Gilad Atzmon, seorang pejuang hak-hak Palestina berdarah yahudi yang tinggal di Inggris. sekitar 3 minggu lalu mengeluarkan pernyataan tentang nasib akhir bangsa Yahudi, dan khususnya negara Israel. Yaaa…! Seorang dari kalangan Yahudi sendiri yang sangat memahami kejiwaan massal yang secara kolektif menghinggapi bangsa Yahudi di seluruh dunia, ia nyatakan dengan penuh kejujuran – akan kehancuran bangsanya – baik berdasar analisis masa depan Yahudi, sejarah, maupun keyakinan para Rabbi Yahudi sendiri.
Sekali lagi inilah kesaksian tentang psikologi bangsa Yahudi dari orang Yahudi yang sangat memahami karakter bangsanya.
Mereka sendiri juga menyadari pada akhirnya bangsa Yahudi akan musnah. Para Rabbi Yahudi pun menyadari bangsa Yahudi memang menyandang hukuman Allah SWT karena sejarah panjang pembangkangannya sehingga menjadi bangsa yang dikutuk. Sama halnya seperti kesadaran yang dimiliki oleh Iblis.
"Israel, The Day After". Begitu judul tulisan Atzmon di blog pribadi-nya yang terkenal, "gilad.co.uk" Dipostingkan pada 12 September 2012. Sebagaimana biasa, tulisan-tulisan Gilad sangat "menohok" para zionis. Tidak saja karena gaya bahasa yang lugas, namun terlebih lagi karena kebenaran berdasarkan pengetahuannya yang mendalam tentang sejarah, watak dan kharakter orang-orang yahudi sendiri.
"Following Netanyahu, Barak and AIPAC’s relentless push for Armageddon, and bearing in mind that collective suicidal narratives such as Samson and Masada are so precious within the Zionist and Israeli discourses, we should stay on high alert." Itulah sebagian dari isi tulisan tersebut.
Review Sejarah Bangsa Yahudi Saat dalam Keputusasaan
Saya kutip dari blog Cahyono-adi.blogspot bahwa Samson adalah "nabi"-nya orang-orang Israel. Ia melakukan aksi bunuh diri sebagai misi terakhirnya melawan musuh Israel. Sedangkan Masada adalah benteng terakhir orang-orang yahudi dalam pemberontakan bersenjata melawan Romawi tahun 76 Masehi. Setelah berbulan-bulan menderita akibat blokade tentara Romawi, orang-orang Yahudi dalam benteng pun memutuskan aksi bunuh diri massal sebagai misi terakhirnya.
Atzmon mengingatkan kepada kita semua bahwa Israel akan meniru Samson dan orang-orang yahudi di Masada dalam misi terakhirnya. Namun, sebagaimana Samson menghancurkan musuh-musuh Israel bersama kematiannya, Israel pun terobsesi akan menghancurkan dunia bersama kehancurannya sendiri. Perlu diingat bahwa Israel memiliki 100-an hulu ledak nuklir dan beberapa tokoh garis keras Israel pernah mengancam dunia dengan nuklir.
Tulisan Gilad dilandasi oleh tulisan yahudi lain, Daniel Gordis, dalam situs "Tablemag.com". Dalam tulisan, Gordis mengkritisi "kehancuran negara Israel yang tidak terelakkan" dan konsekuensinya bagi masyarakat yahudi di seluruh dunia, terutama Amerika. Tulisan itu, menurut Gilad, telah menggambarkan dengan tepat identitas politik, budaya dan psikologi massal masyarakat yahudi.
Tulisan Gordis dipicu oleh kekhawatirannya akibat menurunnya perhatian warga muda yahudi di Amerika terhadap eksistensi negara Israel sebagaimana ditunjukkan oleh sebuah "pooling". Jajak pendapat itu menunjukkan bahwa 50 persen kaum yahudi Amerika (berusia 35 tahun atau kurang) menganggap kehancuran Israel bukan sebagai sebuah tragedi.
Sejarah selalu berulang
Menurut Gilad, hal itu disebabkan kaum muda yahudi diaspora (di luar Israel) merasa sangat percaya diri dengan kekuatan mereka baik di bidang politik dan ekonomi. Terlebih dengan adanya kekuatan militer USA yang melindungi mereka. Namun sejarah berkata lain. Justru setelah orang yahudi merasa kuat dan nyaman, kehancuran ternyata telah menunggu mereka. Ini terjadi ketika orang Katholik Spanyol membantai mereka setelah selama 100-an tahun hidup aman damai di bawah perlindungan orang Islam. Juga ketika orang yahudi menemukan "surga" di Jerman sebelum munculnya Hitler. Saya (blogger) menambahkan contoh lain, yaitu ketika orang Mesir menindas mereka setelah sebelumnya orang yahudi hidup nyaman di Mesir di bawah perlindungan Nabi Yusuf (Joseph).
Tulisan Gordis, menurut Gilad, menunjukkan apa yang disebutnya sebagai kondisi kejiwaan PTSD ("Pre Traumatic Stress Disorder") yang melanda orang-orang yahudi modern. Inilah kondisi dimana orang-orang yahudi secara kolektif memiliki tendensi untuk secara kultural, spiritual, dan politik, dibentuk oleh fantasi, gambaran, masa depan dan peristiwa-peristiwa traumatis.
"Politik yahudi selalu dibentuk oleh trauma atas masa depan," tulis Gilad. "Bukan masa lalu yang mempersatukan kaum yahudi, melainkan masa depanlah yang mempersatukannya," tambahnya.
Negara Israel
Menurut Gordis kekuatan kaum yahudi global disebabkan oleh faktor keberadaan negara Israel yang telah menyatukan mereka. Namun justru dalam kekuatan yang kini dimiliki, kaum yahudi justru merasa tidak membutuhkan Israel.
“Israel telah mengubah kondisi kaum yahudi di semua tempat di dunia, termasuk Amerika. Tanpa Israel, kepercayaan diri dan rasa memiliki kaum yahudi Amerika akan menghilang dengan cepat," tulis Gordis sebagaimana diikuti juga pendapat ini oleh Gilad.
Dan justru hal inilah yang tengah menanti orang-orang yahudi. Kehancuran negara Israel yang akan diikuti kehancuran eksistensi yahudi di seluruh dunia. Mereka sendiri juga meyakini hal itu seperti pernyataan untuk kalangan internal yang bocor keluar bahwa akhirnya bangsa Yahudi akan musnah. Para Rabbi Yahudi benar-benar menyadari bangsa Yahudi memang menyandang hukuman Allah SWT karena sejarah panjang pembangkangannya sehingga menjadi bangsa yang dikutuk. Sama seperti kesadaran yang dimiliki oleh Iblis.
Kejayaan kaum yahudi saat ini tengah menuju ke titik akhir yang tak terhindarkan. Pertanyaannya adalah :
Apakah para pemimpin yahudi dan Israel akan membiarkan dunia tetap utuh, atau menghancurkannya bersama kehancuran Israel sebagaimana Samson dan orang-orang Masada. Dengan ratusan hulu ledak nuklir yang dimiliki Israel serta penyakit "Pre Traumatic Stress Disorder" yang melekat pada orang Israel, tampaknya kemungkinan kedua-lah yang akan terjadi.
READ MORE ... Monggo di-Klik