CHARASSEIN (Yunani) or engrave (Inggris) mengukir (Indonesia) merupakan asal kata “Character”. Membentuk Karakter diibaratkan mengukir diatas permukaan yang sangat keras. Berasal dari arti ini karakter berkembang pengertiannya sebagai “tanda khusus” atau “pola perilaku” individu.
Konsep Karakter versi Barat tidak berbeda jauh dengan Akhlaq dalam perspektif Islam. Pendidikan jiwa manusia mempunyai bobot sangat tinggi dalam Islam. “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlaq” merujuk pada diutusnya Rasulullah untuk perbaikan akhlak.
Pendapat Imam al-Ghozali (1058 – 1111 M) atau Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali tentang Karakter (akhlak) berikut ini :
Akhlak (tabiat) itu menetap dalam jiwa dan perbuatan (dari tabiat) muncul dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran mendalam atau penelitian dahulu.
Akhlak bukan “perbuatan”, bukan “kekuatan” dan bukan pula “ma’rifat” (pengetahuan yang mendalam). Yang lebih sepadan dengan akhlak adalah “hal” (bahasa Indonesianya “keadaan”) atau kondisi kejiwaan yang bersifat bathiniyah. (sumber : Ihyaa uluumuddiin jilid 2, hal.599).
Ibnu Miskawaih (932 – 1030 M) ulama yang mendalami filsafat etika (Islam) dalam bukunya berjudul “Tahdzib al-Akhlaq” mengemukakan :
Pentingnya dalam diri manusia menanamkan kualitas-kualitas akhlak dan melaksanakannya dalam tindakan2 nyata secara spontan.
Menurut Ibnu Miskawaih :
Akhlak adalah “keadaan jiwa yang menyebabkan seseorang bertindak secara spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu.” Ia menyebutkan ada 2 sifat yang menonjol pada jiwa manusia. Yaitu sifat jiwa yang buruk dari jiwa pengecut, sombong dan penipu, dan sifat jiwa yang cerdas dari jiwa pemberani, adil, pemurah, sabar, tawakal dan kerja keras.
Tujuan pendidikan jiwa ini untuk mencapai derajat muslim yang baik. Yaitu memiliki Akhlaqul-Karimah dalam interaksinya dengan sesama manusia, bahkan kepada hewan (termasuk adab tidak menyiksa dan cara menyembelih dengan pisau sangat tajam) dan juga kepada alam.
Banyak sekali ayat al_Qur’an dan hadits Nabi yang memberi tuntunan nilai moral menuju akhlak terpuji (Akhlaaqul Karimah). Menjadikan Islam kaya dengan sumber referensi, yang sangat terjaga authentitas-nya, dalam pendidikan jiwa umat Islam seluruh dunia.
Ada landasan yang sama antara Character Building model barat dengan model “li utammima makarimal akhlaq” (untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia) yaitu PENGEMBANGAN JIWA atau PENGAJARAN JIWA manusia. Yang menjadikan berbeda adalah pembentukan akhlak dalam Islam memiliki DIMENSI AKHIRAT yang transendental.
Singkatnya seorang muslim dituntut untuk selalu beramal saleh yang lahir hati yang memiliki akhlak yang mulia, agar kelak mendapat kemuliaan dalam kehidupan akhirat (kehidupan sesudah kehidupan dunia).
ARTIKEL TERKAIT :
1. Morals in Islam and Kids Away from Bad Social Influence (PART 1)
2. Morals in Islam and Kids Away from Bad Social Influence (PART 2)
3. Character Building Suatu Keniscayaan
4. How To Feel True Happiness? (PART 1)
5. How To Feel True Happiness? (PART 2)
6. THE BUTTERFLY TEACHS ME A LOT – Series of Parental
Related to the Poem written by General Douglas Mac Arthur :
Build Me My Son
7. SEARCHING SUITABLE METHODE FOR TEACHING SOUL (PART 1)
8. SEARCHING SUITABLE METHODE FOR TEACHING SOUL (PART 2)
The Quote Inspire Me to Islam
0 komentar dan respon:
Posting Komentar