25 Agustus 2012 terjadi penyerangan fisik terhadap muslim Syi’ah Imamah (Itsna Asy’ariyah) di Sampang, Madura. Penyerangan biadab terjadi hanya dalam beberapa hari sesudah lebaran dengan beberapa korban jiwa dan pembakaran rumah-rumah saat mereka merayakan lebaran ketupat. Alasan penyerangan karena mereka ingin membangun kembali masjid yang rusak.
Padahal dalam 14 abad sejarah Syiah otoritas ulama di kalangan sunni (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) menganggap mereka bagian dari Islam. Imam madzab utama di kalangan sunni (Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Hambali) tidak pernah sekalipun memfatwakan Syiah Itsa Asy’ariyah sesat dan keluar dari Islam.
Kalangan ulama utama NU sendiri tidak pernah fatwakan Syi’ah Imamah keluar dari Islam. Tetapi mengapa terjadi penyerangan terhadap saudara sesama muslim?
Kita meyakini kebenaran hadits Nabi SAW bahwa ummat akan terpecah menjadi 73 golongan dan yang selamat adalah yang mengikuti sunnah Nabi dan berpegang teguh pada Al-Qur’an. Kita tahu sebutan Islam sunni atau Ahlu sunnah wal jama’ah adalah sesuatu yang baru – tidak ada di zaman Rasulullah, shahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in. Aqidah kaum sunni pun dirumuskan oleh Hasan Asy’ari. demikian pula Syiah adalah sesuatu yang baru bahkan lebih dahulu ada. Syiah muncul karena ada perbedaan politik khilafah (kepemimpinan) sepeninggal Nabi.
Maka alangkah naifnya, Wahabi – salafi yang baru 300 tahun sejarahnya, telah melakukan takfir, caci-maki, umpatan kebencian, menaburkan fitnah dan provokasi agar kalangan sunni selalu memusuhi mereka. Padahal hadits “Tanduk Setan dari Najd yang akan muncul pada abad 12 H” justru menunjuk ke hidung Muhammad bin Abdul Wahhab) dari Najd, Arab Saudi pendiri Wahabi pada akhir abad 18 M.
Syiah terbagi 22 golongan, sebagiannya (seperti Nushairiyah dan Isma’iliyah) jelas sesat dan dan sebagian lain tidak sesat – seperti Syiah Imamah (Itsna Asy’ariyah) dan Zahidiyah di Yaman. Kita juga tahu di kalangan yang mengklaim golongan sunni ada begitu banyak golongan sesat-menyesatkan – salah satunya Wahabi/Salafi. Lalu mengapa harus merasa paling benar dan menghakimi muslim lain kafir dan sesat.
Saya bukan penganut Syi’ah. Agama saya ISLAM (titik). Tidak ada embel-embel Islam sunni atau Islam Syi’ah apalagi Islam Salafi.
Rektor IAIN Surabaya: Syiah Sampang Bukan Aliran Sesat
TEMPO.CO, Surabaya - Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Abd A'la menegaskan bahwa aliran Syiah yang dianut warga Sampang bukanlah aliran sesat. "Masalah keyakinan Syiah itu sudah clear, tidak sesat, Syiah bagian dari Islam," kata A'la kepada Tempo, Minggu, 27 Agustus 2012.
Menurut A'la, jika Syiah dianggap sesat maka sama artinya dengan tidak mengganggap negara Iran sebagai negara Islam. "Iran itu mayoritas Syiah dan dianggap negara Islam. Apa kita akan mengingkari hal itu," ujarnya.
Memang terdapat banyak aliran dalam Syiah, namun dari kacamata A'la, di dunia ini hanya mengakui satu aliran Syiah yang sesat yaitu Syiah Ghulam. Sedangkan yang ada di Indonesia, kata A'la, bukanlah aliran Ghulam.
A'la juga minta ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) tak gampang melabeli sesat kepada aliran tertentu.
Selain itu, A'la juga minta seluruh tokoh masyarakat mampu menciptakan kedamaian di tengah masyarakat. Seorang tokoh yang hanya menebarkan kebencian untuk memaksakan suatu keyakinan merupakan tokoh yang tak mengetahui hakikat dari Islam itu sendiri.
A'la lantas menukil salah satu ayat dari surat Yunus ayat 99 yang berbunyi. "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi beriman semua?".
A'la juga minta pemerintah tak gegabah dalam merelokasi warga Syiah Sampang. "Relokasi malah akan menjadikan Syiah eksklusif, dan ini justru bahaya."
Konflik yang melibatkan Syiah, tambah A'la, mayoritas bukan karena perbedaan keyakinan melainkan adanya faktor lain, seperti faktor politik maupun konflik keluarga. Dia mencontohkan terbunuhnya Husain bin Ali, serta peperangan antara Muawiyah dan Ahlul Bait yang semuanya bernuansa politik.
Karenanya, konflik antara Syiah dan warga Sampang diduga juga bukan karena adanya perbedaan keyakinan. "Kan sebentar lagi ada Pilkada, saya tidak bermaksud mengecilkan masalah, tapi faktor politik seringkali memicu," tutur A’la.
Apalagi antara Syiah dan NU, kata A’la pula, sebenarnya memiliki banyak ritual yang sama. Ritual pujian ala NU, misalnya, adalah meniru ritual ala Syiah.
Tetapi Islam juga mengajarkan bahwa perbedaan juga rahmat. Jangan mudah saling mengkafirkan atau begitu mudah menuduh sesat dan mengabaikan perbedaan yang sudah ditakdirkan pada ummat Islam. Dakwah Islam tidaklah dengan kekerasan tetapi dengan bil hikmah.
0 komentar dan respon:
Posting Komentar