Bulan Desember ini Amerika Serikat mengenang hari “Kehinaan.” Momen ini tekait serangan 400 pesawat tempur Jepang, yang diterbangkan dari 4 kapal induk, 350 km lepas pantai Hawaii terhadap pangkalan AL Utama di PEARL HARBOR – Hawaii 7 Desember 1941 (70 tahun lalu). Itulah serangan paling besar terhadap objek vital sepanjang sejarah negara Amerika Serikat.
70 Tahun Serangan Pearl Harbor, Benarkah AS Sudah Tahu Akan Diserang?
Dikutip dari:
Kompas - Minggu, 4 Desember 2011 | 14:09
Pasukan infanteri Jerman berbaris memasuki wilayah Polandia pada awal September 1939. Jerman menginvasi Polandia yang menyulut pecahnya Perang Dunia II
PEARL HARBOR - Tanggal 7 Desember mendatang, dunia akan memeringati 70 tahun serangan angkatan bersenjata Jepang atas Pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbor, Hawaii. Selama tujuh dasawarsa itu pula, banyak orang percaya pemimpin AS waktu itu sebenarnya sudah tahu akan datangnya serangan yang memicu Perang Pasifik tersebut.
Beberapa TEORI KONSPIRASI menyebutkan, Presiden AS saat itu, Franklin D Roosevelt (FDR), sebenarnya sudah menerima informasi intelijen tentang rencana serangan Jepang ke Pearl Harbor, tetapi sengaja membiarkan serangan itu terjadi. Menurut teori itu, Roosevelt percaya efek kejutan serangan tersebut akan
membuat rakyat AS mau diajak terjun ke kancah Perang Dunia II.
Teori populer tersebut dibantah oleh sejarawan. "Itu hanya legenda. Ini adalah semacam teori konspirasi yang sengaja dibuat demi keuntungan penjualan buku," tutur ahli sejarah militer Daniel Martinez dari Monumen Nasional Pearl Habor di Hawaii.
Sejarah mencatat, AS tidak serta merta ikut dalam Perang Dunia II, yang pecah sejak tentara Nazi Jerman menyerbu Polandia pada September 1939. Martinez mengatakan, FDR memang berusaha keras meyakinkan rakyat Amerika bahwa AS perlu terlibat dalam perang itu.
Namun, sebelum serangan Pearl Harbor, perang yang dimaksud FDR adalah perang di front Eropa. "Dia ingin berperang melawan Jerman. Dia sama sekali tak menginginkan perang besar di dua front pertempuran," ujar dia.
Martinez menambahkan, banyak orang Amerika saat ini yang lupa bahwa pada tahun 1941 AS belum menjadi negara adidaya militer seperti saat ini. "Kami hanya punya angkatan darat yang kecil, angkatan laut yang kecil, dan bahkan angkatan udara yang sangat kecil," kata Martinez.
Bahkan, Angkatan Udara AS (USAF) baru disahkan sebagai cabang angkatan bersenjata AS yang berdiri sendiri pada 1947, dua tahun setelah Perang Dunia II selesai. Meski beroperasi secara independen, angkatan udara AS selama Perang Dunia II masih menjadi bagian dari Angkatan Darat AS (US Army).
Hingga malam sebelum serangan ke Pearl Harbor, FDR masih menulis surat kepada Kaisar Hirohito di Jepang untuk mmebujuk agar jangan sampai terjadi konflik militer dengan Jepang. Bahkan, jika pihak intelijen Washington sudah tahu akan ada perang dengan Jepang, tak ada satu pun indikasi waktu itu bahwa pangkalan US Navy di Hawaii akan menjadi sasaran pertama.
Pihak AS waktu itu lebih meyakini Jepang akan lebih dulu menyerang pangkalan militer AS di Filipina. Selain itu, ada semacam perasaan merendahkan kemampuan Jepang di kalangan para petinggi AS saat itu. "Ada pendapat yang mengatakan Jepang tak akan mampu melakukan itu (menyerang pangkalan AS). Kami melihat Jepang saat itu sebagai bangsa yang inferior, baik secara militer maupun dari segi ras," ungkap Martinez.
Sejarah pun mencatat, sistem radar yang dipasang AS di Pearl Harbor tak mampu mendeteksi kedatangan enam kapal induk Jepang yang mengangkut tak kurang dari 400 pesawat tempur. Padahal, enam kapal induk itu berhenti hanya 350 kilometer dari sasaran mereka.
Serangan Pearl Harbor, yang oleh FDR disebut sebagai "Hari Kehinaan" bagi AS, sangat mengejutkan orang Amerika. Hanya sehari setelah serangan, yang menewaskan lebih dari 2.400 prajurit AS, itu, Kongres AS menyetujui seruan FDR agar AS menyatakan perang dengan Jepang.
Tiga hari kemudian, Hitler menyatakan perang dengan AS di front Eropa. Kekhawatiran terbesar FDR pun terwujud: AS harus menghadapi perang besar di dua front.
0 komentar dan respon:
Posting Komentar