Ada perbedaan mendasar konsep AKHLAK dengan ETIKA MORAL di DUNIA BARAT atau peradaban lain, meskipun ada nilai yang sama dan bersifat universal pada semua ajaran moral. Semua peradaban menjunjung tinggi nilai kejujuran, kerendahan hati, kemurahan hati atau penyayang. Semua peradaban juga sangat mengutuk dan membenci segala bentuk : kekejaman, kesombongan, khianat, kemunafikan atau sifat jahat lainnya.
Nilai Moral Islam bersumber dari Al-QUR’AN dan HADITS dan nilai ini ikut terjaga seperti terpeliharanya kedua referensi UTAMA tersebut oleh para penghafalnya. Nilai moral baik seperti : kejujuran, ikhlas, ketabahan dan kesabaran atau nilai morak buruk seperti : dusta, sombong dan kejam, semua sifat-sifat ini dalam ISLAM berdimensi transendental (ilahi) dan berdampak bagi pelakunya hingga kehidupan sesudah mati.
Sementara nilai2 Etika Moral berhenti pada Humanism (kemanusiaan) atau Human Right (HAM) yang sekarang ini menjadi thema kampanye hegemoni Amerika dan sekutunya.
Akhlak terpuji (Akhlaqul Karimah) adalah tabiat hati yang sesuai dengan nilai agama dan menjadi aksi spontan (tanpa lebih dahulu dipikirkan atau ditelaah secara mendalam sebelum dilakukan).
Akhlak (yang baik maupun yang buruk) juga merupakan produk dinamika hati. Karena sifat hati selalu berubah-ubah, maka pembentukan akhlak anak juga membutuhkan bimbingan, pengajaran, keteladanan dan pengawasan berkelanjutan dan tidak kalah pentingnya membatasi pengaruh pergaulan buruk.
Dalam kitab “Ta’limul Muta’allim Thoriqot fi ta’allum” (Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Methode Belajar) ditulis oleh Syaikh Az-Zarnuji, abad 13 M dan digunakan secara luas, terutama di Pesantren NU (Nahdhotul Ulamaa Islamic Boarding School) Indonesia, dikatakan :
“Mengenai teman, hendaklah memilih orang yang tekun, wira’i (menjaga kehormatan), berwatak jujur dan mudah memahami masalah; Dan hendaklah menjauh dari pemalas, pengangguran, banyak bicara, suka mengacau dan gemar memfitnah. … Jangan engkau temani pemalas, hindarilah semua tingkahnya, Banyak orang saleh menjadi rusak karena pengaruh dari orang lain. Menjalarnya ketololan pada orang pandai sangatlah cepat, laksana bara api, ia padam oleh abu.”
Akhlak merupakan bagian Ilmu Perilaku Hati dalam Pendidikan Jiwa.
Ilmu Perilaku Hati mencakup (1) pengenalan terhadap : sifat tawakkal, wara’, zuhud, ihsan, ridho, sabar, inabah, ikhlas, khusyu’, roja’, kosy-yah, istiqomah beserta semua sifat baik lain yang lebih ditujukan kepada Allah. Pendalaman ilmu ini melalui pengajaran TASAWWUF / SUFI. Dalam kitab
AlHikam disebutkan puncak akhlak-->IHSAN (ma’rifat Allah atau mengenal
Allah secara mendalam ). Ilmu yang sangat dibenci kaum Wahabi.
Cabang ilmu ini juga mengenalkan sifat-sifat buruk manusia yang ditujukan kepada ALLAH SWT untuk dihindari, seperti : sifat kufur (Ingkar), istikhfaf (meremehkan Islam, Allah dan Rasul-Nya), Ihanah (Menghina Islam, Allah dan Rasul-Nya), sifat melalaikan (meremehkan) kewajiban agama atau syariat Islam, menolak syaria’at Islam dan seterusnya.
Ilmu Perilaku Hati juga (2) mengajarkan sifat amanah, ‘iffah, berani, jujur, pemurah, penolong, penyayang, menjaga air-muka, bekerja keras dan lainnya yang lebih ditujukan kepada sesama makhluk (termasuk kepada binatang, tumbuhan dan alam seisinya). Sebab ISLAM mengajarkan untuk menyayangi binatang dan melarang menyiksanya. ISLAM juga melarang berbuat kerusakan di muka bumi dan menyuruh menjaga kelestarian alam. Secara umum kita pun menyebutnya Ilmu Akhlak.
tujuan Ilmu Akhlak adalah membentuk perilaku yang terpuji sebagai refleksi “hati yang sehat”, maka ia pun mengenalkan sifat-sifat buruk untuk menghindari bahayanya seperti tidak dapat dipercaya (khianat), kikir, boros, malas, tidak jujur, penakut, rendah diri, sombong dan sifat-sifat buruk lain produk dari “hati yang sakit”.
Sifat buruk tersebut diharamkan dan jalan menuju azab Neraka. Dan tidak mungkin menghindari sifat buruk tersebut kecuali dengan mengetahui ilmu. Fungsi mempelajari ilmu akhlak dan melatihnya untuk mengantisipasi kecondongan hati (yang suka membolak-balik) kepada sifat-sifat buruk.
Maka wajib pula hukumnya setiap muslim mempelajari Ilmu Akhlak atau lebih jauh lagi Ilmu Perilaku Hati dalam konteks ISLAM. “Tidaklah aku (Muhammad SAW) diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak.”
Membatasi Pengaruh Buruk
Semenjak janin usia 120 hari, saat ditiupkan rohnya dan diambil persaksian fithroh Tauhid (mengesakan Allah) (al-A’raf 172). Sejak itulah jiwa manusia bisa menerima pengajaran dan hal lain yang mempengaruhinya. Maka dianjurkan sering2-lah ibunya memperdengarkan Qur’an dan mengajak bicara. Kedokteran pun menyarankan memperdengarkan musik lembut.
Saat lahir bayi pun menangis keras karena tamparan setan. Dan tidaklah selamat dari tamparannya kecuali Nabi Isa as dan ibunya Siti Maryam as. Hal itu karena Allah SWT telah melindungi ibu dan anak seperti pada ayat (Al-Imron 3:36) berkenaan dengan istri Imron (orangtua siti Maryam as).(kitab Sabiilul Id-dikaar, p.25-26). Disunnahkan segera diperdengarkan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri untuk mengingatkan kembali kesaksian fithroh di atas.
ARTIKEL TERKAIT :
1. Morals in Islam and Kids Away from Bad Social Influence (PART 2)
2. Character Building Suatu Keniscayaan
3. Character Building : Pendidikan Jiwa Dalam Perspektif Islam
4. How To Feel True Happiness? (PART 1)
5. How To Feel True Happiness? (PART 2)
6. THE BUTTERFLY TEACHS ME A LOT – Series of Parental Related to the
Poem written by General Douglas Mac Arthur : Build Me My Son 7. SEARCHING SUITABLE METHODE FOR TEACHING SOUL (PART 1)
8. SEARCHING SUITABLE METHODE FOR TEACHING SOUL (PART 2)
The Quote Inspire to ISLAM
0 komentar dan respon:
Posting Komentar