Gazful fikri antara umat Islam dan musuh Islam dan kaum munafik pembela figur-figur kontroversial penghujat Allah dan rasul-Nya sudah semakin nyata di area publik dan media massa dunia – dan nuansa kontroversi terasa sangat dekat di sekitar kita. Jaringan Islam Liberal, isu kesetaraan jenis dan pluralism masuk ke pembahasan di DPR, kampanye feminisme hingga hadirnya seorang lesbian munafik (mengaku masih muslim) – Irshad Manji – dari Kanada yang sangat menghina Muhammad SAW dan mereproduksi pikiran Salman Rushdi.
Seperti apa yang diungkapkan Irshad Manji – tokoh Feminis penyuka lesbian – tentang Nabi SAW. Berikut ini kutipan dari sumber arrahmah dot com.
Gelombang penolakan atas kehadiran tokoh feminis-lesbian penghina nabi Irshad Manji. Kali ini yang menolak warga negara Kanada itu adalah Hotel-hotel di Jakarta. Termasuk hotel-hotel besar. Mereka tak mau beresiko tempatnya didatangi ormas-ormas Islam.
Di Jakarta, selain menggelar diskusi buku "Allah, Liberty and Love" di Salihara, Irshad Manji juga datang ke kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Kalibata Timur, Jakarta Selatan, pada Sabtu malam (6/5/2012). Berbeda dengan di Salihara, diskusi di AJI berjalan hampir satu setengah jam. Tetapi satu jam sebelum acara selesai sesuai jadwal panitia, polisi sudah mengevakuasi Irshad Manji. Irshad dijemput langsung Kapolres Jaksel Kombes Pol Imam Sugianto dengan menumpang Kijang Innova dan pengawalan ketat kepolisian.
Sebagaimana diketahui, Irshad Manji sendiri, merupakan sosok Feminis yang sangat sering menghujat Islam, Dalam bukunya , ‘Beriman Tanpa Rasa Takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini’,mengungkapkan Cerita bernada penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW dan keraguan terhadap al-Qur'an dari riwayat lemah dan palsu yang menjadi favorit orientalis untuk menyerang al-Quran dan Nabi Muhammad saw.
”Sebagai seorang pedagang buta huruf, Muhammad bergantung pada para pencatat untuk mencatat kata-kata yang didengarnya dari Allah. Kadang-kadang Nabi sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa untuk menguraikan apa yang ia dengar. Itulah bagaimana ”ayat-ayat setan” – ayat-ayat yang memuja berhala – dilaporkan pernah diterima oleh Muhammad dan dicatat sebagai ayat otentik untuk al-Quran. Nabi kemudian mencoret ayat-ayat tersebut, menyalahkan tipu daya setan sebagai penyebab kesalahan catat tersebut".
Cerita ini yang pernah diungkap pula oleh terfatwa mati Salman Rushdie dalam novelnya yang menghina nabi 'Ayat-ayat Setan'.
Tunis mengecam intervensi AS di persidangan media dalam kasus Penggambaran Allah SWT.
Tunisia pada Selasa (8/5/2012) mengecam campur tangan Amerika dalam urusan peradilan setelah Duta Besar AS mengkritik keputusan terhadap bos stasiun televisi yang telah menampilkan sebuah film di mana terdapat penggambaran Allah.
Duta Besar AS untuk Tunis, Gordon Gray pada Kamis lalu menyatakan "keprihatinan serius" setelah pengadilan menjatuhkan denda kepada kepala eksekutif stasiun TV Nessma, Nabil Karoui karena menyiarkan film Perancis-Iran, "Persepolis".
"Deklarasi Dubes AS untuk Tunisia merupakan gangguan dalam peradilan Tunisia," ujar Menteri Luar Negeri Tunisia dalam statemen yang dilaporkan agen berita TAP.
Film yang melihat revolusi Iran melalui mata seorang gadis kecil, dilengkapi dengan adegan kontroversial yang menampilkan gambar Allah. Muslim menganggap penggambaran Allah sebagai penghujatan.
Karoui didenda 2.400 dinar pada 3 mei lalu karena menyiarkan sebuah film yang mengganggu ketertiban umum dan mengancam moral.
Gray kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa putusan itu "menimbulkan keprihatinan serius tentang toleransi dan kebebasan berekspresi di Tunisia".
Dikatakan bahwa pihak Karoui berencana mengajukan banding.
"Putusan ini merupakan penghinaan terhadap kebebasan pers. Kami berharap untuk pembebasan langsung pada Hari Kebebasan Pers Dunia," ujar pengacara Abada Kefi.
Tunisia kini dipimpin oleh partai Ennahda yang memenangkan kursi terbanyak dalam pemilu Oktober lalu, pemilu pertama sejak digulingkannya diktator lama, Zine el Abidine Ben Ali dalam pemberontakan yang memicu revolusi di negara-negara Arab.
Beberapa pihak menyuarakan "kekhawatiran" mereka bahwa kenaikan Ennahda merupakan kemunduran bagi nilai-nilai sekuler di Tunisia.
0 komentar dan respon:
Posting Komentar