Berikut ini kisah salah satu ikhwan dokter muda Mukri Nasution saat menjalani PTT di Papua.
-goresan jemari ini berharap selalu memberikan jejak yang terbaik, menyejukkan hati, persinggahan yang nyaman. selamat berjuang buat avicena-avicena baru , para pejuang kemanusiaan!!!”
catatan : Avicena merujuk ke Ibnu Sina ahli kedokteran dari dunia Islam masa lalu.
Tradisi Bakar Batu
Tradisi bakar batu masih menjadi tradisi yang melekat pada masyarakat suku-suku di Pegunungan Tengah Papua. Sudah hampir setahun di Papua, Ini adalah yang ke 3 kalinya saya mengikuti acara bakar batu dan kali ini bersama masyarakat suku Hubla dalam rangka peresmian sebuah Puskesmas. Suku Hubla merupakan salah satu suku yang mendiami wilayah Pegunungan Tengah Papua di sebelah Timurnya Lembah Baliem, dahulunya daerah2 ini dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Jayawijaya, tetapi setelah terjadi pemekaran besar-besaran terbentuk beberapa kabupaten baru, salah satunya adalah kabupaten Yahukimo. Kata Yahukimo merupakan singkatan dari beberapa nama suku besar yang mendiami kabupaten ini yaitu suku Yali, Hubla, Kimial dan Suku Momina. Sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pegunungan yang ditempuh dengan berjalan kaki ataupun dengan menggunakan pesawat-pesawat kecil yang sangat terbatas antara Distrik yang satu dengan Distrik Lainnya.belum ada akses untuk transportasi darat yang menghubungkan antara ibu kota Provinsi di Jayapura maupun dari Jayawijaya sebagai kabupaten tertua di wilayah pegunungan, sehingga ini menyebabkan harga barang bisa mencapai 3 kali lipat bahkan lebih dibanding di Jayapura.
Kembali kita membahas tentang tradisi bakar batu, tradisi bakar batu ini merupakan ungkapan rasa syukur dari masyarakat ketika ada momen-memen tertentu misalnya untuk merayakan kemenangan dalam peperangan antar suku, pernikahan, kematian, peresmian gedung pemerintahan dll.
Pada acara bakar batu masyarakat biasanya membawa hasil bumi berupa ubi jalar (Hipere), sayur-sayuran dan beberapa ekor Babi (Wam) dan ayam. Awalnya kayu bakar akan ditumpuk kemudian diatasnya akan diletakkan batu mulai dari ukuran kepalan tangan sampai batu seukuran kepala. Kemudian akan ditutupi lagi dengan kayu bakar, selanjutnya akan dibakar sampai kayu bakar habis dan batu dipastikan sudah sangat panas. Bersamaan dengan itu sebuah lobang besar akan digali, ini nanti berfungsi sebagai tempat memasak. Beberapa warga membersihkan Ubi jalar, sayur2an . sedangkan Babi dan ayam biasanya bukan disembelih tapi dipanah tepat di daerah jantungnya.
Batu yang sudah panas akan disusun satu lapis di dasar lubang yang sudah digali biasanya dipakai batu-batu yang berkuran besar kemudian ditutup dengan rumput-rumput, di atas rumput tersebut akan disusun ubi jalar dan sayur-sayuran yang sudah diberikan bumbu, setelah itu akan ditutupi lagi dengan selapis rumput dan diatas rumput akan disusun lagi batu-batu yang sudah dipanaskan/dibakar,kemudian akan ditutup lagi dengan rumput dan diatasnya akan diletakkan Babi yang sudah dikeluarkan isi perutnya dan sudah dibersihkan. Kemudian ditutup lagi dengan rumput kemudian akan diikat agar panas uapnya tidak keluar. Berhubung saya Muslim maka dibuat satu lagi lubang untuk memasak ayam, proses memasaknya juga sama dengan bakar batu untuk babi tadi. Syukurlah tidak ada masalah dengan saya tidak mau makan Babi dan makanan yang bercampur dengan babi, mereka sangat menghargai perbedaan dan menghormati keyakinan saya. Dulu saat baru nyampe di Papua ada yang cerita kalau kita dijamu makan, apapun makanannya harus kita makan termasuk babi sekalipun, klo gak kita makan bisa-bisa kita dipanah sama masyarakat karena itu akan menghina mereka. Ternyata itu hanya cerita yang gak benar. Tak ada cerita seperti itu, masyarakat sangat menghargai keberadaan kita dan memang pada dasarnya masyarakat Papua itu baik. Jadi dimanapun kita berada keyakinan dan prinsip yang kita yakini ya harus kita pegang kuat, tinggal masalah komunikasi kita saja dengan masyarakat.
Setelah semua bahan dimasukkan dan dibalut dengan rumput akan ditunggu sekitar 2-3 jam sampai matang.uap panas dari batu inilah yang nantinya yang akan membuat makanan menjadi matang. Sewaktu menunggu makanan masak acara selanjutnya adalah seromonial berupa kata sambutan dari tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat,tokoh gereja dan juga nyanyi-nyanyian pujian yang dibawakan oleh masyarakat.
Setelah acara seremonial selesai dan makananpun sudah matang saatnya untuk makan . Makanan dibagikan kepada masyarakat yang sudah menunggu membuat kelompok2 kecil, kemudian selanjutnya akan disantap bersama.
Masih banyak lagi kearifan local pada masyarakat suku-suku di pegunungan tengah Papua yang perlu kita jaga bersama.
0 komentar dan respon:
Posting Komentar