Dalam tayangan program Info-tainment di TV para Celebrities Indonesia yang menyukai sensasi sering berkata "... terserah pada yang di atas" dan mereka pun sungkan kalau harus menyebut nama Tuhan dari agama yang dianutnya. Gaya hidup hedonist 'pengejar kesenangan dunia' dan penggemar Night Club atau kehidupan bebas menjadikannya risih dan jengah terhadap hal berbau spiritual agama. Tentu saja tidak semua selebrities demikian, sebab masih ada suri tauladan yang baik dari peran film yang memperkaya jiwa, materi syair lagunya yang mengispirasi atau bagaimana mereka menjalani hidup seperti Gito Rollies (Bangun Sugito), Astri Ivo atau Deddy Mizwar, Iwan Fals, Harry Mukti dan Group Band Slank dengan Slankers yang sangat fanatik.
Grup yang bermarkaz di jalan Potlot - Duren Tiga Jakarta Selatan - ini sangat kontroversial karena dahulu adalah kelompok 'Anak Band' yang semuanya diamuk Narkotika kemudian dalam 10 tahun terakhir merepresentasikan Grup Band Anti Narkoba setelah sembuh dari kecanduan. Sama seperti Iwans Fals lirik-lirik lagunya penuh kritik sosial yang tajam.
Bagi yang sangat meyakini 'Allah benar-benar ada di Atas' atau 'Allah ada bertempat' dapat disamakan dengan keyakinan 'Tuhan yang ada di sorga', ungkapan yang selalu mengiringi doa kaum Nashrani (Christian). Maka imannya bisa lepas dengan sangat cepat dan tanpa ia sadari seperti lepasnya anak panah dari busurnya. Itulah salah satu racun paling berbahaya di sekitar kita yang mengancam keimanan keluarga di rumah kita sendiri dan TV kita sendiri. (paragraf awal dari part 1 akan dikaji berikut ini)
Dalam kehidupan sehari-hari sering pertanyaan tidak sopan menyebabkan orang yang ditanyai marah dan tidak akan sudi menjawab. Saya hanya ingin mengatakan bahwa ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak sepatutnya bahkan tidak boleh diajukan kepada orang lain, apalagi jika mengajukan pertanyaan yang tidak pantas berkaitan dengan Allah Yang Maha Suci. Seperti - DIMANA TUHAN BERADA? atau APA ...? BAGAIMANA ...? MENGAPA ...? yang berkenaan dengan Allah Subhaana wa Ta'ala. Karena jawabannya pasti hanya persangkaan pikiran yang justru akan menjauhkan diri dari pemahaman tentang ALLAH. Jika pun anak kita atau orang dewasa menanyakan hal di atas maka tidak perlu dijawab.
Pertanyaan di atas hanya perlu diluruskan dengan argumentasi :
- Allah yang menciptakan 'The Divine Creator' tidak sama dengan ciptaannya
(Creatures).
- Kita ciptaan Allah yang berwujud (secara fisik ada), sementara Dia
ciptakan pula alam Ghaib yang tidak berwujud.
- Ada keterbatasan akal pikiran kita untuk memahami alam semesta
(termasuk ruang angkasa atau partikel yang lebih kecil dari 1 nanometer)
yang berwujud secara fisik, apalagi untuk memahami alam ghaib yang
juga ciptaan-Nya. Dan lebih tidak mungkin lagi akal pikiran menyelidiki
Tuhan yang menciptakan alam semesta dan alam ghaib.
- Pemahaman tentang Tuhan hanya sebatas 99 sifat Allah yang terkandung
dalam al-Qur'an dan penjelasan dari hadits nabi tentang keimanan.
- Keberadaan Allah hanya bisa dirasakan dengan keimanan yang hanif
(lurus) yang bersemayam di HATI sehingga melahirkan taqwa (ketaatan)
dan menggerakkan amal (perbuatan). Sementara fungsi akal-pikiran
hanya alat bantu saja untuk memahami ALLAH ITU ADA.
- Keberadaan Tuhan tidak bisa dikaji dengan filsafat atau metode ilmiah.
Pendekatan empiris semata yang hanya bermain dengan pikiran saja.
Ada beberapa kisah masa lalu tentang anak kecil yang sudah benar-benar
memahami keberadaan Tuhannya dengan kejernihan HATI.
1) Suatu hari lewatlah Khalifah Umar ibn Khattab bersama rombongan di
padang penggembalaan dan memutuskan beristirahat. Dilihatnya ada
begitu banyak kambing yang dijaga anak kecil sebagai penggembalanya.
Umar pun segera mendekati anak itu bermaksud membeli untuk dimakan
bersama rombongan.
"Nak, kambingnya begitu banyak, bolehkah saya membelinya satu ekor?"
Anak itu menjawab,"Maaf, ini kambing tuan saya. Saya tidak bisa menjual"
"Biarlah saya beli, tuanmu pasti tidak tahu kambing berkurang satu."
"Benar, majikanku tidak tahu. Tetapi Allah Maha Mengetahui pasti tahu perbuatanku. Tidak Tuan saya tetap tak akan menjualnya." Jawab anak itu tegas.
2) Ada seorang lelaki tua sedang berjalan di tepi sungai, tiba-tiba mata tuanya yang mulai rabun melihat anak kecil sedang mengambil wudhu' sambil menangis. Ia pun ingin mengetahui keadaan aneh itu dan bertanya, "Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?"
Berkata anak kecil itu, "Wahai bapak saya telah membaca al-Qur'an sehingga sampai pada ayat yang berbunyi, "Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum" (Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu). Saya pun menangis sebab takut akan dimasukkan ke dalam api neraka."
Berkata orang tua itu, "Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalam api neraka."
Berkata anak kecil itu, "Maaf, pak. Bapak orang berakal, tidakkah bapak melihat kalau orang menyalakan api maka yang pertamakali mereka letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa."
Berkata orang tua itu sambil menangis, "Sungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang setua saya ini. Lalu bagaimanakah keadaan kami nanti?"
3) Pada masa kecilnya Nabi Ibrahim alaihi salam diungsikan di gua untuk menyelamatkan jiwanya dari bahaya penguasa saat itu, bahwa bayi laki-laki yang baru lahir harus dibunuh karena ada ramalan akan adanya pemuda yang menggoncangkan kekuasaan (keadaan mirip menjelang kelahiran Nabi Musa alaihi salam). Ia disembunyikan selama beberapa tahun di gua dan makanan sehari-harinya madu.
Dalam kesendiriannya di malam hari yang gelap gulita, dari dalam gua dia melihat bintang bersinar. Ia katakan "Inilah Tuhanku," namun ketika bintang itu tenggelam ia berkata: "Saya tidak suka yang tenggelam", demikian juga ketika melihat bulan yang lebih besar, Ia katakan "Inilah Tuhanku," namun ketika bulan itu tenggelam ia berkata: "Saya tidak suka yang tenggelam" dan ketika ia melihat matahari yang besar, terang dan memberi panas ia katakan "Inilah pasti Tuhanku," namun saat matahari tenggelam ia berkata: "Saya tidak suka (tuhan) yang tenggelam."
Akhirnya karena merasa bahwa benda-benda di alam ini tak ada yang pantas untuk disembah maka ia berkata, sebagaimana dalam firman Allah, yang artinya : "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." Artikel ke - 7 Posted : 19 Oktober 2010
Semesta