AYAT-AYAT KITAB LAUHUL MAHFUDZ
“TIDAK ADA SUATU MUSIBAH PUN MENIMPA DI BUMI DAN (TIDAK PULA) PADA DIRIMU SENDIRI MELAINKAN TELAH TERTULIS DALAM KITAB (LAUHUL MAHFUDZ) SEBELUM KAMI MENCIPTAKANNYA. SESUNGGUHNYA YANG DEMIKIAN ITU MUDAH BAGI ALLAH.” (22) “ (KAMI JELASKAN DEMIKIAN) SUPAYA KAMU JANGAN BERDUKACITA TERHADAP APA YANG LUPUT DARIMU, DAN SUPAYA KAMU JANGAN TERLALU GEMBIRA TERHADAP APA YANG DIBERIKAN-NYA KEPADAMU DAN ALLAH TIDAK MENYUKAI SETIAP YANG SOMBONG LAGI MEMBANGGAKAN DIRI.(23). (AL-HADID : 22-23)
Ayat Al-Hadid:22-23 memberitakan semua musibah tertulis jauh sebelum penciptaan alam-semesta, termasuk bumi seisinya. Tapi, perhatikan! Tidak ada tersirat Urutan waktu. Kedua ayat diatas semata-mata hanya menunjukkan modus kejadian saja. (Creative Commons photos taken from http://www.fotopedia.com/)
Bandingkan dengan ayat ini :
“DAN SEGALA MUSIBAH YANG MENIMPAMU ADALAH DISEBABKAN PERBUATAN TANGANMU SENDIRI, DAN ALLAH MEMAAFKAN SEBAGIAN BESAR (DARI KESALAHAN-KESALAHANMU).” (ASY-SYURA : 30)
Memang jika memahami ayat-ayat Lauhul Mahfudz tanpa penafsiran menyeluruh (satu ayat dijelaskan dengan ayat2 lain) akan menyesatkan pemahaman kita tentang takdir. Ada belasan ayat menginformasikan bahwa takdir manusia dan lainnya sudah tertulis dalam kitab induk ini sebelum diciptakan. Ayat-ayat ini sering digunakan sebagai argumentasi dalam membela pandangan takdir manusia sudah mutlak ditetapkan Allah sebelum lahir seperti konsep nasib atau pandangan Jabariyah. Cermatilah ayat-ayat Lauh Mahfudz ini!.
Dan pada sisi Allah-lah kunci2 semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata(Lauhul Mahfudz) (AL-AN’AM : 59) |
Segala perbuatan manusia tidak lepas dari pengawasan Allah SWT.
Kamu tidak berada dalam suatu kea- daan dan tidak membaca suatu ayat Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan,melainkan Kami men- jadi saksi atasmu diwaktu kamu mela- kukankannya. Tidak luput dari penge- tahuan Tuhanmu, biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun langit. Tak ada yg lebih kecil dan tidak pula yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam Kitab yang Nyata (Lauhul Mahfudz) (YUNUS : 61) |
Dan tak ada suatu (yang) melata*) pun di bumi melainkan Allah-lah yg memberi rezkinya dan Dia mengeta- hui tempat berdiam dan tempat pe- nyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab nyata (Lauhul mahfuzh) (HUD : 6) |
*). Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; Bahwa yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (AL-HAJJ : 70) |
Tiada sesuatu pun yang ghaib di langit dan bumi melainkan (terdapat) dalam kitab nyata (Lauhul Mahfuzh) (AN-NAML : 75) |
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang2 mati dan Kami tuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang Nyata / Lauhul Mahfuzh. (YAASIIN : 12) | |
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah lalu dari mani, lalu Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-wanita). Dan tidak ada perempuan pun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak di panjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umur nya melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (AL-FAFHIR : 11) |
Kaum yang ingkar pasti mendapat hukuman
Tiada suatu negeripun (durhaka penduduknya) melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab dengan azab sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh). (AL-ISRA’ : 58) |
Kitab Induk (Lauhul Mahfudz) berisi seluruh kenyataan di alam semesta beserta hal-hal ghaib. Memuat dan merekam seluruh kejadian; kecil maupun besar, ghaib maupun nyata, namun tidak tersirat urutan waktu tetapi lebih menyiratkan modus kejadian. Segala perbuatan manusia beserta bekas-bekasnya juga tercatat.
Lauhul Mahfudz Bagaikan Kalkulator
Untuk lebih memahami hakikat Lauhul Mahfudz, kita bisa mengumpamakan seperti “Kalkulator tercanggih”. Takdir Terbaik kita diumpamakan ‘hasil perhitungan di layar kalkulator’, usaha-ikhtiar diumpamakan tindakan memencet tombol dan kehendak manusia diumpamakan ‘faktor bebas – yaitu angka angka yang dipilih’ yang berasal dari luar kalkulator.
Seluruh hasil operasi perhitungan yang mungkin dalam kalkulator jumlahnya tidak terhingga, mulai dari operasi tambah-kurang, perkalian-pembagian, akar, logaritma, kuadrat-pangkat tinggi, sinus, cosinus, Tangen, cotangen, faktorial, diferential dan rumus matematika-fisika yang paling rumit sekalipun atau segala macam formula perhitungan lain.
Begitulah perumpamaan Lauhul Mahfudz, Allah Robbul Izatti memasukkan seluruh KEMUNGKINAN TAKDIR yang bakal terjadi pada manusia. Sebagaimana software program dalam kalkulator, Allah pun memasukkan ‘Program memori’ dalam bentuk Sunatullah. Dia menentukan takdir sesuai sunatullah (hukum sebab-akibat). Program Sunatullah inilah yang akan MENJAWAB semua kemungkinan perbuatan manusia, sebagaimana semua kemungkinan pemencetan tombol. Kurang-lebih begitulah makna QS Al-Hadid (57): 22-23.
Wallaahu a’lamu bishawab
Source:”Mengubah Takdir” Ir. Agus Musthofa, Penerbit Padma Press – Surabaya, Cet. 3 th. 2006
5 komentar dan respon:
Assalamualaikum akhi, ana cuma ingin meluruskan masalah Lauhul Mahfuzh, bahwa sebenarnya niat dan ikhtiar manusia itu sendiri merupakan ketetapan Allah yang telah tertulis dalam Lauhul Mahfuzh dan sekali-sekali tidak berubah. Allah tidak berada dalam waktu, melainkan Allahlah yang menciptakan waktu. Kalau memang ikhtiar manusia tidak dalam kekuasaan Allah, tolong jelaskan mengapa Rasulullah bisa menyebutkan sahabat-sahabat yang masuk surga, dan tolong jelaskan baru saja ana memetik satu helai daun cabe yang merupakan peristiwa hasil niat dan ikhtiar ana, apakah ikhtiar ana terlepas dari pengetahuan Allah, padahal telah jelas disebutkan dalam QS. Al An'am:59 bahwa Allah mengetahui setiap daun yang jatuh. Tolong jalaskan hadist Nabi yang sahih yang menyebutkan bahwa di akhir zaman, ummat islam akan bermegah-megahan membangun masjid, banyak gedung-gedung tinggi menjulang dll? Akhi, semua itu karena Allah mutlak menguasai segala sesuatu.Namun ana tidak menafikan manusia mempunyai pilihan dalam menjalani kehidupannya, tetapi niat,pilihan,dan ikhtiarnya juga merupakan ketetapan dari Allah swt yang tertulis dalam Lauhul Mahfuzh.Wallaahu a'lamu bhisawab
Haqqul yaqin Allah berkuasa mutlak atas semua ciptaan-Nya, termasuk manusia dan waktu – tetapi masalah niat dan ikhtiar berfungsi sebagai faktor variable seperti dalam operasional kalkulator, yang mendasari amal baik atau buruk sepenuhnya ada pada wilayah kebebasan kehendak manusia yang justru kelak akan dipertanggungjawabkan.
Fikrah kita sama Allah Maha mengetahui dan Kitab Lauhul Mahfudz mencatat seluruh kejadian semesta yang paling tersembunyi sekalipun tetapi sama sekali tidak tersirat kronologis kejadiannya jadi seperti alat perekam saja.
Saya tidak bermaksud mengatakan Allah tidak berada dalam waktu, karena justru waktu ada dalam genggaman-Nya dan pasti lenyap. Adapun tentang ketetapan Allah, sebenarnya ada 2 macam dalam pemahaman ASWJ yaitu qodho dan Qodar. Qodho adalah ketetapan Allah yang juga dipengaruhi oleh rangkaian kejadian sebelumnya dan factor-faktor atau variable-variabel saat ini yang mempengaruhi – singkatnya Allah SWT menciptakan system sunatullah dan kita disuruh membaca ayat-ayat kauniyyah (semua fenomena dan kejadian). Dan Qodar adalah ketetapan Allah yang sudah fix atau pasti seperti matahari terbit dari Timur.
Tentang berbagai tanda dekatnya qiamat sebagaimana diwahyukan kepada Muhammad SAW, tidak boleh ada keraguan atau pembahasan atau polemik yang justru bisa mengurangi kadar keyakinan tentang kebenarannya. Kita yakini saja seperti sahabat umar ra. yang kritis namun tetap taat pada anjuran Nabi untuk mencium Batu Hitam (hajarul aswad). Wallaahu a’lam.
Ass. Akhi Malik. Ane mau menambah hujjah bahwa manusia punya kebebasan niat dan perbuatan, sebab Allah telah "Mendelegasikan" kehendak-NYa ke manusia. Hamba Allah se-level Muhammad SAW, saja masih disuruh memilih Susu atau ARAK saat Isro' Mi'roj hendak naik ke langit. Nabi pun memilih SUSU. Sesudah itu Jibril berkata jika Beliau memilih Arak, ummatnya kelak akan menjadi pemabuk, tanpa ragu dipilihnya SUSU. Niat, kehendak dan amal ada pada domain al-INSAN Wallaahu a'lam.
Contoh mudah kita lihat pada persoalan mati. Orang yang tidak berusaha menjaga kesihatan biasanya akan mati cepat. Orang yang menjaga kesihatan biasanya akan lambat mati. Namun semua orang pasti mati. Ada juga kes-kes terkecuali di mana orang itu menjaga kesihatan dengan baik sekali tetapi mati cepat juga, meninggal dalam tidur misalnya. Jadi jelas bahawa manusia diberi ruang berusaha tetapi masih dalam lingkungan takdir. Kita dibicarakan akan tindakan dosa/pahala di akhirat nanti hanyalah terhadap perkara-perkara yang kita diberi pilihan dan kemampuan untuk mengusahakannya. Bagi perkara-perkara diluar batas kemampuan manusia adalah tidak tertakluk. Namun perlu diingat bahawa kemampuan manusia itu juga adalah ditakdirkanNya. Jadi bila Allah menyatakann dia penentu takdir segala,maknanya di penentu tahap usaha manusia bukan maknanya manusia tak payah berusaha kerana semuanya telah ditetapkan. Bagi menerangkan peristiwa israk/mikraj dimana Rasulullah diperlihatkan kepada keadaan syurga/neraka meskipun dunia belum kiamat, itu adalah kerana ilmu Allah yang mampu melihat kejadian yang belum berlaku. Rasulullah mandapat mukjizat kerana diperlihatkan sedikit dari ilmu Allah itu.
Terimakasih, saudaraku atas tambahannya. Mudah-mudahan itu menjadikan lebih mudah memahami rahsia takdir. Mudah-mudahan kita diberi taufiq-Nya.
Posting Komentar