Target utama policy Liberalisasi Ekonomi Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya - salah cara meraih tujuan tersebut dengan mengundang sebanyak-banyaknya Investasi Asing untuk berusaha di Indonesia. Kekuatan modal pun menjadi Panglima. Sering terjadi konflik frontal dengan kepentingan investor dengan penduduk lokal. Kepentingan penduduk lokal selalu dikalahkan – dengan segala cara.
Pada banyak kasus, jiwa manusia tidak berharga bila dihadapkan pada kekuatan modal besar. Ironisnya pelaku kekerasan di lapangan adalah bangsa sendiri, baik aparat keamanan, penguasa daerah atau penduduk lokal yang menjadi alat Investor Jahat.
Akibat kebijakan ekonomi liberal di tingkat Nasional, maka penguasa di tingkat pusat dan daerah lebih mengutamakan masuknya INVESTASI ASING dan tidak ada empati sama sekali terhadap penderitaan penduduk lokal akibat keberadaan investor asing jahat yang justru mereka bela habis-habisan. Kasus yang menimpa penduduk lokal diendapkan.
Mental Penguasa Daerah
Liputan6.com, Bandar Lampung –Jum’at, 23 Des 2011
Gubernur Lampung Sjachroedin ZP gerah dengan laporan Lembaga Adat Megoupak ke Komisi III DPR terkait konflik register 45 Mesuji yang kini mencuat di pemberitaan media massa. Bahkan, ia menyebut, pelapor tersebut sebuah kelompok teroris yang membuat kondisi Lampung seolah tidak aman.
Ia khawatir hal itu berdampak terhadap mundurnya investor dari negara asing. Pasalnya, mereka menganggap kondisi Lampung saat ini rawan rusuh. Sjachroedin meminta pemerintah untuk segera mengusut tuntas kasus ini, khususnya pembuat video pembantaian petani di Mesuji.
--------------000----------------
Contoh terbaru dan paling sadis ala konspirasi mafia terjadi di Mesuji (Tulang Bawang, Lampung Timur) - seperti berita dilansir dibawah ini:
Laporan Wartawan Tribunnews.com Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga adat Megoupak, Lampung mendatangi komisi III DPR. Mereka melakukan pengaduan mengenai adanya pembantaian masyarakat sipil oleh aparat yang terjadi sejak tahun 2009 hingga saat ini.
Berdasarkan pemantauan Tribunnews.com rombongan yang dipimpin oleh purnawirawan TNI Mayjen Saurip Kadi melakukan rapat dengan Komisi hukum DPR yang dipimpin oleh Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo.
Mereka meminta agar keadilan hukum ditegakkan setegak-tegaknya terutama mereka aparat yang melakukan pembantaian.
"Mohon menjadi kepedulian wakil rakyat agar pemerintahan ini jangan diakhiri dengan cara-cara mafia, agar keadilan dapat ditegakkan setegak-tegaknya,"ujar Saurip Kadi di gedung DPR, Jakarta, Rabu(13/12/2011).
Sementara itu Ketua Tim Advokasi Lembaga Adat Magoupak, Bob Hasan menjelaskan mengenai kronologis adanya pembantaian dan kekerasan sadis di Lampung. Awalnya, kata Bob terjadi saat sebuah perusahaan bernama PT. Silva Inhutani milik warga negara Malaysia bernama Benny Sutanto alias Abeng bermaksud melakukan perluasan lahan.
Hal itu dilakukan sejak tahun 2003, namun upaya PT. Silva Inhutani membuka lahan untuk menanam kelapa sawit dan karet selalu ditentang penduduk setempat.
"Penduduk yang tadinya menanam sengon, albasia dan lainnya menolak," Jelas Bob.
Akhirnya PT Silva Inhutani membentuk PAM Swakarsa yang juga dibekingi aparat kepolisian untuk mengusir penduduk. Pascaadanya PAM Swakarsa terjadilah beberapa pembantaian sadis dari tahun 2009 hingga 2011.
Kurang lebih 30 orang menjadi korban pembantaian sadis dengan cara ditembak, disembelih dan disayat-sayat. Ratusan orang mengalami luka-luka dan diantara mereka ada yang mengalami trauma dan stres berat.
"Kejadian terjadi di Mesuji dan Sodong di Lampung paling ujung juga di Tulang Bawang. Penyembelihan itu terjadi awal Januari 2011, rincian korban 30 orang tewas sejak 2009-2011 dan ada beberapa orang stress karena melihat anggota keluarganya dibantai di hadapannya." Jelas Bob.
Saat agenda pertemuan, video pembantaian dipertontonkan, dalam video terlihat gambar pembantaian sadis. Beberapa korban dari masyarakat ada yang disembelih kepalanya kemudian tubuhnya digantung di tiang.
Lalu, ada pula yang ditembak di kaki kemudian tembus ke otak kepalanya. Tontonan mengerikan itu sempat menjadi pusat perhatian. Anggota Komisi III DPR yang hadir terlihat takut dan enggan menontonnya.
"Sudah-sudah, ini mengerikan sekali ini,"ujar Anggota Komisi III DPR, Ahmad Yani.
-------------------
Related Post: http://yusufzulkarnain.blogspot.com/2011/12/derita-mesuji-pembantaian-petani-mesuji.html
0 komentar dan respon:
Posting Komentar