Lebih fatal lagi, bagi yang meyakini bahwa Allah benar2 ada di “Atas” atau “Allah ada bertempat” bisa disamakan dengan keyakinan Tuhan yang ada (bertempat) di sorga. ungkapan yang selalu mengiringi doa2 kaum Nashrani. Maka bisa Anda dibayangkan imannya bisa lepas dengan sangat cepat dan tanpa ia sadari seperti lepasnya anak panah dari busur. Itulah salah satu racun paling berbahaya di sekitar kita yang mengancam keimanan keluarga di rumah kita sendiri dan TV kita sendiri.
Meluruskan Pandangan Teologis Anak Sejak Dini – Part 1
Sering terdengar ungkapan " ... terserah pada yang di Atas" dari anak2 remaja (ABG). Terlebih ungkapan ini populer di kalangan selebrities, yang segan menyebut nama Tuhannya, pada tayangan info-tainment TV. Ungkapan ini merujuk pada keberadaan Tuhan ada di "atas" atau di suatu tempat ATAU Tuhan membutuhkan tempat untuk mengisi eksistensi / keberadaan Allah.
Inilah racun sangat berbahaya yang sangat halus lagi tersembunyi dan telah merusak aqidah (pandangan teologis) umat Islam, nohok langsung ke pusat kesadaran hingga menyesatkan akal dari memahami pandangan benar tentang hakikat Tuhan, merusak kesucian-Nya - SubhaanaAllah.
Lebih fatal lagi, bagi yang meyakini bahwa Allah benar2 ada di “Atas” atau “Allah ada bertempat” bisa disamakan dengan keyakinan Tuhan yang ada (bertempat) di sorga. ungkapan yang selalu mengiringi doa2 kaum Nashrani. Maka bisa Anda dibayangkan imannya bisa lepas dengan sangat cepat dan tanpa ia sadari seperti lepasnya anak panah dari busur. Itulah salah satu racun paling berbahaya di sekitar kita yang mengancam keimanan keluarga di rumah kita sendiri dan TV kita sendiri.
Lebih fatal lagi, bagi yang meyakini bahwa Allah benar2 ada di “Atas” atau “Allah ada bertempat” bisa disamakan dengan keyakinan Tuhan yang ada (bertempat) di sorga. ungkapan yang selalu mengiringi doa2 kaum Nashrani. Maka bisa Anda dibayangkan imannya bisa lepas dengan sangat cepat dan tanpa ia sadari seperti lepasnya anak panah dari busur. Itulah salah satu racun paling berbahaya di sekitar kita yang mengancam keimanan keluarga di rumah kita sendiri dan TV kita sendiri.
Benarlah berita yang disampaikan Muhammad SAW bahwa mendekati kiamat, fitnah dajjal akan memasuki rumah-rumah muslim. Faktanya fitnah itu sudah masuk melalui perangkat TV, internet dan audio video atau image gambar membahayakan anak-anak kita atau bahkan tanpa disadari diri kita sendiri pun belum tentu selamat dari fitnah besar ini.
Dalam Teologi Islam pasca tabi'it-tabi'in (3H / 9M) kita mengenal banyak kelompok aliran. Pengelompokan didasarkan pada kecenderungan masing-masing aliran dalam menafsirkan ayat-ayat tentang ketuhanan. Mulai dari kelompok yang sangat berhati-hati dengan tidak mau menafsirkan sifat Allah dalam Qur'an - sebanyak 99 (Asma'ul husna) – yaitu mereka pahami apa adanya. Bahwa hanya Allah yang mengetahui penafsiran ayatnya. Contoh :tafsir Alif Lam Mim (QS Al-Baqoroh 2:1), Alif Lam Ra (Yusuf 11:1).
Ada juga kelompok yang - dalam menafsirkan - cenderung mendahulukan wahyu dari pada akal (aliran Asy'ariyah). Ada kelompok yang cenderung mendahulukan akal daripada wahyu (Mu'tazilah). Selanjutnya berkembang aliran mujasimah, musyabihah dan banyak aliran lain yang semakin sesat-menyesatkan, terutama yang datang belakangan.
Seiring meluasnya wilayah Islam dan interaksi dengan masyarakat non-Islam telah membuka pintu masuk unsur pagan (animisme-dinamisme, filsafat, Yudaism , India , adat, ajaran leluhur, kejawen). Terjadi sinkretism (pencampur-adukan ajaran) yang merusak aqidah-Islam. Bahaya paling kontemporer adalah pandangan teologis Jaringan-Islam-Liberal dengan penafsiran sebebas-bebasnya segala hal tentang Islam.
Awalnya perbedaan pandangan masalah teologi terjadi antara pengikut Abu al Hasan al Asy'ary (aliran Asy'ary) dengan pengikut Washil ibn Atho' (Mu'tazilah) berkisar pada wujud Allah, zat dan sifat-sifat-Nya. Polemik ini sesuatu yang baru, yang tidak terjadi di zaman Rasulullah SAW, para sahabat, tabi'in dan baru terjadi sesudah zaman tabi'it tabi'in.
Yang paling aman adalah memegang teguh aqidah ulama salaf (yang DIMAKSUD BUKAN kaum salafi Wahhabi). Tapi yang dianut para sahabat hingga tabi'it tabi'in yang membatasi diri dalam menafsirkan ayat-ayat Qur’an tentang wujud, zat dan sifat-sifat Allah. Karena hanya Dia yang tahu hakikat wujud, zat dan sifat-sifat-Nya sendiri.
------------------------------------
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar dan respon:
Posting Komentar