Topik : Mengenal konsep jiwa menurut Islam
"Dalam pandangan Islam JIWA adalah OBYEK PENGAJARAN."
Pemahaman Konsep Jiwa sangat diperlukan sebelum bicara metode pendidikan sebab jiwa memiliki bagian-bagian penting saling terkait dan masing-masing punya peran penting. Inti jiwa adalah Qalb (HATI bersifat ruhaniyah) di dalamnya mencakup Sadr + Fuad + Lubb.
Abad 9M Hakim Tirmidzi menulis kitab Bayan al-Farq, Bayn al-Sadr wal-Qalb wal-Fuad wal-ubb (Penjelasan Perbedaan antara Sadr, Qalb, Fuad dan Lubb). Kitab referensi Islam tentang Konsep Jiwa, selain Ihyaa Ulumuddin (Menghidup-hidupkan ilmu Agama) karya Imam Ghozali.Sadr dari akar-kata sadara (=muncul) dan diartikan = kesadaran/sadar. Qalb = hati bersifat ruhaniyyah bukan fisik hepar. Fuad = nurani. Terakhir, Lubb diartikan akal-pikiran beriman. Keempatnya (Qolb, Sadr, Fuad dan Lubb) bersifat batiniyah. Jika dada dibedah semuanya tak ditemukan. Dia jelaskan bahwa Qalb bersifat komprehensif dan non-empiris.
Menurut Hakim, Kesadaran (Sadr) ternyata berbeda arti dengan HATI. Nurani (Fuad) berbeda arti dengan Lubb (akal pikiran yang beriman). Menurut Hakim, pengertian Ulul Albab = orang yang berakal fikiran tauhid, kata Ulul alBab berasal dari kata dasar Lubb.
Kesadaran (consiousness) ada dalam hati seperti kedudukan putih-mata dalam mata. Kesadaran menjadi pintu masuk segala sesuatu yang menuju jiwa manusia. Semua perasaan, seperti : waswas, lalai, kebencian, jahat, amarah, cita-cita, keinginan, kelapangan, kesempitan dan birahi masuk ke jiwa manusia melalui kesadaran.
Tetapi Kesadaran juga menjadi pintu masuk ilmu yang datang melalui indera seperti mata dan pendengaran. Jika Anda hilang kesadaran (pingsan) maka semua hal diatas tertutup pintu masuknya ke dalam HATI. Karenanya pengajaran, hafalan, dan pendengaran erat hubungannya dengan Kesadaran.
GAMBARAN JIWA DAN UNSURNYA
Jika kesadaran ada dalam HATI maka HATI sendiri ada dalam genggaman
jiwa. HATI adalah raja dan Jiwa adalah kerajaannya. Jika rajanya baik,
seperti hadits Nabi, “maka akan baik bala tentaranya dan jika rusak maka
rusaklah bala tentaranya” Baik-buruknya manusia tergantung pada HATI
yang bersifat ruhani (non-empiris).
1) Hati bagai lampu dan baiknya lampu terlihat dari cahayanya. Dan
baiknya hati terlihat dari cahaya ketaqwaan dan keyakinan.
2) Sebagai raja HATI adalah tempat bersemayam cahaya Iman, cahaya
kekhusyukan, taqwa, kecintaan, ridho, keyakinan, ketakutan, harapan,
kesabaran, kepuasan. Kerana Iman berazaskan pada Ilmu, maka HATI
merupakan sumber ilmu.
Kesadaran tempat masuknya ilmu dan HATI tempat keimanan, maka di HATI pun terdapat ilmu.
3) Jika HATI = Mata, Kesadaran = Putih-mata maka Fuad = bola mata.
4) Ma’rifah, pemikiran, konsep, ide dan pandangan bertempat di Fuad
Saat berfikir, ‘Fuad’ lebih dulu bekerja, baru kemudian HATI bekerja. Fuad ada ditengah hati dan Lubb adalah cahaya mata.
5) Jika HATI adalah tempat adanya cahaya keimanan dan Kesadaran
tempat adanya cahaya keislaman dan Fuad/nurani tempat adanya
cahaya ma’rifah maka Lubb berkaitan dengan cahaya ketauhidan.
Deskripsi tampak terlalu spiritual–menurut filosof Kant terlalu transcendent. Memang proses berfikir seperti itu. Penekanan Bagaimana ilmu berproses hingga melahirkan iman bukan bagaimana ilmu didapat (intelektualistik). Sekali lagi FOKUSNYA PROSES bukan OUTPUT PROSES BELAJAR.
Jika pendidikan memperhatikan potensi batin seperti digambarkan Hakim, maka lahir manusia ber-ILMU dan ber-IMAN sekaligus banyak amal. Insan yang HATI, KESADARAN, NURANI dan FIKIRAN berjalan seimbang atau ada keseimbangan Qalb, Sadr, Fuad dan Lubb.
…………………………………………………………………………………….
KE : PART I (BAGIAN PERTAMA)
…………………………………………………………………………………….
Biografi singkat :
Hakim Tirmidzi lahir 820 M di Tirmidh, Balkh, perbatasan USSR-Afghanistan, Berasal dari keluarga ahli teologi Islam dan penulis sufi produktif.
Ia menyebut Lubb (cahaya hati) yang rumahnya dalam HATI dengan sebutan cahaya ma'rifah. Melalui cahaya hati orang tahu 'secara alami' bahwa ALLAH ADA. Tapi dia tahu Allah itu ada tidak otomatis. Di satu sisi, kesadaran ALLAH eksis, berada di alam bawah sadar dan perlu diaktifkan dengan usaha sendiri. Di sisi lain, usaha saja bukan faktor penentu dalam memperoleh pengetahuan tentang Allah (Ma'rifatullah).
Potensi pengetahuan tantang Allah ditetapkan dengan rahmat Allah dan derajat pengetahuan tentang Allah bervariasi dari orang ke orang. Karena HATI ibarat cermin, jika terlalu banyak noda dosa menempel akan menghalangi cahaya hati (Lubb atau Ma’rifah) mengenali eksistensi Allah.
1. SEARCHING THE MOST SUITABLE METHODE FOR TEACHING SOUL (Part 1)
2. How To Feel True Happiness? (Part 1)
3. How To Feel True Happiness? (Part 2)
4. THE BUTTERFLY TEACHS ME A LOT
5. Jangan Menjadi Hamba Allah yang Hebat Jika Ingin Keikhlasan
< Wa billaahit taufiq wal hidayah >
0 komentar dan respon:
Posting Komentar