Habib Nabiel Al-Musawa, Ketua Kelompok Komisi Pertanian Fraksi PKS DPR - RI, berkomentar :
Daging Sapi Kualitas Buruk, Kok di Impor?
Komentar ini terkait dengan operasi pasar stabilisasi penurunan tingginya harga daging sapi menjelang hari raya lebaran yang sempat melambung tinggi diatas Rp. 100.000,’ per kg.
Jakarta – Untuk menstabilkan harga daging sapi, pemerintah melalui Perum Bulog sudah mendatangkan dari australia dan selandia baru puluhan ton daging sapi impor dari total 3.000 ton. Dengan harga jual antara Rp75.000-Rp85.000/kg sesuai dengan jenis dagingnya, ke 148 titik pasar di Jabodetabek. Namun ternyata, daging tersebut berkualitas rendah sehingga membuat pedagang enggan menjualnya.
Ketua Kelompok Komisi Pertanian Fraksi PKS, Habib Nabiel Al-Musawa menilai, Produk daging berkualitas rendah yang masuk ke Tanah Air merupakan kesalahan importir yang hanya mencari keuntungan tanpa memperhatikan kualitas barang, ujarnya, Sabtu (20/7).
Menurutnya Perum Bulog mencurangi masyarakat karena menjual daging sapi impor berkualitas buruk dengan harga diatas kualitasnya. Selain daging, kualitas beras yang selama ini dikelola Bulog pun buruk, raskin sering berkutu, bau apek, dan kurang layak. Seharusnya Bulog bisa menjual harga daging lebih murah, bukan malah aji mumpung cari untung besar.
Keuntungan Bulog kalau dihitung sekitar Rp 10 ribu per kg dari penjualan daging. Salah satu contoh daging bagian depan atas kaki sapi (shank), di Australia harganya 5,2 Dollar AS. Jika diimpor ada bea kirim dan bea masuk sekitar 10%. Harga daging shank pun menjadi Rp 57 ribu per kg. Lalu ke pedagang, Bulog menjual seharga Rp 67 ribu per kg. Kemudian di tingkat konsumen harga menjadi Rp 75 ribu per kg.
Anggota Panja RUU Nakeswan ini mengatakan, Bulog sebagai stabilisator harga daging sapi belum menjalankan tugasnya dengan baik. Seharusnya jika memang diamanatkan menurunkan harga daging, jangan ambil untung terlalu besar sehingga harga jualnya bisa terjangkau oleh masyarakat.
Habib melanjutkan, dari kasus tersebut menunjukan Pemerintah belum punya solusi jitu untuk menurunkan harga daging sapi, sesuai permintaan masyarakat dan pedagang. Padahal penugasan Bulog dimaksudkan untuk menstabilkan harga daging jelang Ramadhan dan Lebaran, tapi sampai saat ini harga masih tetap stabil tinggi.
Kenaikan harga daging sapi yang cukup tinggi dan diluar kewajaran, bahkan ada yang menembus harga diatas Rp 100 ribu per Kg di beberapa pasar di Indonesia, selain karena harganya memang naik sebagai dampak kenaikan harga BBM, juga disebabkan minimnya pasokan yang diduga dimainkan oleh kartel daging sapi yang melakukan operasi ambil untung dari hulu ke hilir, pungkas Habib.
[Source]
0 komentar dan respon:
Posting Komentar