Jum'at, 24 Februari 2012 16:50:51
Anda tentu mengenal figur keren Hanung Bramantyo? Pecinta dunia film Indonesia pasti mengenal Hanung Bramantyo -sutradara yang dikenal berfaham Liberal, meskipun ia tidak mengakuinya. Tetapi tidak semua figur dunia Celebs berpaham demikian. Salah satunya Fauzi Baadila.
Maka tidak aneh Hanung membuat film berjudul “(?)” yang penuh nuansa Sekulerism, Pluralism, Liberalism (Sepilis). Ia berdalih “ingin mengangkat tema toleransi antar-umat beragama, tanpa maksud mencitra-burukkan satu agama tertentu,” namun anehnya film “(?)” justru mengindetikkan pelaku kekerasan adalah umat Islam.
Hanung juga turut berdemo (14/2/2012) di depan Plaza Indonesia, Grand Hyatt, Jakarta Pusat, bersama dengan JIL (Jaringan Islam Liberal) dan pembela “kebebasan.” Faktanya demo tersebut lebih banyak diikuti kaum bencong, rambut gimbal, pelaku zina, bertatto, cewek perokok dan bercelana pendek.
Setelah mendengar orasinya yang singkat, orang berakal sehat akan beranggapan bahwa Hanung sebenarnya orang radikal dan pendukung kekerasan. Kalimat yang keluar dari mulutnya dalam aksi yang mengatas-namakan “Gerakan Indonesia Tanpa FPI Tanpa ‘Kekerasan’” itu, mengajak orang untuk mencontoh aksi kekerasan para rasisme-fasisme-anarkisme di Palangkaraya.
Diselingi sorakan dari pendukungnya, Hanung memulai orasi.
"Terimakasih. Sudah saatnya, kita harus menunjukkan siapa sebenarnya yang mayoritas dan siapa minoritas. Jangan sampai kita melihat, anak-anak kita melihat, saudara-saudara kita melihat, bahwa yang minoritas itu adalah yang merasa mayoritas dan mayoritas hanya diam saja."
Teman demonya, Guntur Romli (kiri), aktor di balik aksi tetapi perempuan yang suruh di depan. Dan Tokoh JIL yang diisukan menzinai wanita dan tidak bertanggung jawab, Ulil Abshar Abdalla (kanan).
Hanung memprovokasi mereka yang dianggap “intelektual, demokrat atau moderat” agar sedikit menjadi militan. Militan seperti kelompok preman anarkis yang mengepung 4 pimpinan FPI Pusat di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Media menayangkan massa dayak membobol apron bandara. Mereka mengepung dengan membawa mandau dan tombak, seolah telah siap membunuh orang-orang FPI.
"Dan kepada mereka yang mengaku intelektual, mereka yang mengaku demokrat atau moderat tolong sedikitlah menjadi militan. Tolonglah... militanlah sedikit. Gitu loh... Sebagaimana temen-temen kita, saudara-saudara kita yang ada di Palangkaraya. Mereka bisa militan, mereka bisa menentukan kapan saya bisa bersikap, kita bisa bersikap, kita bisa diganggu atau tidak diganggu,” ujar Hanung. dikutip Suara Islam Online.
Hanung mengaku resah. Selama ini dia tidak dapat tenang dan bebas dalam berkarya karena selalu dianggap salah. Maka dari itu dia mengajak pada “jamaah” JIL yang terdiri dari kaum bencong, cewek perokok dan lelaki bertatto dan rambut gimbal itu untuk menunjukkan siapa yang mayoritas di negeri ini.
"Sekarang ini kita selalu resah, karena kita melakukan apa-apa selalu dianggap salah. Maka dari itu tolong pada temen-temen semua yang ada di sini mari kita tunjukkan siapa sebenarnya yang mayoritas., gitu aja. Terimakasih-terimakasih," pungkasnya diringi tepuk-tangan pengikut JIL.
Menurut Sekjen Forum Umat Islam (FUI), KH Muhammad AlKhaththath bahwa orasi Hanung Bramantyo itu secara langsung menunjukkan bahwa ia mendukung tindakan kekerasan. Hanung juga memprovokasi agar orang-orang yang selama ini dikenal “intelektual, demokrat dan moderat” agar menjadi militan sebagaimana militannya orang-orang di Palangkaraya saat mengepung dan mengancam membunuh empat orang pimpinan FPI Pusat di Palangkaraya, seperti yang dilaporkan Suara Islam Online.
Di depan Menteri Agama Suryadharma Ali, Al-Khaththath menyampaikan bahwa berdasarkan rekaman video yang diperoleh, Hanung telah provokasi kalangan liberal, moderat dan demokrat untuk menjadi sedikit lebih militan agar seperti orang-orang di Palangkaraya. "Ini kan berarti mendukung anarkisme di Palangkaraya. Kita punya videonya, kalau Pak Menteri butuh bisa kita kasih", kata AlKhaththath.
Video tersebut rencananya akan disampaikan ke manajemen SCTV yang berencana memutar kembali film "?" tanggal 24/2. FUI dan FPI akan membuktikan, bahwa omongan Hanung berbeda dengan tujuan filmnya yang ingin menyampaikan pesan “anti kekerasan dan anti radikalisme.”
Menurut AlKhaththath pemutaran film itu dinilai akan menambah provokasi kepada Front Pembela Islam (FPI).
Mujahid pembela Tauhid dari Khurosan (rahimahullah ajma'in)
Foto exclusive Ambon kembali membara
Source:arrahmah.com
0 komentar dan respon:
Posting Komentar