<div style='background-color: none transparent; float:right;'><a href='http://www.rsspump.com/?web_widget/rss_ticker/news_widget' title='News Widget'>News Widget</a></div>

Tim Relawan Indonesia: Melawat ke Latakia Suriah Utara

 

Mata terus menatap keindahan bintang-bintang di langit Latakia. Sambil berdzikir, memupuk terus keyakinan bahwa kematian itu sudah digariskan. Entah di Suriah atau di Indonesia, kematian datang karena memang sudah tiba saatnya. Bukan karena kenekatan kami datang ke daerah konflik semacam ini. Sebab, menolong orang terzhalimi di wilayah konflik tidak akan mendekatkan kita kepada kematian, sebagaimana duduk diam di rumah tidak akan melindungi diri dari kematian. Hasbunallah wa nikmal wakiil.

Hujan lebat mengguyur Bandara Soekarno Hatta, Sabtu 3 Nopember 2012 lalu, saat tim ke-3 Hilal Ahmar Society (HASI) bertolak ke Turki. Mengemban misi seperti 2 tim sebelumnya, tim ini dipimpin Abu Yahya dengan anggota Ustadz Oemar Mita sebagai penerjemah, dr. Herry Syahbana dan Eddy Subiyanto sebagai tim medis. Begitulah berita kecil yang di-release dari http://www.muslimdaily.net 

Status Abu Yahya masih bekerja sebagai editor penerbit Ummul Quro Jakarta juga salah satu pengurus HASI. Ustadz Oemar Mita kesehariannya dai aktif di sekitar Jakarta. Dr. Herry aktivis Hilal Ahmar Jogjakarta sedang menempuh pendidikan spesialis radiologi UGM. Sementara Eddy Subiyanto sehari-hari sebagai perawat di RS YARSIS Surakarta.

Dalam pesan yang disampaikan menjelang keberangkatan, dr. Sunardi selaku salah satu pendiri HASI menekankan kepada tim agar menjaga niat ikhlas dan kesabaran. "Anda adalah duta yang mewakili umat Islam Indonesia di hadapan rakyat Muslim Suriah yang sedang terzalimi."

Kami berusaha melintasi perbatasan Suriah  Turki untuk menembus ke kota Latakia melalui koridor aman, meski harus menempuhi medan yang teramat sulit.    

image

"Kedatangan antum kemari telah membawa berkah," kata salah seorang penjemput kami, warga Suriah. Kegelapan malam membuat saya tidak mengenali wajahnya.  "Hujan sering turun, halilintar sering menggelegar. Pesawat-pesawat itu mengurangi intensitas serangan,"

Melintasi perbatasan Turki-Suriah harus melalui medan yang berat. Kami harus mendaki tebing curam. Tentu dengan beban carrier bag cukup besar yang harus kami bawa sendiri. Tidak mungkin meminta bantuan ikhwah Suriah, karena mereka sendiri juga membawa beban obat-obatan yang tidak ringan. Sebut saja botol infus, di Indonesia terbuat dari plastik. Di Turki, terbuat dari kaca yang tentu menambah beban.  Perjalanan seru! Saya mengalami jatuh terduduk dan Ustadz Umar sempat meminta berhenti dan celananya sobek.

Disambut hujan rintik, nafas tersengal dan keringat bercucuran—meski sebenarnya temperatur cukup dingin—kami usaikan "estape" terakhir perjalanan melintas batas. Ujung tebing yang kami daki ternyata jalan aspal. Tidak seberapa lebar memang, tapi cukup bagus untuk sebuah jalan di pegunungan—bila dibandingkan di Indonesia.

Di pinggir jalan tersebut kami rehat sejenak sambil menanti ambulan yang dijanjikan akan menjemput kami ke klinik darurat di Salma. Tak berapa lama, di ujung jalan terlihat seberkas sinar bergerak mendekat diiringi raungan mesin disel. Sebuah truk engkel (kalau di Indonesia sosoknya seperti KIA Travello) menghampiri kami. Wajah baru menyapa kami dari kabin depan truk tersebut. "Ahlan wa sahlan," sambutnya tersenyum disertai rekannya yang akan mengawal kami.

"Maaf, ambulan sedang dipakai. Jadi kita dijemput pakai truk ini," kata Ubay si kurir. Kami semua—10 orang—menaikkan barang, dan menata diri di bak truk. Di ujung bak ada genset, sementara di bagian depan ada kotak logistik keperluan Rumah Sakit darurat selain obat-obatan yang kami bawa. Sejurus, kami semua duduk di bak belakang. "Mana syabab Indonesia.... ayo di tengah. Jangan boleh di ujung belakang," kata Ubay. "Oke, siap. Kita berangkat," katanya kepada sopir.

Mobil menyusuri jalanan sempit di antara tebing dan jurang. Kami dalam beragam posisi. Ada yang duduk, bersandar di tas, dan.... pak Edi terlelap tidur. Sesekali, kami isi dengan cengkrama bersama para ikhwah Suriah. Mulai dari sindiran mereka yang melapuk bujang, sampai kebiasaan mereka bersenda gurau. Namun ada pula fase mendebarkan, yaitu saat saya berdiri menata isi tas, saya nyalakan senter.

Sebermula saya ragu, karena mungkin ini membahayakan. Tapi melihat lampu truk terus menyala sepanjang jalan, saya pikir nyala senter bukan masalah. Tapi :

"Hey, duduk dan matikan lampu," teriak Ubay. "Di samping kanan kiri kita ada marshad (tempat pengintaian) milik tentara Asad. Mereka punya peluncur granat," katanya. "Bagaimana dengan nyala lampu mobil?" tanya Ustadz Umar. "Saya sudah ingatkan sopir," jawabnya pendek.

Asir, pemuda Suriah yang duduk di samping saya kemudian menceritakan berbagai bentuk serangan yang sering dilakukan tentara Asad. Mulai dari roket, hingga Birmil. "Apa itu?" tanya saya penasaran dalam posisi tangan bersedekap kedinginan. "Birmil itu tempat minyak. Tingginya sekitar 1,5 m dan diameternya setengah meter. Mereka isi dengan bahan peledak jenis TNT dicampur potongan besi, paku serta benda-benda tajam lainnya," papar Asir.

Birmil—yang kemudian saya menerkanya sebagai tong, drum atau sejenis tangki—itu lanjut Ala dibawa dengan pesawat dan dijatuhkan dari ketinggian sekitar 400 m. Satu birmil, bisa kadang diisi TNT seberat 60 kg. "Bisa dibayangkan kalau menimpa sebuah bangunan," kata Abu Bakar, salah seorang mujahid dari Katibah Ahlus Sunnah wal Jamaah. "Ini metode baru Basar Asad untuk menghemat biaya. Sebab, menyerang dengan roket memerlukan biaya besar. Birmil bisa jauh lebih hemat dengan efek mematikan tetap tinggi," imbuh Ala.

Rupanya, birmil itu pula yang menimpa klinik pengobatan tempat teman-teman HASI tim ke-2 (sebelum kami) berada. Alhamdulillah, meski bangunan rusak berat, hanya seorang dari tim ke-2 HASI yang terluka ringan di kepalanya. Namun, birmil itu pula yang menewaskan Komandan Abu Burhan, pimpinan Liwa' Ahbaabullah. Ia sedang membawa air untuk dibawa ke rumahnya di kawasan Lattakia, ketika sebuah pesawat menjatuhkan birmil. Dan, sebuah potongan besi menghantam kepalanya hingga menemui kesyahidan, insya Allah.

Saya merebahkan diri sekadar meregangkan otot. Menatap langit yang berubah tak menentu. Kadang mendung atau cerah bertabur bintang. Menatap bintang, mencoba membedakan bentuknya dengan pesawat. Sebab, serangan udara banyak dilakukan di malam hari. Ketika melihat perbukitan dengan rumah-rumah bertaburan lampu, saya menanyakannya kepada Asir, "Itu milik Sunni atau Nushairi?" Jawabnya “Milik Sunni”. "Mengapa berani menghidupkan lampu?" "Ya, nanti jika terdengar suara pesawat, seluruh lampu itu mati dipadamkan." "Pesawat lebih sering datang di malam hari karena tidak terlihat. Tiba-tiba saja langsung jatuh bom,"

Mata saya tetap terus-menerus menatap beku ke bintang-bintang di langit malam Latakia. Sambil tetap terus berdzikir, memupuk terus keyakinan bahwa kematian itu sudah digariskan. Entah di Suriah atau di Indonesia, kematian datang karena memang sudah tiba saatnya. Bukan karena kenekatan kami datang ke daerah konflik semacam ini. Sebab, menolong orang terzhalimi di wilayah konflik tidak akan mendekatkan kita kepada kematian, sebagaimana duduk diam di rumah tidak akan melindungi diri dari kematian. Hasbunallah wa nikmal wakiil.

READ MORE ... Monggo di-Klik

Kapten Yonker - Aru Palaka : Petualangan Di Ranah Minang Hingga Menangkap Trunojoyo

 

Keduanya beserta anakbuahnya adalah orang yang turut memperkuat pasukan Belanda. Pasukan yang mereka pimpin sangat diandalkan karena keberanian dan keahlian berperang. Meskipun Kapten Yonker dan Aru Palaka ini berperang untuk pasukan Belanda namun kehebatan mereka dalam berperang patut mendapat catatan tersendiri.

Akhir hidup dari Kapten Yonker ini sebagai pendukung Belanda yang setia dan banyak jasanya cukup mengenaskan, dikhianati oleh bangsa Belanda yang dibela dengan nyawa. Sentot Alibasya masih lebih beruntung yang hanya di istirahatkan dengan mewah di Bengkulu.

Ekspedisi Pertama Perang di Minangkabau
Jacob Gruys pada bulan April 1666 dengan 200 pasukan Belanda dan pasukan-pasukan pembantunya menyerang kota Pauh untuk memadamkan pemberontakan rakyat. Serangan itu berakhir tragis bagi Belanda, hanya 70 serdadu yang kembali hidup-hidup, Jacob Gruys sendiri juga tewas, begitu pula 2 kapten dan 5 letnan.

Kekalahan tragis Jacob Gruys ini membuat Belanda kehilangan muka dan orang-orang Minang mulai memandang rendah Belanda serta melanggar kesepakatan dagang yang telah dibuat. Keadaan ini harus segera diatasi, maka pada bulan Agustus 1666 diberangkatkan dari Batavia 300 serdadu Belanda, 130 serdadu Bugis dibawah Aru Palaka dan 100 serdadu Ambon dibawah Kapten Yonker dibawah pimpinan Abraham Verspreet dengan gelar Komandan dan Komisaris.

Kepada Verspreet ditegaskan bahwa dalam setiap formasi tempur, pasukan Bugis pimpinan Aru Palaka dan pasukan Ambon pimpinan Kapten Yonker harus selalu berada didepan pasukan Belanda supaya korban dari pihak Belanda bisa dikurangi.
Setelah konsilidasi di Padang, pasukan Belanda mendapat tambahan sekitar 500 orang dari kota Padang yang ternyata dalam peperangan tidak banyak membantu tetapi cukup gesit dalam melakukan penjarahan setelah peperangan selesai.

Dalam peperangan pertama, korban dipihak Belanda adalah 10 orang tewas dan 20 luka-luka termasuk Aru Palaka dan Kapten Yonker yang terkena 3 buah tusukan tombak. Pasukan Aru Palaka dan Kapten Yonker ini sering kali terpisah dengan pasukan induk disetiap peperangan karena begitu sibuk membantai (biasanya dengan memenggal kepala) dan sulit diperintah untuk tetap dalam barisan.

Kota Ulakan dapat diduduki pada tanggal 28 September dan Aru Palaka mendapat gelar Raja Ulakan. Pada tanggal 30 September, pasukan Belanda sampai di Pariaman, disini Kapten Yonker diangkat sebagai Panglima (rakyat setempat menamakannya Raja Ambon) dan harus diberikan upeti. Tanggal 3 November, ekspedisi itu kembali ke Batavia dengan kemenangan. Aru Palaka dan Kapten Yonker mendapat banyak hadiah dalam bentuk pakaian dan emas serta masing-masing mendapat 20 ringgit untuk setiap tawanan yang dibawa dari Minangkabau.

Kapten Yonker dan Pasukan Ambon

Entah darimana ia mendapat julukan itu. Kapten Yonker adalah orang Islam sejak lahirnya di Pulau Manipa, Ambon dan meninggal di Batavia tahun 1689 saat berusia 50 tahun.  Ia anak emas Jenderal Speelman, karirnya memudar paska Speelman mati. Berkat jasa besarnya, ia dihadiahi rantai kalung emas sebagai medali seharga 300 ringgit dan bergaji besar. Tanggal 1 Januari 1665 diangkat sebagai kepala orang-orang Ambon di Batavia.

Pasukan Ambon-nya adalah kesatuan yang terdiri dari orang2 Ambon, tetapi jangan membayangkan sebgai pasukan berseragam dan berbaris menyandang senapan. Mereka ini kelompok tanpa seragam dan tanpa kemampuan baris-berbaris ataupun disiplin seperti pasukan profesional. Bersenjata senapan saja tidak, satu-satunya senjata yang mereka pakai kelewang dan beberapa memakai perisai. Mereka hanya tunduk kepada perintah 1 orang, Kapten Yonker atau dikenal sebagai Kapten Ambon.

Dalam keadaan normal, pasukan ini adalah orang-orang yang baik hati dan menaruh hormat pada orang lain, tetapi bila saat gelap mata lebih baik segera menjauh dari mereka. Saat bertempur mereka laksana harimau kelaparan, tidak takut mati, mata merah, berteriak-teriak dan tidak pandang bulu, siapa pun pasti dipenggal.

Pasukan ini ditempatkan di Kampung Ambon, daerah Jatinegara sedangkan Kapten Yonker sebagai pemimpin pasukan Ambon ini memiliki rumah yang cukup bagus dan tanah yang luas di Marunda dekat Cilincing, tepatnya di daerah Penjonkeran.

Pengalaman perang Kapten Yonker cukup banyak, ia pernah dikirim oleh Belanda ke India dan Sailan, dimana tangan kirinya lumpuh karena tertembak. Kapten Yonker juga dikirim ke Minangkabau tahun 1666 dibawah pimpinan Verspreet dan Poolman.  Lalu dikirim ke Makasar, Ternate, Banda, Ambon dan Jawa Timur untuk menangkap Trunojoyo. Pasukannya pernah menjadi pengawal pribadi Susuhunan Mataram. Kapten Yonker beserta pasukan Ambonnya berjasa menangkap Trunojoyo. Pada tahun 1681, Kapten Yonker dikirim ke Palembang - Jambi kemudian ke Banten untuk melawan Sultan Abdul Fatah pada tahun 1682 - 1683.

Akhir Tragis Kapten Yonker
Menjelang tahun 1689, Kapten Yonker dituduh mau merebut kekuasaan Belanda di Batavia. Menurut Van der Chijs yang menulis buku didedikasikan khusus untuk Kapten Yonker, bahwa banyak perwira Belanda tidak menyukai tentara pribumi yang mendapat kedudukan istimewa dan penghargaan tinggi karena keberaniannya di medan perang. Salah satunya Isaac de Saint Martin, perwira yang sangat dengki dan iri hati akan kehebatan Kapten Yonker, setelah Speelman meninggal maka tidak ada lagi orang Belanda yang membela Kapten Yonker.

Kapten Yonker dan pasukannya mengamuk di Batavia di bulan Agustus 1689 karena merasa dikhianati, dihina dan bercampur aduk perasaan kecewa terhadap perlakuan Belanda. Kapten Yonker dituduh ingin membunuh semua Belanda di Batavia karena mereka beragama Kristen. Ini adalah tuduhan yang paling berat di Batavia kala itu yang berarti hukuman mati. Tuduhan tidak masuk akal karena kedudukan Belanda di Batavia saat itu sangat kokoh namun apapun dilakukan untuk sekedar legitimasi dalam menyingkirkan Kapten Yonker.

Kapten Yonker dan pasukan bukan pertamakali ini mengamuk, demikian seringnya mengamuk hingga saat melihat pasukan Belanda datang, ia mengira kedatangannya  untuk menenangkan pasukannya seperti biasa. Kali ini ia tidak tahu, Penjongeran dikepung dari 3 jurusan, termasuk kesatuan yang mendarat dari laut. Ia sempat bersendau gurau dengan pasukan Belanda sebelum tiba-tiba ditembak.

Setelah Kapten Yonker tewas, Pasukan Ambonnya berjumlah 130 orang, dibantai danmayatnya dicincang dan yang melarikan diri, terus dikejar dan dimusnahkan dengan hadiah besar bagi siapa yang bisa membunuh bekas pengikutnya. Kepala Kapten Yonker dipancang di pinggir jalan di daerah kota (Nieupoort). Semua keluarganya dan anak-anak Kapten Yonker (kecuali anaknya terkecil dibuang ke Srilanka dan Afrika Selatan. Juru tulis dan pembantunya termasuk yang dibuang. Harta, tanah dan rumah disita dan dibagikan pada pasukan Belanda yang berjasa membunuhnya.

Reference:
Rusli Amran, Sumatera Barat hingga Plakat Panjang, 1981, Cetakan Pertama, Penerbit Sinar Harapan.
Kapitein Jonker, J.A. Van der Chijs, Den Haag, 1885.
Kapten Yonker, Ritter, Majalah Biang Lala; Indisch Leeskabinet, No. 2 tahun 1953.

READ MORE ... Monggo di-Klik

LKS SD Bercerita bahwa : Menghisap Ganja atau Rokok dan Meminum Minuman Keras sebagai Resep Awet Muda

 

Sungguh negeri ini sedang menjurus ke jurang kehancuran generasi muda tanpa banyak orang menyadarinya. Telah terjadi suatu pembiaran yang justru di masa pemerintahan yang dianggap otoriter – zaman pemerintahan “Pak Harto” hal ini sangat musykil terjadi. Zaman “kebebasan” dan pemerintahan demokrasi liberal dan kapitalisme pendidikan saat ini telah membuka pintu kerusakan karakter anak-anak secara gamblang. Kerusakan generasi penerus kita pun semakin terlihat nyata.

Sangat memiriskan hati, anak2 kita usia SD, (bahkan masih kelas 3 usia 9 tahunan) sudah dikenalkan apa itu “Istri Simpanan” atau selingkuhan dalam LKS yang ada pada bacaan cerita Bang Maman, atau pertanyaan dengan jawaban yang benar adalah “Komunis” hingga anak diarahkan untuk punya pandangan positif terhadap GANJA, ROKOK DAN MINUMAN KERAS seperti dilansir oleh www.infospesial.net   

image

Setelah polemik “Istri Simpanan” Bang Maman dan LKS siswa SMP bergambar bintang porno Jepang, Mari Ozawa (Miyabi) dan pertanyaan dengan pilihan ideologi komunis sebagai jawaban yang benar, kini timbul soalan baru di buku LKS Bahasa Jawa murid kelas III SD di Kudus, Jawa Tengah. Pada halaman 4 buku LKS Bahasa Jawa terbitan CV Sindunata yang  beredar di Kudus berisi 5 dialog yang tidak layak dibaca siswa SD.

Bacaan berjudul "Resepe Simbah," menggambarkan pemuda bernama “Glendhoh” bertanya kepada kakek yang sedang duduk di teras terkait resep awet muda. Si Kakek, bernama “Klithuk” menjawab resep awet muda dengan cara "nyimeng" (menghisap ganja), ngombe (diasumsikan meminum minuman keras) 2 botol dan merokok 2 bungkus dalam sehari.

Ironisnya, pada sampul LKS terbitan CV Sindunata, Sukoharjo, Surakarta terdapat tulisan kurikulum terbaru, terintegrasi pendidikan karakter, acuan pengayaan dan sesuai SK Gubernur Jateng nomor 423.5/5/2010.

"Setiap hendak membeli buku LKS, sebaiknya diteliti dan dibaca secara seksama guna memastikan materi yang ada memang layak untuk anak-anak SD", kata Sudjatmiko Kepala Dinas Pendidikan di Kudus, Kamis kemarin (9/11).

Kepala Dinas Pendidikan Kudus, Sudjatmiko, juga mengaku baru tahu adanya kasus ini. "Kami baru mengetahui di dalam LKS itu ternyata ada materi tidak layak dibaca untuk siswa SD," kata Sudjatmiko, seperti dirilis infospesial.net.

Ini artinya di era “Kebebasan” ini, Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan tidak lagi memiliki kontrol atau memang tidak ambil pusing terhadap isi materi cetakan buku untuk para siswa anak didik di sekolah-sekolah wilayah lingkup kerjanya. Mereka hanya bersikap responsif, seperti juga aparat negara lainnya, yang akan bertindak jika ada bukti atau pengaduan warga atau munculnya reaksi masyarakat.

Kepala SD Negeri 1 Barongan, Kudus, Jawa Tengah (Sudjatmiko) mengimbau agar sekolah selektif memilih LKS. "Jangan sampai, setelah lama menggunakan LKS tersebut sekolah baru mengetahuinya." Siswa kelas III SD telah menggunakan LKS itu untuk semester satu yang dimulai Juli 2012 dan berakhir pada Desember 2012.

Penerbit Tidak Bertanggung Jawab dan  Tidak Punya Sikap Tanggung Jawab

Sementara itu, karena terjadi polemik, pihak penerbit siap menarik LKS. "Yang kami edarkan sejak pertengahan tahun ini sudah ada 5000 eksemplar di Jawa Tengah. Kami siap menariknya kembali jika ada perintah dari Dinas Pendidikan" ujar Manager CV Sindunata Sukoharjo Yatim Arohmah di kantornya, Senin (12/11).

Yatim mengatakan, pihaknya punya niatan baik dengan mencetak LKS tersebut. Yakni ingin ikut mencerdaskan bangsa sesuai visi dan misi pendidikan nasional. Yatim juga membantah jika pembuatan LKS tersebut tanpa pertimbangan matang.

LKS yang dibuat CV Sindunata, menurut Yatim, bukan hanya beredar di Kudus saja. Namun sudah beredar di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah, termasuk Solo.

Di kota-kota atau kabupaten lain LKS yang beredar tidak bermasalah. Tetapi di Kudus oleh salah satu SD, LKS tersebut dianggap bermasalah.

Jika setiap hal yang menyangkut perusakan karakter anak selalu menunggu respon penolakan masyarakat, sementara aparat negara hanya bersikap responsif - yang akan bertindak jika ada bukti atau pengaduan atau muncul reaksi masyarakat, lalu dimana tanggung jawab negara terhadap anak-anak bangsa.

Muatan Pornografi Mulai Dikenalkan di LKS

Seperti berita yang dikutip dari VIVANews,  pihak sekolah SMP Islam Brawijaya di Kota Mojokerto tidak menyadari keberadaan foto bintang film dewasa itu dalam LKS, apalagi bukan sekolah yang menerbitkannya. "Fotonya biasa saja, bajunya juga biasa," kata Sri, salah satu petugas Tata Usaha sekolah tersebut. Pihak sekolah baru mengetahuinya setelah ada pihak yang melaporkannya ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. "Masalah di sekolah ini sudah selesai, sudah ditarik," tambah dia.

Selain di SMP Islam Brawijaya, diperkirakan LKS The Bell terbitan CV Sinar Mulia itu juga beredar di sekolah lain.

Foto Miyabi di LKS tersebut ada di halaman 36, Bab 2 bagian task 6 tentang Could You Report It?, foto artis film dewasa itu dipasang berdekatan dengan foto aktor Indonesia dan gambar fauna. Foto Miyabi di LKS itu membuat heboh warga Mojokerto, meski dalam LKS tersebut Miyabi berpenampilan rapi dan sopan atau tidak mengenakan baju seksi yaitu memakai blazer warna putih. Namun dengan hadirnya artis porno di buku pelajaran sekolah dikhawatirkan foto itu memancing keingintahuan siswa tentang sosok Maria Ozawa.

LKS Foto miyabi

Ini tampak pada contoh soal isian gambar seperti yang ada di atas.
Pada contoh itu dituliskan;
X: Do you know this animal?
Y: Yes, it is a hamster
X: What do you think about it
Y: How beautiful it is
"Dengan begitu, siswa diminta untuk mengetahui siapa Miyabi ini," ujar Iwud Widiantoro, aktivis LSM Aliansi Masyarakat Peduli Mojokerto (AMPM).

Menurut dia, bisa jadi siswa yang semula tak tahu akan mengetahui siapa sosok Miyabi. Selain itu, lanjut dia, karena usia pelajar siswa kelas 3 SMP ini merupakan usia yang rawan, bakal menimbulkan keingintahuan siswa terhadap sosok Miyabi ini.
"Kalau sudah begitu, maka dia akan mencari diinternet. Bisa-bisa yang muncul juga gambar-gambar Miyabi dalam pose seronok. Ini semestinya jadi pertimbangan,"

Dia menyayangkan karena dalam buku LKS The Bell terbitan CV Sinar Mulia yang disusun Tim Penyusun Musyawarah Guru Bahasa Inggris SMP ini, banyak berisikan gambar-gambar artis.

"Buku LKS ini kayak majalah infotainment saja, berisikan foto-foto artis. Seharusnya khan foto tokoh penting atau pakai karikatur yang mendidik," ujarnya.
LKS (Lembar Kerja Siswa) Sekolah adalah buku penunjang pelajaran siswa untuk lebih giat lagi belajar. Isi LKS biasanya kumpulan soal latihan yang harus dikerjakan siswa setelah membaca buku paket. Jika isinya "Mari Mengenal Artis Porno"

Gimana jadinya generasi penerus bangsa ini dimasa depan?????

READ MORE ... Monggo di-Klik

Anak Ingusan Menjadi Sniper Handal : 13 Serdadu Bashar Assad Mati di Tangannya

 

Di usia 15 tahun pada kebanyakan remaja kita di Indonesia belum mengerti tentang tanggungjawab besar di luar rumah. Mereka pada umumnya sedang sibuk menuntut ilmu di sekolah atau cenderung gaul atau mencari kesenangan usia remaja. Tetapi tidak dengan remaja satu ini. Situasi politik dan suasana konflik keras di Suriah telah memaksa remaja ini mengambil keputusan hidupnya sendiri untuk terlibat langsung dalam pemberontakan dan menjadi salah satu snipper handal dari senjata yang dia beli dari hasil uang tabungannya.    

image

Umar Al-Bukairati adalan nama asli Abu Hamzah Al-Faruq atau Abu Hamzah Asy-Syami. Ia dilahirkan di kota Qudsiya, propinsi Idlib, Suriah pada tahun 1996 M. Ia tinggal dan tumbuh di kota Qudsiya bersama keluarganya sampai usia 12 tahun. Semangat keislaman dan anti kezaliman rezim Nushairiyah Suriah mulai tumbuh saat ia memasuki bangku pendidikan menengah dalam usia 13 tahun.

Saat revolusi rakyat muslim Suriah terjadi pada Maret atau April 2011 M, Umar Al-Bukairati termasuk kelompok siswa yang pertama kali menyambutnya. Bersama para pemuda, orang tua dan masyarakat kota Qudsiya, Umar Al-Bukairati turun ke jalan dalam aksi-aksi demonstrasi menentang rezim Suriah.

Dinas intelijen dan militer rezim Suriah memburu para aktivis demonstrasi di seluruh wilayah Suriah. Umar Al-Bukairati bersama ratusan pemuda dan aktivis di kota Qudsiya termasuk dalam daftar DPO rezim Suriah. Dengan niat menyelamatkan diri dari kezaliman dan kekejaman rezim Suriah, Umar Al-Bukairati dan keluarganya berhijrah ke Turki di bulan September 2011. Puluhan ribu warga sipil muslim Suriah lainnya juga berhijrah ke Turki untuk menyelamatkan agama dan nyawa mereka.

Di tempat pengungsian di negara Turki, Umar Al-Bukairati tidak merasakan ketenangan sedikit pun. Bagaimana ia bisa tenang, sementara ribuan anak-anak, wanita dan orang tua yang tak berdosa dibantai setiap harinya di seluruh wilayah Suriah? Ia tidak rela hidup tenang di Turki, sementara kaum muslimin di Suriah ditindas rezim Nushairiyah.

Semangat keislaman dan jihad senantiasa membara dalam jiwa Umar Al-Bukairati. Setiap hari ia membanting tulang demi membantu kehidupan keluarganya di kamp pengungsian, sambil sedikit demi sedikit menabung sisa uang belanja.

Berbekal uang tabungan dan uang pemberian keluarganya, Umar Al-Bukairati membeli sebuah senapan sniper. Ia kemudian kembali ke tanah kelahirannya, kota Qudsiya. Di sanalah ia membaiat pemimpin kelompok mujahidin Jabhah Nushrah. Melalui kelompok itu, ia mendapatkan pelatihan militer umum dan pelatihan khusus untuk calon sniper.

Dengan karunia Allah semata, kemudian latihan militer serius yang diterima dari para instruktur mujahidin, di usianya yang baru 15 tahun Umar Al-Bukairati telah menjadi salah satu sniper mujahidin yang handal. Mujahidin Jabhah Nushrah menempatkannya dalam Brigade Yusuf Ash-Shiddiq di kota Al-Qudsiya.

Berbekal uang tabungan dan uang pemberian keluarganya, Umar Al-Bukairati membeli sebuah senapan sniper. Ia kemudian kembali ke tanah kelahirannya, kota Qudsiya. Di sanalah ia membaiat pemimpin kelompok mujahidin Jabhah Nushrah. Melalui kelompok itu, ia mendapatkan pelatihan militer umum dan pelatihan khusus untuk calon sniper.

image image

image

Dengan karunia Allah semata, kemudian latihan militer serius yang diterima dari para instruktur mujahidin, di usianya yang baru 15 tahun Umar Al-Bukairati telah menjadi salah satu sniper mujahidin yang handal. Mujahidin Jabhah Nushrah menempatkannya dalam Brigade Yusuf Ash-Shiddiq di kota Al-Qudsiya.

image

Dalam berbagai pertempuran yang diterjuni bersama Brigade Yusuf Ash-Shiddiq, Umar Al-Bukairati telah menewaskan 13 tentara Suriah. Ketika mujahidin Jabhah Nushrah di propinsi pinggiran Hamah membutuhkan tambahan mujahid, pimpinan Jabhah Nushrah memindahkan Umar Al-Bukairati ke wilayah jihad tersebut. Di propinsi itulah, sang sniper mujahidin cilik ini gugur dalam sebuah pertempuran.

Semoga Allah menerima amalmu dan menempatkanmu di surga Firdaus yang tertinggi. Selamat jalan sang sniper dan mujahid cilik, yang gugur dalam usia 15 tahun. Semoga kesyahidanmu menjadi suri tauladan bagi seluruh generasi muda kaum muslimin. Semoga perjuanganmu dan pengorbananmu menjadi batu bata bagi tegaknya kembali khilafah islamiyah di negeri Syam.

Sebagai kenang-kenangan atas rekan mereka yang gugur, sang sniper dan mujahid Abu Hamzah Al-Faruq, mujahidin Brigade Yusuf Ash-Shiddiq telah merilis sebuah video pendek tentang sosok sang syahid.

 

 

 

READ MORE ... Monggo di-Klik

Juara Turnamen Tinju Melbourne Aussie Gugur di Tengah pertempuran Perbatasan Suriah – Turki

 

Hayya alaa Jihad! Hayya Alaa Jihad!

Itulah panggilan yang mengiang-ngiang di telinga dan terbisikkan di kalbu setiap muslim yang hatinya dipenuhi iman. Apapun profesinya dan darimana pun dia berasal atau seberapa jauh perjalanan dia tempuh untuk memenuhi panggilan tersebut.  Dan tidak harus pula bermodal ketrampilan militer untuk itu. Karena banyak hal yang bisa dilakukan.

Isy kariman au mut syahidan

Tidak terkecuali dengan seorang juara tinju Melbourne telah gugur dalam baku tembak ketika ia sedang bekerja menjadi relawan untuk membantu para pengungsi Muslim di sebuah kamp pengungsian di Suriah, Islamic Society of Victoria mengkonfirmasi, dilansir The Sydney Morning Herald, Selas (30/10/2012).

Keluarga Roger Abbas (23) telah diberitahu perihal kematian Abbas pada hari Senin (29/10), tetapi belum jelas kapan Abbas gugur di negeri Syam. Tetapi diyakini ia gugur beberapa hari lalu.

Wakil presiden Islamic Society of Victoria Baha Yehia mengatakan bahwa Abbas yang berasal dari pinggiran utara Melbourne telah memberikan bantuan kemanusiaan sekitar sebulan lalu di sebuah kamp yang berbatasan dengan Turki.

Abbas pergi ke Suriah sendirian pada bulan lalu melalui perbatasan Turki untuk membantu para pengungsi Muslim Suriah.

Beberapa kabar yang beredar tentang Abbas, termasuk seorang pria yang mengaku sebagai saudaranya dan seorang wanita yang mengaku sebagai sepupunya, menunjukkan bahwa Abbas adalah seorang Mujahid, mereka mengatakan bahwa Abbas adalah pahlawan yang beperang membantu Mujahidin melawan rezim Bashar Assad.

Tetapi menurut Yehia, Abbas pergi ke Suriah bukan untuk terlibat pertempuran tetapi untuk melakukan aksi bantuan kemanusiaan, dan ia tidak mendapatkan pelatihan militer.

Abbas, semoga Allah merahmatinya, seorang pemuda Muslim yang dikenal rajin shalat, baik hati, suka menolong, meski ia seorang petinju tetapi ia memilik perangai lembut. Yehia mengatakan bahwa banyak orang akan merindukan sosok Abbas.

"Banyak orang akan merindukannya dan merasa ini adalah tragedi," katanya.

"Tetapi banyak orang yang juga merasa ia meninggal dalam keadaan mati terhormat ketika sedang membantu orang-orang."

Sebelumnya, pada Agustus lalu, seorang ulama muda Sydney Syaikh Mustapha Al Majzoub (rahimahullah) juga gugur di Suriah dalam serangan roket ketika ia sedang melakukan aksi kemanusiaan untuk para pengungsi Muslim di negeri yang dilanda perang tersebut.

Mudahnya menembus Suriah melalui perbatasan Turki membuat banyak orang dari luar Suriah berdatangan untuk membantu Mujahidin dan para pengungsi di sana. Seperti sekumpulan besar anai-anai jauh-jauh datang hanya untuk merasakan panasnya nyala cahaya. 

“Isy kariman au mut syahidan.”

READ MORE ... Monggo di-Klik

Mak Yati wanita Tua Pemulung ber-Qurban 2 Kambing : Tamparan untuk Aghniyaa

 

Dimana-mana kita sangat mudah kita menemukan orang yang berkeluh kesah tentang banyak hal. Di Facebook sangat mudah menemukan orang-orang yang meng-update halaman FB-nya berisi ‘Curhat’ melulu. Termasuk para pejabat tinggi kita yang berkeluh kesah di media. Mulai dari Jenderal Polisi yang mengatakan gaji saja tidak cukup, atau sekitar 2 tahun lalu presiden kita “curhat” gaji presiden tidak naik-naik (meski sudah 6 tahun menjabat).

Rakyat kecil berkeluh kesah alah biasa, karena memang teramat besar penderitaan mereka dalam berbagai bentuk kesulitan hidup atau kemiskinan yang teramat menggigit. Meski memang ada yang tidak mengeluhkan nasib – mungkin sudah capek berkeluh kesah atau menyadari tidak ada lagi yang mau mendengarkan keluh kesahnya atau benci dengan cerita sedih. Sebagian lagi sama sekali tidak mengeluh karena kesabaran luar biasa atau sikap tawakakal ‘ala Allah subhaana wa ta’ala.

Pada kelompok terakhir ini – boleh jadi termasuk figur  – Mak Yati – wanita pemulung berusia 60 tahun yang sehari-harinya beroperasi di wilayah Tebet, Jakarta Selatan. Dia tidaklah mengeluhkan nasibnya tetapi justru sedikit demi sedikit dia menabung dari hasil sebagai pemulung (hingga jam 11.00 malam masih bekerja) untuk membeli 2 ekor kambing Qurban pada tahun ini.      

Mensos kunjungi dan sumbang pemulung yang turut Qurban

JAKARTA - Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri mengunjungi kediaman Yati (60), pemulung yang berkurban dua kambing di hari Idul Adha kemarin. Di gubuknya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Yati menangis saat dikunjungi sang menteri.

"Kejadian yang langka di negeri. Mudah-mudahan cara ini dapat menggugah, apalagi ini berdekatan dengan Hari Pahlawan. Orang yang benar-benar susah saja bisa berkurban, bagaimana orang mampu," kata Mensos di gubuk Mak Yati, tak jauh dari tempat sampah di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (28/10) seperti dilansir merdeka.com.

Menurut Mensos, yang ikut masuk ke gubuk kumuh itu, tindakan Mak Yati merupakan hal yang luar biasa.

"Orangtua kita ini berupaya menabung. Kejadian yang luar biasa. Ini memberikan contoh kemiskinan juga bisa berbuat kebaikan. Di sini juga kita bisa melihat, kenapa ibu ini yang miskin, seorang pemulung, yang bekerja hingga jam 11 malam, bisa menabung untuk berkurban," ujar Mensos terharu.

Dalam kesempatan itu, Mensos juga memberi bantuan kepada Mak Yati dalam sebuah amplop. Menerima itu, Mak Yati tak henti-hentinya menangis.

READ MORE ... Monggo di-Klik
Word of the Day

Article of the Day

This Day in History
Sanden Yogyakarta Jakarta Slideshow: Yusuf’s trip from Jakarta, Java, Indonesia to Yogyakarta was created by TripAdvisor. See another Yogyakarta slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.
Free Backlinks Online Users

Google Translate

Add to Google
Translate to 32 LANGUAGES
Jpn
Indonesia

Sayangi Kendaraan Anda
ASURANSI MOBIL SHARIAH
contact :
yusuf.edyempi@yahoo.com
SMS......:...0815 8525 9555

.

Statistic

danke herzlich für besuch

free counters

SEO for your blog

sitemap for blog blogger web website
Webmaster Toolkit - free webmaster tools
Google PageRank Checker

Recent flag visits


bloguez.com

STAGE OF MODERN CIVILIZATION SOME GREATEST ACHIEVERS OR THE ONES HISTORY WOULD REMEMBER SOME WAY - CAN YOU TRACK THEM BY NAME?