Teringatlah saya pada buku bacaan tahun 1984 berjudul MUSASHI atau film yang diputar tahun1987 dalam Pekan Film Jepang di kampus saat
saya masih kuliah di UGM Yogyakarta yang juga bertutur tentang MUSASHI
MIYAMOTO (1584-1645), sosok samurai pengembara(Shugyosha) menjelajah
seantero jepang, hidup bebas merdeka dengan menjadi Ronin (samurai
tidak mempunyai Daimyo/tuan).
Ia mengajarkan banyak hal tentang BUSHIDO atau "Way of the Warrior" kode etik kepahlawanan kaum Samurai dalam pengabdian dan loyalitas pada klan penguasa wilayah. Ada 7 nilai terkandung dalam Bushido :
1. Gi (Fairness/Keadilan-Kewajaran)
2. Yu (Courage/Keberanian)
3. Jin (Benevolence/Kebajikan-Perbuatan Baik)
4. Rei (Respect/Rasa hormat)
5. Makoto (Honesty/Kejujuran-Lurus Hati)
6. Meiyo (Honor/Kehormatan)
7. Chungi (Loyalty/Kesetiaan).
Merunut asal-usulnya, Musashi bukan keturunan klan terkenal. Padahal di zaman feodal, klan berarti segalanya. Kemandirian dan kemerdekaannya membuat banyak orang kagum, apalagi Musashi tidak pernah memiliki guru ataupun tuan sebagaimana samurai kebanyakan.
Ada kisah menarik ketika Musashi akan bertempur melawan Klan Yoshioka dia sempat masuk kuil dan berdoa memohon bantuan para dewa. Baru beberapa saat berdoa, rasa malu menyergapnya. Musashi merasa tidak layak dia menggantungkan diri pada dewa. Meski dia menghormari dewa-dewa tetapi hanya dirinya sendiri-lah yang seharusnya diandalkan. Maka dengan kepercayaan diri begitu kuat, seorang diri berhasil mengalahkan 50 samurai yang mengeroyoknya.
Singkat kata, Musashi adalah seorang yang mencapai puncak karena self-made alias tanpa koneksi atau keturunan. untuk pencapaian itu dia bayar dengan tekad baja, kemandirian, kerja keras, disiplin, integritas dan ketekunan tiada tara.
Nilai-nilai ini dianut kuat masyarakat Jepang hingga sekarang dan mengilhami kemenangan Jepang mengalahkan kulit putih Rusia tahun 1905, berani menantang dominasi kulit putih di Asia dan dengan sangat percaya diri lebih dahulu menyerang raksasa Amerika di Hawai untuk memicu Perang Pacific melawan ABCD (America-Britain-China-Dutch), pasca kehancuran perang pun segera bangkit kekuatan ekonominya menyamai bahkan mengungguli negara-negara pemenang PD II.
Kekuatan pada tahun 1942 di Samudera Pacific | | ||||
Jenis | Angkatan Laut Kekaisaran Jepang | US Navy | |||
---|---|---|---|---|---|
Kapal tempur | 11 | 3 | |||
Kapal induk | 11 | 4 | |||
Kapal penjelajah | 40 | 20 | |||
Kapal perusak torpedo | 125 | 80 | |||
Kapal selam | 75 | ? |
Salah satu kapal perang paling besar milik Dai-Nippon-teikoku-kaigun - nama resmi Angkatan Laut kekaisaran Jepang yang dibubarkan tahun 1947 - yang diterjun dalam PD II dinamakan "Miyamoto Musashi." Begitulah, melihat Musashi membuat mereka seakan melihat diri mereka sendiri, figur dimana mereka ingin menjadi.
Musashi Miyamoto no Dokudo, atau Musashi’s self path reliance:
1. Jangan pernah melanggar aturan dan norma tradisi
2. Jangan pernah mengharapkan saat-saat santai
3. Jangan pernah menyesali apa yang sudah terjadi
4. Jangan pernah iri dengan keberuntungan orang lain, atau karena
kesialan kita
5. Jangan pernah menyesali perpisahan dengan apapun dan kapanpun
6. Jangan pernah menyalahkan orang lain dan juga diri sendiri
7. Jangan pernah mengeluh tentang orang lain maupun diri sendiri
8. Jangan pernah mendekati cinta
9. Jangan pernah mempunyai kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap
sesuatu
10. Jangan pernah mengeluh tentang tempat tinggal, apapun kondisinya.
11. Jangan pernah menginginkan makanan enak untuk diri sendiri
12. Jangan pernah percaya/memiliki barang antik/jimat
13. Jangan pernah menyesali kebaikan kita kepada orang lain
14. Jangan pernah mengimpikan rumah idaman nyaman di masa tua
15. Jangan pernah terlalu memikirkan kepentingan pribadi.
16. Jangan pernah meninggalkan jalan Beladiri
17. Lebih baik kehilangan nyawa daripada kehilangan harga diri dan
nama baik.
Siapa Miyamoto Musashi? Jawabannya klik : THE GREAT RONIN FOREVER
Samurai adalah sebuah strata sosial penting dalam tatanan masyarakat feodalisme. Secara resmi, semangat Bushido dikumandangkan dalam bentuk etika sejak zaman Shogun Tokugawa. Makna bushido adalah sikap rela mati demi negara/kerajaan dan kaisar. Para samurai dan Shogun rela mempartaruhkan nyawa demi itu, jika gagal, ia akan melakukan Harakiri atau Seppuku (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut).
Dengan Bushido mereka sangat cepat menguasai seluruh Asia Tenggara dan Birma, Manchuria-Semenanjung Korea dan sebagian daratan China, yaitu menjadi prajurit berani mati.
Bagaimana masyarakat Jepang sekarang?
Masuk ke dunia modern, semangat menjunjung martabat dan budaya menjaga rasa malu, warisan kaum Samurai, telah mengalami perubahan wujud. Ritual Harakiri atau Seppuku ketika kalah dalam pertempuran wacananya berubah ke fenomena Resign “mengundurkan diri” bagi para pejabat yang terlibat korupsi atau merasa gagal menjalankan tugas.
Masih begitu lekatnya menjaga rasa malu ini sehingga sering terjadi kasus anak sekolah bunuh diri karena tidak naik kelas atau nilainya jelek. Orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada memotong jalan agar tidak mengganggu pengguna jalan lain.
Mereka sangat malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum, begitu kuatnya akar budaya menjaga rasa malu (aib).
Lalu Bagaimana dengan kita di Indonesia?
Artikel ke - 4 Posted : 131010
0 komentar dan respon:
Posting Komentar