Pada bulan-bulan pertama saya mulai menetap di Jakarta 15 tahun lalu, saya sungguh merasa tidak nyaman dengan kemacetan jalan raya. Dalam keadaan termangu berdiri di atas bis reguler 213 jurusan Grogol – Kampung Melayu yang sedang berhenti karena macet total di Semanggi, saya mengangankan perangkat melayang yang bisa terbang secara pribadi, maksudnya alat yang memungkinkan orang berjalan di udara. Saya membayangkan bisa melayang diatas mobil di atas kemacetan lalu-lintas, melompati gedung atau terbang disela-sela gedung jangkung untuk memperpendek jarak tempuh. Terbang seperti permadani-terbang dalam dongeng Seribu Satu Malam. Asal tidak untuk mengintip orang mandi atau jendela-jendela apartemen dan hotel. Si genius Wright Brothers yang pertama mewujudkan mimpi jadi kenyataan, betul-betul terbang dalam pesawat dan bukan bersila di atas permadani dongeng sambil menghisap “hoga” yang 3 hasta panjangnya. Wright Bersaudara bisa menerbangkan “FLYER I” pesawat terbang pertama di dunia, 17 Desember 1903 di Kill Devil Hill dekat Kitty Hawk, Carolina Utara, Amerika Serikat. Kemudian di kembangkan FLYER II DAN FLYER III sebelum akhirnya Departemen Pertahanan Amerika membuat kontrak senilai US $ 30.000 untuk pembuatan pesawat terbang untuk kepentingan militer tahun 1909 sebagai awal diproduksi secara massal. Pada tahun 1960-an, penemuan sabuk roket untuk membawa manusia semakin mendekatkan pada realisasi mimpi terbang pribadi. Tetapi waktu terbang singkat, beban berat, bahan bakar mahal, tingkat kebisingan tinggi, kontrol sulit, dan risiko kematian dan cedera berat sangat tinggi bagi penggunanya telah menghambat komersialisasi. Maka di belakang hari hanya kita temukan pada film fiksi atau dalam sequel James Bond yang tidak benar-benar nyata. Maka kerinduan tubuh untuk terbang pribadi hanya dituangkan dalam kartun, fiksi ilmiah, puisi, lagu, film, dan dalam mimpi. Diperkirakan sekitar satu dari tiga orang memiliki mimpi terbang. Raymond Li, imigran Cina yang tinggal di St. John's, Newfoundland, telah mengembangkan konsep Jetlev sejak tahun 2000. Dengan bendera Jetlev Development Corp. telah melakukan feasibility study dan pengembangan konsep ini di Kanada. Tes dorong tak berawak pertama prototipe Jetpack dilakukan Januari 2005 disusul tes dorong berawak 2 bulan kemudian. John Myers, Raymond Li dan Frazier Grandison menjadi 3 orang pertama dalam sejarah terbang pribadi menggunakan JETLEV. sejak Januari 2009 JETLEV-FLYER model Olahraga Air mulai diproduksi secara komersil.
Ransel Jet (Jetpack) JETLEV-FLYER menjadi alat terbang pribadi yang pertama di dunia. Berat kering 14kg,
pemakaian menggunakan tenaga air yang disedot melalui selang yang menjulur panjang kemudian disemprotkan melalui 2 pipa statis yang terletak di bahu pengguna. Kapasitas daya dorong 430 lb dan daya jelajah mampu beroperasi 1,5-2 jam dan kecepatan bisa sampai 35 km/jam tergantung berat badan penggunanya. Harga dibandrol : US $ 139.500 atau Rp. 1 Milyard.
< The End >
0 komentar dan respon:
Posting Komentar