Di Amerika diberitakan jaringan toko buku terkenal yang menguasai pasar seluruh negeri Amerika Serikat selama lebih dari 1 abad telah mengalami kebangkrutan. Omzet penjualan buku merosot karena kalah bersaing dengan Internet. Ada trend orang mengurangi frekuensi reading atau membaca buku tidak sampai selesai. Aktivitas intelektual berganti dengan menjelajahi internet, membaca buku digital (e-book) dan seterusnya.
Social Networking menurunkan minat baca anak
Suatu riset telah dilakukan oleh National Literacy Trust yang berpusat di Inggris, riset mengungkapkan mayoritas murid sekolah di Inggris lebih memilih aktivitas dengan handphone atau komputer dibandingkan membaca buku. Anak-anak juga lebih memilih membaca melalui perangkat teknologi, seperti sms, email, dan pesan di social networking (jejaring social – seperti Facebook, Twitter dan sejenisnya). Ironinya e-book (buku digital) menjadi pilihan paling tidak populer untuk anak-anak.
Dari hasil riset terungkap anak-anak mulai meninggalkan kebiasaan membaca saat lulus dari primary school (SD) dan juga ada penurunan tajam kegiatan membaca buku hingga 10X lipat pada anak usia 8 hingga 17 tahun bila dibandingkan saat mereka berada di primary school. Survei melibatkan 18.000 murid sekolah. Hasilnya menunjukkan 13 persen murid sekolah tidak selesai membaca satu buku pun sejak satu bulan belakangan dan kurang dari 50 persen anak usia 8 sampai 17 tahun membaca sebuah novel setiap bulan.
Terkait hal tersebut, Direktur National Literacy Trust, Jonathan Douglas, mengingatkan mereka yang kurang membaca pada usia kanak-kanak berpotensi mengalami masalah literasi ketika diwasa.
“Kami khawatir kalau nantinya ada satu dari enam orang diwasa yang memiliki hambatan literasi, yang terparah adalah mereka membaca pada level anak umur sebelas tahun,” ujarnya seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (22/8/2011).
Karena itu ia menyarankan agar anak-anak segera dibantu dengan mulai membatasi dan mengontrol kegiatan online mereka seperti Facebook, Twitter dan game serta memberikan bahan bacaan menarik, sehingga mereka mulai membaca dan mencintai buku.
Kalau di Inggris yang minat baca masyarakatnya tergolong tinggi saja dampak ‘dunia online’ menurunkan minat baca, bagaimana dengan di Indonesia? (TI/arrahmah.com)
Di Indonesia lebih mengkhawatirkan. Anak sekolah sanagt rentan dampak negatif teknologi informasi seperti kecanduan play Station, internet, game dan social networking. Banyak kasus bolos sekolah untuk pergi ke warnet. Mereka puaskan main PS, game online, buka situs porno dan situs sampah lain.
Sama sekali jauh dari kegiatan kognitif. Anak pecandu PS, game dan internet untuk kesenangan, misalnya, telah hilang dorongan baca buku. Sebab diracun impuls kesenangan (entertainment, sexual dan sebagainya). Dapat dibayangkan diwasa kelak menjadi manusia Hedonism, kurang intelektual, tidak bermoral dan minus nilai agama.
0 komentar dan respon:
Posting Komentar