak mengkritisi dan mendhoifkan hadits-hadits Bukhari Muslim yang kesahihannya telah disepakati dan diakui para ulama’ dari generasi ke generasi sejak ratusan tahun lalu. Aneh bukan?

    Wallaahu a’lam

    READ MORE ... Monggo di-Klik

    Memahami Hakekat Wahabi : Mengapa mereka sangat Egois dan Tidak Ada Toleransi

     

    Wahabi selalu menggaungkan untuk selalu kembali ke  Qur’an dan Hadits Nabi tetapi amaliyahnya sangat membenci dzuriyat Rosul. Ajarannya mengabaikan sunnah Nabi, meninggalkan sama sekali warisan Rasulullah melalui para sahabat, tabi’in, tabi’it-tabi’in, jumhur ulama salaf dan khalaf. Bahkan mereka justru sangat membenci umat Islam yang menjaga warisan Nabi tersebut. Hakikatnya Wahabi memahami Qur’an dan sunnah hanya berdasarkan hawa nafsu dan pemahamannya sendiri.   

    Berikut ini penjelasan tentang kelakuan Wahabi yang selalu gigih memperjuangkan pemberantasan semua amaliyah Islam yang tidak sesuai dengan ajaran mereka.

    Di tangan kaum Wahabi, wajah Islam yang lembut menjadi penuh umpatan, caci- maki, mengkafir-kafirkan dan kebencian yang mendalam; wajah yang diliputi kasih sayang menjadi penuh dendam dan hujatan …." Seolah akhlaqul Karimah (akhlak yang baik) sudah terangkat dan lenyap dalam diri seorang muslim.

    Kita juga lebih merasakan kerasnya Wahabi atau kelompok Salafi  dalam praktek keagamaan. Radio ROJA’ untuk wilayah Jakarta selalu menyiarkan pembacaan ayat Qur’an secara tartil dan hadits dengan sangat fasih atau mengharamkan banyak hal. Secara garis besar, dari manhaj dan pemikiran, mereka memiliki beberapa prinsip keberagamaan yang sangat puritan.

    Mereka selalu menyatakan kembali ke Al-Kitab dan as-Sunnah. Prinsip ini bila dilihat  sekilas sungguh sangat mempesonakan hati siapa-pun yang tidak memiliki pengetahuan syari’at Islam yang didapat dari para ulama salaf dan imam  mujtahid. Tapi sayang, hakikatnya mereka hanya menyeru umat untuk:

    Meninggalkan pendapat jumhur (mayoritas) ulama salaf (terdahulu) dan khalaf (ulama yang kemudian) bahkan ijma' (konsensus) ulama di luar golongannya.

    Nama kelompoknya Salafi merupakan salah satu kebohongan terbesar kaum Wahabi karena faktanya mereka tinggalkan para ulama salaf dan pengelabuhan dan penipuan terhadap umat Islam.

    Bila demikian halnya sesungguhnya mereka tidak lain:

    memahami Al-Kitab dan as-sunnah hanya berdasarkan pemahaman diri sendiri, yang sudah pasti bersumber dari hawa nafsu.

    Sehingga dengan prinsip ini mereka selalu berusaha sekuat tenaga untuk:

    memaksa orang lain hanya mengikuti pemahaman yang mereka miliki karena menganggap hanya pemahaman merekalah yang benar sedangkan yang lain salah, meskipun itu datang dari mayoritas ulama dan imam-imam mujtahid umat Islam.

    Dan pada akhirnya:

    Menganggap sesat siapa pun yang tidak sepaham dengan mereka bahkan dengan mudah mengkafirkannya.

    Berikut ini fakta yang membuktikan berbahaya ajaran para pemuka Wahabi yang menjadi rujukan para pengikutnya. Antara lain, Syaikh Al-Qanuji dalam kitabnya Ad-Dinul Khalish, jilid 1 (h. 140) menjelaskan,

    “Taqlid terhadap madzhab termasuk bagian dari kesyirikan.”

    Berdasarkan pernyataan (fatwa) ini, umat Islam saat ini secara keseluruhan adalah kafir, karena sebagian besar umat yang hampir 1,5 milyar mengikuti madzhab yang empat (madzab Imam Maliki, Syafi’i, Hanafi dan Hambali). Sementara pengikut Wahabi di seluruh dunia hanya ada kisaran jutaan atau belasan juta saja.

    “Mereka merasa satu-satunya golongan umat Islam yang paling benar. Tampaknya ingin masuk surga sendiri – Surga hanya untuk Wahabi.”

    Syaikh Ali bin Muhammad bin Sinan dalam kitabnya Al-Majmu` Al-Mufid min `Aqidah At-Tawhid, halaman 55, menyatakan,

    “Wahai seluruh kaum muslimin, keislaman kalian tidak akan membawa guna, kecuali jika kalian mengumandangkan perang yang membabi-buta terhadap thariqah tasawuf hingga lenyap, perangilah mereka sebelum kalian memerangi Yahudi dan Majusi.”

    Dalam kitab I`shar At-Tawhid, Syaikh Nabil Muhammad mengatakan,

    “Tasawuf, para pengikut thariqah, dan para penduduk negara-negara Islam seperti Mesir, Libya, Maroko, India, Iran, Asia Barat, Syam, Nigeria, Turki, Romawi, Afganistan, Turkistan, Cina, Sudan, Tunisia, dan Al-Jazair adalah orang-orang kafir.”

    Syaikh Hassan Al-Aqqad dalam kitabnya Halaqat Mamnu’ah (h. 25) menyatakan,

    “Kafir orang yang membaca shalawat untuk Nabi sebanyak 1.000 kali atau mengucapkan La ilaha illallah sebanyak 1.000 kali.”

    maka dari itu, seharus semua kaum muslimin ahlus sunnah wal jama'ah menjauh dari faham wahabi dan dari orang wahabi dan memahami bahayanya.

    READ MORE ... Monggo di-Klik

    Bantahan terhadap Kaum Wahabi dan Bahaya Takfir

     

    Anda katakan kepada mereka:
    “Ajaran agama kalian itu baru, dirintis Muhammad ibn Abdul Wahhab.

    Buktinya, tidak seorang muslim-pun sebelum Muhammad Ibn Abdul Wahhab yang mengharamkan perkataan: ”Yaa Muhammad” Bahkan orang yang oleh Muhammad ibn Abdul Wahhab disebutnya sebagai “Syaikh al-Islam”; yaitu Ahmad ibn Taimiyah telah membolehkan ucapan “Ya Muhammad!” bagi orang yang sedang kesusahan karena tertimpa semacam lumpuh pada kakinya (al-Khadar).

    Ibn Taimiyah menganjurkan bagi orang yang tertimpa semacam kelumpuhan kaki (tidak bisa digerakkan) untuk mengucapkan “Yaa Muhammad…”.

    Rekomendasi Ibn Taimiyah didasarkan kepada apa yang dilakukan  sahabat Abdullah ibn Umar, bahwa suatu ketika ia tertimpa al-khadar pada kakinya, lalu orang berkata kepadanya: “Sebutkan orang yang paling kau cintai!!”, kemudian Abdullah ibn Umar berkata: “Yaa Muhammad…”.

    Al-khadar bukan kesemutan atau lumpuh permanen, tapi adalah lumpuh sementara sebab terlalu lama duduk atau semacamnya.

    *****

    Anda katakan kepada si Wahabi:
    “Ibn Taimiyah yang kalian sebut sebagai “syaikh al-Islam” membolehkan perkara di atas, sementara kalian menamakan itu sebagai kekufuran. Dalam hal ini, bahkan Ibn Taimiyah sendiri terbebas dan tidak sejalan dengan apa yang kalian yakini.

    Dengan dasar apa kalian mengaku sebagai bagian dari orang-orang Islam?! Kalian bukan orang-orang Islam, karena kalian mengkafirkan seluruh umat Islam yang mengucapkan ”Ya Muhammad...”, padahal tidak ada seorangpun yang mengharamkan perkataan ”Ya Muhammad...” kecuali kalian sendiri yang pertamakali mengharamkannya.

    Barangsiapa mengkafirkan umat Islam maka dia sendiri yang kafir, karena umat ini senantiasa akan berada dalam agama Islam hingga hari kiamat. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:

    لَنْ يَزَال أمْرُ هذِه الأمّةِ مُسْتَقِيْمًا حَتّى تَقُوْمَ السّاعَةُ أوْ حَتّى يَأتِيَ أمْرُ اللهِ (روَاه البُخَاري
    ”Senantiasa urusan umat ini akan selalu dalam kebenaran hingga datang kiamat, atau hingga datang urusan Allah” (HR. al Bukhari)

    Jika mereka berkata: ”Ibn Taimiyah tidak berkata demikian!!”

    Maka Anda katakan kepada mereka:
    ”Buktinya ditulis oleh Ibn Taimiyah dalam bukunya ”al Kalim ath Thayyib”. Ulama yang menulis biografi Ibn Taimiyah mengatakan bahwa ”al Kalim ath Thayyib” benar-benar sebagai salah satu karya-karyanya, di antaranya disebutkan oleh Shalahuddin ash-Shafadi; salah seorang yang hidup semasa dengan Ibn Taimiyah dan banyak mengambil darinya.

    Seorang pemuka Wahhabi; al Albani, juga mengakui “al Kalim ath Thayyib” adalah salah satu karya Ibn Taimiyah, dan bahkan ia membuat catatan tambahan (ta’liq) terhadap kitab tersebut, walaupun ia berkata bahwa sanad tentang perkataan sahabat Abdullah ibn Umar tersebut adalah dla’if.

    Walaupun al-Albani menilai sanad perkataan Ibn Umar tersebut dla’if tetapi penilaiannya sama sekali tidak memberi pengaruh apapun, sebab Ibn Taimiyah telah mengutip riwayat itu dengan menamakan ”Fasal: Tentang kaki bila terkena al-khadar”, lalu ia menamakan kitab tersebut dengan ”al-Kalim ath-Thayyib” atau ”Perkataan yang baik” (Lihat kitab, h. 73).

    Seandainya benar sanad riwayat tersebut dla’if (seperti  sangkaan al Albani); tetapi Ibn Taimiyah jelas membolehkan dan karenanya ia kutip dalam kitabnya tersebut.

    Dari sini Anda katakan kepada mereka:

    ”Dengan demikian siapa sebenarnya yang telah kafir, apakah Ibn Taimiyah yang kalian sebut ”Syaikh al-Islam” atau kalian sendiri?!

    Secara tersirat kaum wahhabi telah mengkafirkan Ibn Taimiyah; baik mereka sendiri sadar atau tidak. Namun, tentu mereka tidak berani mengatakan Ibn Taimiyah kafir, juga mereka tidak akan mengatakan bahwa mereka sendiri sebagai orang-orang kafir. Mereka tidak akan memiliki jawaban untuk ini.

    Katakan kepada mereka:

    ”Ajaran kalian itu baru sebab dengan pendapat kalian yang mengharamkan perkataan ”Ya Muhammad...” berarti kalian mengkafirkan seluruh umat Islam dari masa Rasulullah hingga sekarang. Bahkan sadar atau tidak; kalian telah mengkafirkan ”imam utama” kalian, Ibn Taimiyah yang jelas membolehkan perkataan ”Ya Muhammad...” saat kaki terkena al-khadar”.

    Mereka akan terdiam seribu bahasa tidak memiliki argumen.

    Tentang penilaian al-Albani yang mengklaim riwayat perkataan Ibn Umar tersebut sebagai sanad yang dla’if, penilaiannya sama sekali tidak dapat dijadikan landasan.

    Karena al-Albani tidak punya otoritas untuk melakukan penilaian hadits; dla’if atau shahih. Dia bukan seorang hafizh al-hadits, bahkan diakui sendiri bahwa ia tidak hafal walaupun hanya 10 hadits saja dengan sanad-sanadnya. Ia hanya mengakui bagi dirinya sendiri bahwa dia ”muhaddits kitab” bukan ”muhaddits hifzh”.

    Jika orang Wahhabi berkata: ”Ibn Taimiyah meriwayatkan perkataan Ibn Umar tersebut dari seorang perawi yang masih diperselisihkan (Mukhtalaf fih)”, maka anda katakan kepada mereka:

    ”Ibn Taimiyah jelas meriwayatkannya dalam kitabnya tersebut, itu bukti bahwa ia menganggap baik perkataan ”Ya Muhammad...”, baik riwayat tersebut shahih ataupun tidak. Karena seorang yang meriwayatkan sesuatu yang batil sementara ia tidak mengingkarinya itu artinya ia menganggap baik sesuatu tersebut dan menyeru kepadanya.

    Perkataan Abdullah ibn Umar diatas diriwayatkan oleh al Hafizh Ibn as Sunny (’Amal al Yaum Wa al Laylah, h. 72-73), juga oleh Bukhari dalam kitab al Adab al Mufrad (h. 324) dengan jalur sanad selain sanad Ibn as Sunny. Juga telah diriwayatkan oleh al Hafizh al Kabir Imam Ibrahim al Harbi; seorang yang dalam ilmu dan sikap wara’-nya serupa dengan Imam Ahmad ibn Hanbal, dalam kitab Gharib al Hadits, dengan jalur sanad selain sanad Ibn as-Sunny (Gharib al Hadits, j. 2, h. 673-674).

    Diriwayatkan pula oleh al Hafizh an Nawawi (al Adzkar, h. 321), oleh al Hafizh Ibn al Jazari dalam kitab al Hishn al Hashin dan ’Iddah al Hishn al Hashin (h. 105), dan oleh asy Syaukani; seorang yang dalam beberapa masalah sejalan pemahaman Wahabi.

    Lihat -wahai orang-orang Wahabi-, asy Syaukani meriwayatkannya dalam Tuhfah adz-Dzakirin (h. 267), sementara kalian menganggap perkataan ”Ya Muhammad...” sebagai kekufuran?!

    Wahai Wahhabi hendak lari kemana kalian?
    Jelas tersingkap ”kedok sesat ” ajaran kalian. Lihat! Ibn Taimiyah sebagai imam kalian, dan sebagai imam utama dari Muhammad ibn Abd al-Wahhab yang banyak mengambil faham sesatnya telah meriwayatkan dalam karyanya sendiri, ”al-Kalim ath-Thayyib”.

    Jika Wahhabi berkata: ”Kita yang benar, sementara Ibn Taimiyah tidak benar karena telah menghalalkan perbuatan syirik dan kufur.”

    Katakan kepada mereka:

    ”Kalian mengkafirkan imam terkemuka kalian sendiri yang jadi referensi utama kalian dalam akidah tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya) dan banyak kesesatan lain. Itu berarti pengakuan kalian bahwa kalian mengikuti seseorang yang kalian anggap kafir, padahal dia ini rujukan utama dalam berbagai permasalahan akidah yang kalian yakini.

    Lihat, kalian telah mengikuti Ibn Taimiyah dalam penyataan kufurnya bahwa Kalam Allah dan Kehendak-Nya adalah baharu dari segi materi (al-Afrad) dan qadim dari segi jenis (al-Jins/an-Nau’). Kalian juga mengikutinya dalam keyakinannya bahwa jenis alam ini azaly (tidak bermula) ada bersama Allah bukan sebagai makhluk.

    Lihat, dengan kekufurannya kalian jadikan dia sebagai ikutan dan sandaran dalam segala keyakinan kalian yang nyata telah menyalahi kebenaran. Sementara, di saat yang sama, kalian menyalahi dia pada perkara dimana ia telah sesuai dengan kebenaran di dalamnya; yaitu kebolehan mengucapkan kata ”Yaa Muhammad...” ketika dalam keadaan sulit atau saat tertimpa musibah.

    Katakan kepada mereka;

    ”Pengakuan kalian sebagai kelompok salafi adalah bohong besar. Siapakah di antara ulama Salaf yang melarang mengatakan kata ”Yaa Muhammad...” saat dalam kesulitan? Haram bagi kalian mengaku sebagai kaum Salafi, karena penamaan ini menipu orang awam. Padahal kalian sedikit pun tidak berada di atas keyakinan Ulama Salaf, juga tidak di atas keyakinan Ulama Khalaf. Kalian datang dengan membawa agama dan ajaran yang baru.

    DUDUK PERKARA SEBENARNYA

    Sesungguhnya mengucapkan kata ”Yaa Muhammad...” untuk tujuan meminta tolong (istigatsah) adalah perkara yang telah disepakati kebolehannya oleh para ulama Salaf dan ulama Khalaf; baik di masa Rasulullah hidup atau setelah wafat.

    Adapun yang dilarang dalam syari’at adalah mengucapkan kata ”Yaa Muhammad...” di hadapan wajah Rasulullah di masa hidupnya untuk tujuan memanggilnya, yaitu setelah turun firman Allah:

    لاَتَجْعَلُوا دُعَآءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَآءِ بَعْضَكُم بَعْضًا (النور: 63

    ”Janganlah kalian jadikan panggilan terhadap Rasulullah di antara kalian seperti sebagian kalian memanggil sebagian yang lainnya” (An-Nur: 63).

    Diharamkan perkara ini adalah karena ada suatu kaum bersifat kasar memanggil Rasulullah dari luar rumah dengan mengatakan ”Yaa … Muhammad keluarlah engkau kepada kami...!!”. Dari sebab ini kemudian Allah mengharamkan perkara ini karena untuk memuliakan Rasulullah.

    Adapun tentang seorang sahabat yang buta yang bertawassul dengan Rasulullah supaya mendapatkan kesembuhan dari butanya; yang kemudian Rasulullah mengajari dia beberapa kalimat doa untuk ia bacakan; maka bacaannya tersebut tidak dibacakan hadapan Rasulullah. Doa tersebut yaitu:

    اللّهُمّ إنّي أسْألُكَ وَأتَوَجَّهُ إلَيكَ بِنَبِيّنَا مُحَمّدٍ نَبيّ الرّحْمَة يَا مُحَمّدُ إنّي أتَوَجّهُ بِكَ إلَى رَبّي عَزّ وَجَلّ فِي حَاجَتِيْ

    ”Ya Allah! Sesungguhnya aku meminta kepada-Mu menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu; Muhammad, Nabi pembawa rahmat. Yaa…Muhammad! sesungguhnya saya denganmu menghadap kepada Tuhan saya dalam kebutuhanku ini.”

    Dalam riwayat hadits ini Rasulullah berkata kepada sahabat buta tersebut:

    ”Pergilah ke tempat wudlu, berwudlulah, lalu kerjakan shalat 2 raka’at, Lalu berdoalah dengan membaca doa-doa itu” (HR. Ath Thabarani, lihat al Mu’jam al Kabir, j. 9, h. 17-18 dan al Mu’jam ash Shagir, h. 201-202).

    Ia lalu keluar dari majelis Rasulullah, berwudlu, lalu shalat 2 raka’at, dan membaca doa tawassul dengan Rasulullah. Setelah  menyelesaikannya ia kembali menghadap Rasulullah dalam keadaan dapat melihat. Dengan demikian doa yang dibacakan oleh sahabat buta tersebut tidak di hadapan Rasulullah pada masa hidup beliau.

    Katakan kepada Wahabi;

    ”Kalian ambil pendapat Ibn Taimiyah dalam karyanya “at Tawassul Wa al Wasilah” bahwa tawassul hanya boleh dilakukan dengan orang yang hadir di hadapan dan masih hidup, namun terhadap tawassul (istighatsah) dengan orang yang sudah wafat; yang padahal oleh Ibn Taimiyah dikatakan sebagai perkara baik, seperti bertawassul dengan Rasulullah setelah wafatnya; kalian salahkan dan menuduh perkara itu  syirik dan kufur.
    Alangkah naifnya kalian, betul-betul jauh dari kebenaran.”

    Katakan pada si Wahabi untuk membantah pendapat mereka yang mengatakan bahwa Allah berada di arah atas; atau di Arsy;

    ”Seseorang posisinya berdiri, apakah dari segi jarak posisi kepalanya lebih dekat kepada arsy dibanding seorang yang sedang dalam posisi sujud?” Mereka pasti menjawab bahwa yang dalam posisi berdiri lebih dekat kepada arsy. Lalu kita katakan kepada mereka: ”Kalian telah menjadikan arsy sebagai tempat bagi Allah, padahal ada hadits yang menolak pemahaman sesat kalian ini; adalah riwayat Imam Muslim bahwa Rasulullah bersabda:

    أقْرَبُ مَا يَكُوْنُ العَبْدُ مِنْ رَبّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فأكْثِرُوا الدّعَاء (رَوَاه مُسْلِمٌ
    ”Seorang hamba yang paling ”dekat” kepada Allah adalah saat dia dalam posisi sujud, maka hendaklah kalian memperbanyak doa” (HR. Muslim).

    Kalian katakan bahwa metode takwil sama dengan ta’thil; artinya menurut kalian memberlakukan takwil sama saja mengingkari wujud Allah dan mengingkari sifat-sifat-Nya; atau dalam istilah kalian ”at-ta’wil ta’thil”.

    Ini artinya saat kalian menolak takwil, berarti sama saja kalian mengakui bahwa keyakinan kalian bathil, karena keyakinan kalian berlawanan dengan pemahaman zahir (literal) hadits tersebut.”

    Adapun kami - kaum Ahlussunnah - memahami firman Allah:

    الرّحْمنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (طه: 5

    Dan seluruh ayat atau hadits yang secara zahir (literal) seakan bahwa Allah memiliki tempat dan arah, atau memiliki anggota badan dan bentuk (batasan), bergerak dan pindah, atau sifat apapun yang seakan bahwa Allah serupa dengan makhuk-Nya; - ini semua kita pahami dengan metode takwil, baik takwil Ijmali atau takwil tafshili, sebagaimana dicontohkan ulama Salaf, yang kemudian diikuti para ulama Khalaf.

    Kita katakan;

    ”Makna teks-teks semacam itu semua bukan dalam makna zahirnya, tetapi itu semua memiliki makna yang sesuai bagi keagungan Allah yang sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya.

    Inilah yang dimaksud dari perkataan ulama Salaf ”Bila Kayf Wa La Tasybih”. Ulama Ahlussunnah mengatakan bahwa makna ”Bila Kayf” yang dimasud adalah bahwa ayat-ayat dan hadits-hadits mutasyabihat seperti tersebut di atas tidak dipahami dalam pengertian benda atau sifat-sifat benda. Inilah pemahaman yang benar dari maksud perkataan ulama Salaf dan ulama Khalaf ”Bila Kayif.”

    Sementara si Wahhabi,   mulutnya mengatakan ”Bila Kayf”, tapi hatinya meyakini adanya kayf (sifat benda).

    Memang metode takwil tafshili tak semua ulama Salaf melakukannya. Imam Ahmad ibn Hanbal misalnya, mentakwil firman Allah: ”Wa Ja’a Rabbuka” (QS. Al-Fajr: 22) dengan mengatakan bahwa yang dimaksud ”ja’a” adalah ”datangnya” pahala dari Allah. Riwayat lain mengatakan bahwa yang dimaksudkannya adalah ”datangnya perintah Allah” (Lihat al Bidayah Wa an Nihayah, j. 10, h. 327).

    Sementara Wahabi mengatakan dalam mamahami ayat diatas bahwa; Allah turun secara indrawi. Dalam keyakinan mereka Allah pindah dari Arsy ke bumi sebagaimana Malaikat turun secara indrawi; yaitu turun dengan pindah dari arah atas ke arah bumi pada hari kiamat kelak.

    Seandainya Imam Ahmad berkeyakinan seperti kalian, tentu ia tidak akan mentakwil ayat diatas; tentu akan memahaminya sesuai zahirnya seperti yang kalian pahami, tapi faktanya beliau melakukan takwil. Perkataan Imam Ahmad ini diriwayatkan oleh Imam al-Bayhaqi dan disahihkan dalam kitab Manaqib al-Imam Ahmad.

    Demikian pula firman Allah ”Yauma Yuksyafu ’An Saq” (Al-Qalam:42)  ditakwil secara tafshili oleh sebagian ulama Salaf; mereka katakan yang dimaksud “as-Saq” dalam ayat ini adalah “huruhara (kesulitan) yang teramat dahsyat”, (artinya Allah akan mengangkat huruhara tersebut di hari kiamat kelak dari orang-orang mukmin) (Lihat Fath al Bari, j. 13, h. 428, al Asma Wa as Shifat, h. 345).

    Sementara kalian wahai Wahabi memaknai “saq” pada ayat ini dengan mengatakan bahwa Allah memiliki betis sebagaimana manusia memiliki betis yang merupakan salah satu anggota badannya. Bagaimana kalian mensucikan Allah dari menyerupai makhluk-Nya dengan keyakinan yang rusak? Dengan demikian menjadi jelas bahwa pengakuan kalian sebagai pengikut Imam Ahmad ibn Hanbal adalah bohong besar.

    Sementara itu Imam al Bukhari menyebutkan takwil 2 ayat al Qur’an. Pertama; beliau mentakwil firman Allah:

    كُلُّ شَىءٍ هَالِكٌ إلاّ وَجْهَه (القصص: 88
    Imam Bukhari mengatakan makna “al Wajh” dalam ayat tersebut adalah “al Mulk”; artinya kerajaan atau kekuasaan (Shahih al Bukhari, tafsir Surat al Qasas). Takwil ayat ini demikian juga telah disebutkan oleh Imam Sufyan ats Tsauri dalam kitab Tafsir-nya (Tafsir al Qur’an al Karim, h. 194).

    Kedua; Imam al Bukhari mentakwil firman Allah:

    هُوَ ءَاخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا (هود: 56
    ditakwil dalam makna “al mulk wa as sulthan” artinya “kerajaan dan kekuasaan” (Shahih al Bukhari, Tafsir Surat Hud). Imam al Bukhari tidak pernah mentakwil ayat ini seperti yang kalian yakini dalam pengertian bahwa Allah bersentuhan.

    Benar, makna literal dari ayat tersebut seakan Allah menyentuh setiap ubun-ubun segala binatang, namun memaknainya seperti ini jelas tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya). Allah tidak disifati dengan menyentuh, dan atau disentuh; sebab menyentuh maupun disentuh adalah dari tanda-tanda makluk.

    Adapun takwil hadits riwayat Imam Muslim tersebut di atas adalah bahwa makna “al Qurb” disini bukan dalam pengertian dekat dari segi jarak. Demikian pula dengan redaksi hadits yang seakan-akan Allah bertempat di arah atas; itu semua tidak boleh dipahami secara literal (harfiah), tetapi harus dipahami dengan metode takwil.

    Dengan demikian bagaimana kalian mengatakan bahwa metode takwil sama saja dengan ta’thil (menafikan atau mengingkari sifat-sifat Allah)? Juga dengan dasar apa kalian mengatakan bahwa metode takwil adalah kufur?

    Katakan kepada mereka untuk terakhir kali:

    “Jika kalian tidak memahami hadits riwayat Imam Muslim ini dengan makna zahirnya (harfiah) maka berarti kalian melakukan takwil, dan bila demikian maka berarti kalian telah menyalahi diri kalian sendiri yang anti terhadap takwil. Kalian mengatakan: “Takwil adalah ta’thil”, sementara kalian sendiri memberlakukan takwil.

    Source:mahrusaligpl

    Dalam perspektif terkini,  Wahabi menjadi kelompok yang menghasut perpecahan konflik di tubuh ummat Islam, caci-maki dan umpatan mereka menjadi fitnah bagi ummat Islam.  

    contohnya sederhana, siapakah yang pertamakali mencaci agama kristen di internet?
    dari pihak yang mengaku Islam ternyata hanya Wahabi ini yang pertama mencaci kristen, setelah itu si Wahabi-nya lenyap. Bola panas berbelok menyerang orang Islam. Alhasil Islam dan kristen berperang, baik di internet maupun di dunia nyata. Membuncahkan kebencian Nashrani di benua Eropa dan Amerika yang memang dari sananya sudah benci Islam. Dan muslim disana yang menjadi korbannya.
    jadi berhati-hatilah dari makar busuk kaum Wahabi.

    Wallaahu a’lam

    READ MORE ... Monggo di-Klik

    Story of Samantha Lewthwaite : Mualaf Inggris Merekrut dan Melatih Muslimah untuk Berjihad di Somalia

     

    Islam adalah agama totalitas. Islam menuntut penganutnya untuk memasukinya secara kaafah (totalitas). Keimanan yang sesungguhnya memang harus demikian. Sayangnya sebagian muslim Indonesia masih dipengaruhi sinkretism atau Islam yang tercampur dengan keyakinan bersumber bukan dari Islam (Hindu, kejawen, Budha, Sunda Wiwitan, Jawa Kawitan, Bissu, Marappu, Tolotang etc). Masyarakat Jawa, dalam kebudayaannya begitu mengagungkan “roso” dan tampaknya inilah yang menyandera Islam dalam keyakinannya. Boleh jadi hal ini terjadi juga pada penganut Sunda Wiwitan dan lainnya karena tetap menginginkan kelestarian ajaran nenek moyang dalam frame Islam. 

    Yang terjadi adalah “Islam Damai” yaitu Islam minus nilai Jihad, nilai kaafah dan wala wal barra (membenci karena iman atau mencintai menyayangi karena iman).

    Namun ada fenomena menarik dengan para mualaf di Eropa dan Amerika. Setelah memutuskan memeluk Islam mereka segera meninggalkan pola hidup yang lama, memakai hijab bagi muslimah dan menikah dengan sesama muslim, dan sangat serius mendalami keyakinan barunya. Termasuk diantaranya munculnya spirit jihad – pembelaan terhadap agama Islam atau saudara muslim lain yang teraniaya.  salah satunya profil ini. Apakah ini hanya berlaku dalam Peradaban Rasional?    

    Samantha Lewthwaite

    Samantha Lewthwaite, seorang Muslimah kulit putih asal Inggris masuk dalam daftar tersangka "teror" kepolisian di Afrik Timur, karena diduga terlibat perekrutan dan pelatihan pasukan Jihad yang semuanya beranggotakan Muslimah di Somalia, menurut laporan The Daily Teleghraph.

    Berdasarkan situs Muslim Youth Centre, sebuah kelompok Islam pro-Jihad berbasis di Kenya, mengatakan Samantha berada di Somalia dan telah terlibat dalam serangan "teror" di Afrika Timur.

    Laporan itu mengatakan, dari orang tak dikenal, namun nampak ditulis oleh seorang wanita simpatisan di Tanzania, menyatakan bahwa Lewthwaite dikenal di dalam aktivitas Jihad sebagai "Dada Mzungu" yang arinya "Saudari kulit putih" dalam bahasa Swahili.

    "Lebih dari lima kali Dada Mzungu kami telah mengalahkan orang kafir di Kenya dan Tanzania," tulis dia.

    "Dia memberikan hidupnya untuk Allah dan dia sekarang mengabdi pada Allah," tambah dia. "Dia mengomandoi semua Mujahid wanita dan melakukan operasi-operasinya melawan orang-orang kafir."

    "Sekarang setiap akhwat Muslimah ingin seperti Dada Mzungu kami. InsyaAllah, saya akan bergabung denganmu."

    Lewthwaite, adalah seorang janda dari Jermaine Lindsay, seorang tersangka pelaku bom 7/7, melarikan diri ke kota pelabuhan utama Kenya, Mombasa, Desember lalu.

    Meskipun Inggris melakukan pencarian Lewthwaite secara internasional yang melibatkan polisi Inggris, polisi Kenya dan Interpol, wanita berusia 28 tahun ini belum pernah terlihat atau ditemukan sejak saat itu.

    READ MORE ... Monggo di-Klik
    Word of the Day

    Article of the Day

    This Day in History
    Sanden Yogyakarta Jakarta Slideshow: Yusuf’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to Yogyakarta was created by TripAdvisor. See another Yogyakarta slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.
    Free Backlinks Online Users

    Google Translate

    Add to Google
    Translate to 32 LANGUAGES
    Jpn
    Indonesia

    Sayangi Kendaraan Anda
    ASURANSI MOBIL SHARIAH
    contact :
    yusuf.edyempi@yahoo.com
    SMS......:...0815 8525 9555

    .

    Statistic

    danke herzlich für besuch

    free counters

    SEO for your blog

    sitemap for blog blogger web website
    Webmaster Toolkit - free webmaster tools
    Google PageRank Checker

    Recent flag visits


    bloguez.com

    STAGE OF MODERN CIVILIZATION SOME GREATEST ACHIEVERS OR THE ONES HISTORY WOULD REMEMBER SOME WAY - CAN YOU TRACK THEM BY NAME?